Pita merah menandakan kepedulian pada penyakit HIV/AIDS. (Sumber gambar : Freepik)

Equalize Jadi Tema Hari AIDS Sedunia 2022, Simak Sejarah & Data Kasus Terbaru Yuk!

01 December 2022   |   10:52 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Mengawali Desember, dunia memperingati betapa bahayanya Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang hingga kini belum ditemukan obatnya. Ini juga menjadi masalah kesehatan global karena sudah 40,7 juta orang meninggal sejak penyakit ini ditemukan dan kini berstatus epidemi.

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Virus ini dapat ditularkan melalui penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara medis maupun aktivitas bersama seperti pemakaian narkoba ke dalam aliran darah. HIV juga ditularkan melalui hubungan seksual, dari ibu ke anak selama kehamilan, kelahiran, hingga menyusui. 

UNAIDS mencatat, pada 2021, 38,4 juta orang hidup dengan HIV dan sekitar 650.000 orang meninggal karena terkena AIDS. Oleh karena itu, kesadaran akan potensi penyakit ini terus digaungkan agar pada 2030 dunia bisa mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan global.

Menilik dari sejarahnya, peringatan Hari AIDS Sedunia pertama kali ditetapkan pada Agustus 1988 James W. Bunn dan Thomas Netter.  Petugas informasi publik untuk Program Global AIDS dari Organisasi Kesehatan Dunia ini ingin ada semacam kendali atas pandemi yang telah merenggut nyawa begitu banyak orang.

Gagasan terhadap Hari AIDS Sedunia lantas disampaikan kepada Direktur Program Global AIDS, Dr Johnathan Mann. Kemudian dia menetapkan bahwa kesadaran akan AIDS diperingati setiap 1 Desember. 

Pada 1988, diperkirakan 90.000-150.000 orang terinfeksi HIV dan berujung pada penyakit AIDS. Adapun kasus AIDS pertama dilaporkan pada 1981 dan datang dari seorang pramugara di Air Canada, Gaetan Dugas. Sejak 1990-an, penelitian dan praktik medis pun telah membuat peningkatan yang signifikan untuk perawatan orang yang hidup dengan HIV. 


Tema Hari AIDS Sedunia 2022

 

Gambar resmi tema Hari AIDS 2022. (Sumber gambar : UNAIDS)

Gambar resmi tema Hari AIDS 2022. (Sumber gambar : UNAIDS)


Tema global peringatan Hari AIDS Sedunia pada 2022 yaitu Equalize atau menyamakan. Tema ini dipilih mengingat pentingnya mengakhiri ketidaksetaraan yang mendorong terjadinya AIDS di seluruh dunia, khususnya pada perempuan, anak, dan remaja. 

Empat dekade setelah tanggapan HIV, ketidaksetaraan masih ada terutama untuk layanan paling dasar seperti tes, pengobatan, kondom, dan terlebih lagi untuk teknologi baru.  Populasi kunci juga menghadapi hambatan hukum utama termasuk kriminalisasi, diskriminasi, dan stigma.
 
“Kita hanya memiliki delapan tahun tersisa sebelum tujuan pada 2030 untuk mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan global. Ketimpangan ekonomi, sosial, budaya dan hukum harus segera diatasi,” tulis UNAIDS, dikutip Hypeabis.id, Kamis (1/12/2022). 

Sementara itu, tema nasional yang diambil adalah Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Imran Pambudi menjelaskan tema ini untuk mengajak semua pihak mengulurkan tangan, bergerak bersama, sebagai kekuatan terbesar untuk mengakhiri AIDS di Indonesia. Tentunya dengan mengusung kesetaraan bagi semua, khususnya perempuan, anak, dan remaja.


Data Kasus di Indonesia


Berdasarkan data modeling AEM, Kemenkes memperkirakan pada 2021, ada sekitar 526.841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27.000 kasus. Sebanyak 40 persen dari kasus infeksi baru tersebut terjadi pada perempuan.

Kemenkes telah melakukan upaya penanggulangan HIV-AIDS dengan menempuh jalur cepat 95-95-95. Artinya, mencapai target indikator 95 persen estimasi Orang Dengan HIV (ODHIV) diketahui status HIV-nya, 95 persen ODHIV diobati, dan 95 persen ODHIV yang diobati mengalami supresi virus.

Namun, kata Imran, menurut data 2018-2022, capaian target tersebut khususnya pada perempuan, anak dan remaja masih belum optimal. Pasalnya, baru 79 persen ODHIV di Indonesia yang mengetahui status HIV-nya. Selain itu, baru 41 persen ODHIV yang diobati dan 16 persen ODHIV yang diobati mengalami supresi virus.

Imran menerangkan penyebabnya ratusan kasus ini beragam mulai dari pandemi Covid-19, retensi pengobatan ARV yang rendah, adanya ketidaksetaraan dalam layanan HIV, serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS.

“Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak masih memerlukan penguatan,” tegasnya.


Editor: Indyah Sutriningrum

SEBELUMNYA

Lagi Viral, Begini Cara Membuat Spotify Wrapped 2022

BERIKUTNYA

Asyik, Sony Bakal Garap Film Biopik Raja Kungfu Bruce Lee

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: