Peneliti Temukan Spesies Baru Cecak Jarilengkung, Diberi Nama Pecel Madiun
12 March 2025 |
18:38 WIB
Ada kabar gembira bagi dunia pencinta reptil Indonesia. Pasalnya Tim Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil mengidentifikasi spesies baru cecak jarilengkung di Mojokerto, Jawa Timur. Cecak tersebut diberi nama Cyrtodactylus pecelmadiun, yang terinspirasi kuliner khas Jawa Timur, pecel madiun.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Awal Riyanto mengungkapkan spesies ini ditemukan di lingkungan urban seperti tanggul jembatan, tumpukan genteng, dan kebun di permukiman desa. Nama pecel madiun dipilih untuk mengenalkan makanan khas Jatim tersebut.
Baca juga: Status Terancam Punah, Orang Utan Endemik Indonesia
“Para peneliti ingin mengenalkan ragam kuliner Nusantara melalui dunia sains, sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya dalam deskripsi C papeda dari Pulau Obi dan C tehetehe dari Kepulauan Derawan,” papar Awal dalam keterangan tertulis, Rabu, (12/3/25).
Awal menjelaskan, secara morfologi, C pecelmadiun memiliki warna dasar cokelat kehitaman. Cecak berjenis kelamin jantan dewasa memiliki panjang tubuh (Snout-Vent Length/SVL) hingga 67,2 mm, sementara betina mencapai 59,0 mm.
Spesies ini memiliki 18–20 baris tuberkular dorsal yang tidak teratur di bagian tengah tubuh, yaitu 26–28 baris tuberkular antara ketiak dan selangkangan, serta 28–34 baris sisik perut.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Zootaxa edisi 16 Januari 2025 ini dijelaskan bahwa spesies C pecelmadiun jantan biasanya memiliki ceruk precloacal dengan 32–37 pori precloacofemoral, sementara bagian subkaudalnya tidak memiliki sisik lebar.
Menurut Awal C pecelmadiun cenderung dikenal sebagai spesies generalis dalam hal habitat. Spesies ini ditemukan tidak lebih dari 40 cm di atas permukaan tanah, di berbagai lingkungan yang dekat dengan aktivitas manusia.
Cecak jarilengkung Jawa atau Cyrtodactylus marmoratus merupakan spesies yang pertama yang telah dideskripsi oleh Gray (1831), berdasarkan spesimen yang dikoleksi Heinrich Kuhl dan Johan Conrad van Hasselt. Saat ini, cecak jarilengkung itu tersimpan di Museum Naturalis, Belanda.
Setelah 84 tahun berselang, tepatnya pada 1915, ahli reptil asal Belanda, Nelly de Rooij melaporkan keberadaan C fumosus yang dideskripsi oleh Müller (1895), dan kemudian dikonfirmasi oleh Brongersma (1934).
Seiring perkembangan penelitian, beberapa spesies baru dari Jawa telah dideskripsi, antara lain C semiadii (2014), C petani (2015), C klakahensis (2016), dan C belanegara (2024). Namun, Mecke et al. (2016) menemukan bahwa populasi C fumosus di Jawa sebenarnya merupakan variasi dari C marmoratus.
Secara filogenetik, C pecelmadiun berkerabat dekat dengan C petani, dengan jarak genetik 0,1–1,6 persen. Spesies ini menjadi bukti kedua keberadaan grup darmandvillei di Jawa setelah C petani, grup ini melimpah di kawasan Sunda Kecil.
Secara keseluruhan, Cyrtodactylus di Jawa terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu grup darmandvillei dan marmoratus, di mana keduanya merupakan kompleks spesies. Walhasil temuan ini bakal semakin mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk mengungkap keragaman tersembunyi (hidden diversity) dari Cyrtodactylus.
"Penemuan ini semakin mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk mengungkap keragaman tersembunyi dari Cyrtodactylus di Jawa, mengingat masih banyak spesies yang belum teridentifikasi secara menyeluruh," jelasnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Awal Riyanto mengungkapkan spesies ini ditemukan di lingkungan urban seperti tanggul jembatan, tumpukan genteng, dan kebun di permukiman desa. Nama pecel madiun dipilih untuk mengenalkan makanan khas Jatim tersebut.
Baca juga: Status Terancam Punah, Orang Utan Endemik Indonesia
“Para peneliti ingin mengenalkan ragam kuliner Nusantara melalui dunia sains, sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya dalam deskripsi C papeda dari Pulau Obi dan C tehetehe dari Kepulauan Derawan,” papar Awal dalam keterangan tertulis, Rabu, (12/3/25).
Awal menjelaskan, secara morfologi, C pecelmadiun memiliki warna dasar cokelat kehitaman. Cecak berjenis kelamin jantan dewasa memiliki panjang tubuh (Snout-Vent Length/SVL) hingga 67,2 mm, sementara betina mencapai 59,0 mm.
Spesies ini memiliki 18–20 baris tuberkular dorsal yang tidak teratur di bagian tengah tubuh, yaitu 26–28 baris tuberkular antara ketiak dan selangkangan, serta 28–34 baris sisik perut.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Zootaxa edisi 16 Januari 2025 ini dijelaskan bahwa spesies C pecelmadiun jantan biasanya memiliki ceruk precloacal dengan 32–37 pori precloacofemoral, sementara bagian subkaudalnya tidak memiliki sisik lebar.
Spesies Generalis
Menurut Awal C pecelmadiun cenderung dikenal sebagai spesies generalis dalam hal habitat. Spesies ini ditemukan tidak lebih dari 40 cm di atas permukaan tanah, di berbagai lingkungan yang dekat dengan aktivitas manusia.Cecak jarilengkung Jawa atau Cyrtodactylus marmoratus merupakan spesies yang pertama yang telah dideskripsi oleh Gray (1831), berdasarkan spesimen yang dikoleksi Heinrich Kuhl dan Johan Conrad van Hasselt. Saat ini, cecak jarilengkung itu tersimpan di Museum Naturalis, Belanda.
Setelah 84 tahun berselang, tepatnya pada 1915, ahli reptil asal Belanda, Nelly de Rooij melaporkan keberadaan C fumosus yang dideskripsi oleh Müller (1895), dan kemudian dikonfirmasi oleh Brongersma (1934).
Cyrtodactylus pecelmadiun sp. nov. from Mojokerto (sumber gambar: BRIN)
Secara filogenetik, C pecelmadiun berkerabat dekat dengan C petani, dengan jarak genetik 0,1–1,6 persen. Spesies ini menjadi bukti kedua keberadaan grup darmandvillei di Jawa setelah C petani, grup ini melimpah di kawasan Sunda Kecil.
Secara keseluruhan, Cyrtodactylus di Jawa terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu grup darmandvillei dan marmoratus, di mana keduanya merupakan kompleks spesies. Walhasil temuan ini bakal semakin mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk mengungkap keragaman tersembunyi (hidden diversity) dari Cyrtodactylus.
"Penemuan ini semakin mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk mengungkap keragaman tersembunyi dari Cyrtodactylus di Jawa, mengingat masih banyak spesies yang belum teridentifikasi secara menyeluruh," jelasnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.