Cuplikan film Before, Now, & Then (Nana)-Sumber gambar: Fourcolours Films

Nominasi FFI 2022 Mencerminkan Keragaman Tematik & Estetika

21 November 2022   |   20:28 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Malam puncak anugerah Festival Film Indonesia (FFI) akan kembali digelar. Ajang penghargaan tahunan itu akan kembali mengumumkan deretan nama dan karya terbaik di industri perfilman Tanah Air, dari sejumlah kategori nominasi. FFI akan menjadi momen perayaan bagi para sineas atas kerja perfilman selama setahun terakhir.

Dari sekian nominasi yang ada, boleh dibilang kategori Film Cerita Panjang Terbaik menjadi salah satu nominasi utama yang paling dinantikan dan menjadi bahan perbincangan para sinefil.

Baca juga: Ini Hal-Hal Spesial yang Bakal Hadir pada Malam Anugerah FFI 2022

Tahun ini, ada lima film yang didapuk menjadi nominasi Film Cerita Panjang Terbaik dalam FFI yakni Autobiography, Before, Now & Then (Nana), Mencuri Raden Saleh, Ngeri-Ngeri Sedap, dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.

Menurut Kritikus film Hikmat Darmawan, film-film yang masuk dalam nominasi FFI tahun ini merupakan wujud dari pencapaian keragaman, baik secara pendekatan estetika maupun tematik dalam industri perfilman Tanah Air.

Misalnya film Before, Now & Then (Nana) yang mengusung genre period drama yang digarap menggunakan pendekatan estetika yang lembut, dengan mengangkat tema isu perempuan. Film garapan sutradara Kamila Andini ini dinilai menyuguhkan narasi feminisme dengan unsur pembebasan yang simbolik.

Lalu ada film Seperti Dendam: Rindu Harus Dibayar Tuntas yang menggunakan pendekatan estetika hyper-stylistic dengan penyampaian cerita yang lugas dan kuat. Begitupun dengan film Mencuri Raden Saleh yang menawarkan narasi baru tentang heist movie dalam perfilman Indonesia.

Tak hanya dari segi cerita, menurut Hikmat, terjadi pula peningkatan standar keterampilan teknis dalam industri perfilman Indonesia saat ini, mulai dari sinematografi, tata cahaya, kostum, dan sebagainya.

Dia menilai bahwa pencapaian tersebut merupakan manifestasi kerja dari para pembuat film dalam menggarap karya mereka selama kurang lebih 3-4 tahun dari saat ini. Terlebih, untuk beberapa film yang berhasil melenggang di ajang internasional, didorong pula berkat kerja sama produksi bersama dengan beberapa laboratorium festival film di luar negeri.

"Sepanjang 2020 sampai 2021, banyak pembiayaan untuk mereka [pembuat film] bisa ikut dengan laboratorium film seperti di Berlinale, Torino, dan Busan. Jadi mereka pitching dan mendapatkan pendanaan," katanya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.

Dengan kata lain, pencapaian keragaman produk perfilman Indonesia baik secara estetika maupun tematik, merupakan buah investasi kerja kreatif para pembuat film dalam hal mutu, sumber daya manusia, serta sirkulasi mereka ke ranah internasional.
 


Menjaga Geliat Pasar Perfilman

Namun, di tengah dinamika yang mulai positif setelah lesu akibat pandemi, industri perfilman dalam negeri juga dibayangi akan isu resesi yang diprediksi akan terjadi pada tahun depan. Terkait hal ini, Hikmat menilai para pelaku industri perfilman harus mulai memikirkan antisipasi terkait model bisnis yang akan diambil agar tren positif ini terus terjaga.

"Bagaimana pun dampak resesinya, kita tetap harus siap-siap. Tidak mudah lagi untuk menempatkan menonton film [di bioskop] sebagai sesuatu yang penting. Apakah akan ke OTT semua atau bagaimana," ujarnya.

Semantara dari sisi mutu, Hikmat menilai film-film yang sukses di festival film internasional juga masih menjadi suatu anomali. Artinya, hal tersebut tidak bisa diperkirakan dengan pasti akan terus berlanjut.

Sebab, kebanyakan sutradara dari film-film tersebut adalah mereka yang berangkat dari proyek produksi film independen yang cenderung bebas dalam berkreasi dan berinovasi. Kendati demikian, dia tetap optimis bahwa ke depan akan lahir bakat-bakat filmmaker baru dalam industri perfilman nasional.

Terlebih, menurut dia, saat ini pemerintah juga sudah mulai bisa melakukan langkah yang tepat untuk mendukung industri perfilman nasional, salah satunya dengan memberikan dukungan pendanaan kepada film-film yang potensial.

Sementara itu, malam anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia 2022 akan diselenggarakan pada 22 November 2022 di Assembly Hall Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Festival Film Indonesia, Budaya Saya, dan Kemendikbudristek RI.

Tahun ini, ajang FFI mengangkat tema Perempuan: Citra, Karya & Karsa. Tema ini terdiri dari kata 'citra' yang melambangkan keindahan perempuan yang abadi, kata 'karya' yang melambangkan ciptaan yang lahir, dan 'karsa' melambangkan sumber kekuatan keindahan karya yang lahir dari perempuan.

Baca juga: Fakta-Fakta Penting Sejarah Festival Film Indonesia (FFI) yang Perlu Kalian Ketahui

Tema perempuan yang diangkat membuat deretan pembaca nominasi di FFI 2022 pun didominasi oleh figur publik perempuan dari berbagai latar belakang seperti diantaranya Asmara Abigail, Najwa Shihab, Asha Darra, Ayu Laksmi, Titiek Puspa, Putri Marino, dan Kamila Andini.

Gelaran FFI 2022 juga akan semakin meriah dengan kehadiran para pengisi acara yakni Andi Rianto & Magenta Orkestra, Lyodra, Isyana Sarasvati, dan JS Choir.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Wow, Serial Musikal Payung Fantasi Ismail Marzuki Tembus 19 Juta Penonton

BERIKUTNYA

Intip Strategi Pemilik Toko Grosir Ini Dongkrak Omzet 3 Kali Lipat dalam 3 Bulan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: