Dancing Colors Gondol Piala Citra Film Pendek Terbaik di FFI 2022
23 November 2022 |
12:25 WIB
1
Like
Like
Like
Dancing Colors menjadi pemenang kategori Film Cerita Pendek Terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Sebelumnya, film yang diproduksi oleh rumah produksi asal Yogyakarta Crazyone Films itu telah tayang perdana di ajang festival bergengsi dunia Locarno Film Festival pada Agustus 2022.
Dalam ajang FFI tahun ini, Dancing Colors berhasil unggul dari lima film pendek lainnya yakni Basiyat: Bathe My Corpse with Mine garapan sutradara Ahmad Faiz, Culas (Sabrina Rochelle Kalangie), Membicarakan Kejujuran Diana (Angkasa Ramadhan), Pasukan Semut (Haris Supiandi), dan The Scent of Rat Carcasses (Dharma Putra Purna Nugraha).
"Saya ingin berterima kasih kepada bapak dan ibu saya, karena mereka masih mengizinkan saya untuk berada di dunia perfilman," kata sutradara Reza Fahriyansyah saat menerima Piala Citra, Selasa (22/11/2022) malam.
Baca juga: Intip 6 Film Cerita Pendek yang Masuk Nominasi Festival Film Indonesia 2022
Dancing Colors merupakan film pendek yang mengangkat cerita tentang orientasi seksual anak muda yang dibenturkan dengan stigma masyarakat.
Film ini berfokus pada karakter Dika, yang menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya dengan menari, demi membahagiakan orang tuanya.
Menurut catatan dewan juri FFI, dengan adegan-adegan artistik yang ditampilkan dengan tata cahaya dan permainan kamera yang baik, film Dancing Colors berhasil menghibur mata secara 'nakal'.
Film ini juga berhasil secara kreatif memakai latar kisah praktik exorcism Islam tanpa memaksakan pesan-pesan moral.
Sebagai seorang sutradara, Reza boleh dibilang sangat berani membuat film dengan mengangkat isu-isu yang sampai hari ini masih dianggap tabu bahkan menyimpang oleh sebagian besar masyarakat.
"Tapi sebenarnya yang paling berani adalah teman-teman yang masih bertahan dengan siasat-siasatnya untuk tetap bertahan di tengah masyarakat yang menekan dan memaksa mereka untuk berubah dari dirinya sendiri," terangnya.
Menurut Reza, isu yang diangkat dalam film Dancing Colors penting untuk menjadi bahan diskusi di masyarakat. Sebab, katanya, sampai saat ini masih banyak orang yang terkungkung oleh stigma masyarakat sehingga mereka tertekan dan tidak bisa menjadi dirinya sendiri.
Reza pun berharap agar masyarakat tidak menghakimi dan memaksa orang-orang di sekitar mereka untuk tetap menjadi dirinya sendiri. "Jadi bagi kami film ini sangat penting untuk dibuat bersama Yayasan Hivos," katanya
Seperti diketahui, dia memang konsisten mengangkat isu kelas pekerja sosial melalui film-filmnya. Sebelumnya, filmnya bertajuk Rest In Peace terpilih untuk kompetisi film pendek di Clermont Ferrand International Short Film Festival 2019. Saat ini, dia sedang mengembangkan film panjang pertamanya.
Sementara itu, untuk Genhype yang ingin menonton film Dancing Colors, film ini akan ditayangkan di ajang Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2022.
Baca juga: Cek Daftar Lengkap Pemenang Piala Citra Festival Film Indonesia 2022
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Dalam ajang FFI tahun ini, Dancing Colors berhasil unggul dari lima film pendek lainnya yakni Basiyat: Bathe My Corpse with Mine garapan sutradara Ahmad Faiz, Culas (Sabrina Rochelle Kalangie), Membicarakan Kejujuran Diana (Angkasa Ramadhan), Pasukan Semut (Haris Supiandi), dan The Scent of Rat Carcasses (Dharma Putra Purna Nugraha).
"Saya ingin berterima kasih kepada bapak dan ibu saya, karena mereka masih mengizinkan saya untuk berada di dunia perfilman," kata sutradara Reza Fahriyansyah saat menerima Piala Citra, Selasa (22/11/2022) malam.
Baca juga: Intip 6 Film Cerita Pendek yang Masuk Nominasi Festival Film Indonesia 2022
Dancing Colors merupakan film pendek yang mengangkat cerita tentang orientasi seksual anak muda yang dibenturkan dengan stigma masyarakat.
Film ini berfokus pada karakter Dika, yang menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya dengan menari, demi membahagiakan orang tuanya.
Menurut catatan dewan juri FFI, dengan adegan-adegan artistik yang ditampilkan dengan tata cahaya dan permainan kamera yang baik, film Dancing Colors berhasil menghibur mata secara 'nakal'.
Film ini juga berhasil secara kreatif memakai latar kisah praktik exorcism Islam tanpa memaksakan pesan-pesan moral.
Sebagai seorang sutradara, Reza boleh dibilang sangat berani membuat film dengan mengangkat isu-isu yang sampai hari ini masih dianggap tabu bahkan menyimpang oleh sebagian besar masyarakat.
"Tapi sebenarnya yang paling berani adalah teman-teman yang masih bertahan dengan siasat-siasatnya untuk tetap bertahan di tengah masyarakat yang menekan dan memaksa mereka untuk berubah dari dirinya sendiri," terangnya.
Menurut Reza, isu yang diangkat dalam film Dancing Colors penting untuk menjadi bahan diskusi di masyarakat. Sebab, katanya, sampai saat ini masih banyak orang yang terkungkung oleh stigma masyarakat sehingga mereka tertekan dan tidak bisa menjadi dirinya sendiri.
Reza pun berharap agar masyarakat tidak menghakimi dan memaksa orang-orang di sekitar mereka untuk tetap menjadi dirinya sendiri. "Jadi bagi kami film ini sangat penting untuk dibuat bersama Yayasan Hivos," katanya
Seperti diketahui, dia memang konsisten mengangkat isu kelas pekerja sosial melalui film-filmnya. Sebelumnya, filmnya bertajuk Rest In Peace terpilih untuk kompetisi film pendek di Clermont Ferrand International Short Film Festival 2019. Saat ini, dia sedang mengembangkan film panjang pertamanya.
Sementara itu, untuk Genhype yang ingin menonton film Dancing Colors, film ini akan ditayangkan di ajang Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2022.
Baca juga: Cek Daftar Lengkap Pemenang Piala Citra Festival Film Indonesia 2022
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.