Unik, Brand Denim Ini Masih Pakai Mesin Jahit Tua Era 1920-an
19 November 2022 |
14:39 WIB
Sebuah mesin jahit tua nangkring di depan tenant Oldblue Co. Mesin berwarna cokelat itu seolah memberikan salam pembuka bagi para pengunjung yang hadir di ekshibisi dan bazar denim Wall of Fades di City Hall, Pondok Indah Mall 3, Jakarta Selatan, yang berlangsung akhir pekan ini 18-20 November 2022.
Sekilas, tenant tersebut tak jauh berbeda dengan para tetangganya yang juga menjajakan produk denim. Namun, jika dilihat lebih dekat, produk fesyen yang dibuat Oldblue Co cenderung memiliki denim dengan tingkat ketebalan yang tinggi. Desain-desain yang ditampilkan pun terkesan vintage.
Pendiri Oldblue Co Ahmad Hadiwijaya mengatakan bahwa denim-denim yang dibuat oleh mereknya mengusung konsep American vintage workwear. Brand yang lahir pada 2010 itu ingin memperkenalkan produk denim pada fase-fase awal item fesyen ini muncul.
Baca juga: Anak Denim Hajatan di Wall of Fades 2022
Oleh karena itu, inspirasi desain dan bahannya masih berpedoman pada para pendiri denim fase awal. Produk denim miliknya banyak mengambil konsep era 1890-an hingga 1960-an. Pria yang akrab disapa Yaya itu mengatakan pada periode itu, denim sedang berada di masa keemasannya.
Oleh karenanya, konsep tersebut kembali dihadirkan kembali saat ini. Meskipun demikian, konsep vintage yang diusung Oldblue Co bukanlah gimmick semata. Dari segi gaya, desian, bahan, hingga mesin pembuatnya dibuat semirip mungkin dengan era 1890-an.
“Kami juga pakai mesin jahit yang sudah sangat tua. Mesin jahit kami produksi era 1920-an hingga 1940-an dengan harapan bisa mendukung konsep yang kami lakukan. Jadi, bukan cuma konsep aja, dari segi core sampai eksekusinya harus mencerminkan visi yang dibawa,” ungkap Yaya saat ditemui Hypeabis, beberapa waktu lalu.
Yaya mengatakan penggunaan mesin tua sangat berpengaruh dalam produk fesyen denim yang dibuatnya. Dia menganalogikan seseorang yang menggunakan mobil lama dan mobil baru. Berkendara memakai mobil yang berada pada era berbeda tentu akan memberikan feel yang berbeda pul.
Menurutnya, ada keunikan tersendiri dari mesin jahit tua yang tidak bisa digantikan dengan mesin modern. Mesin-mesin jahit tua umumnya memiliki cara kerja yang lambat dibanding mesin modern. Namun, diakuinya mesin jahit tua lebih baik karena menghasilkan jahitan yang lebih kuat.
Keunggulan tersebut sangat dibutuhkan oleh produk denim yang dibesut olehnya. Sebab, denim era 1890-an cenderung berbahan tebal. Jadi, diperlukan mesin jahit yang kuat agar kualitas produknya bisa lebih terjaga.
Yaya mengaku tidak khawatir mesin jahit tua yang masih dipakainya membuat kuantitas produk mereka tidak banyak. Dia mengatakan koleksi-koleksi denim Oldblue Co memang selalu dibuat limited edition. “Bukan karena sok-sokan aja. Namun, kecepatan produksinya memang lambat. Dari segi itu, juga sulit mengejar kuantitas seperti yang lain,” ungkapnya.
Dari segi bahan, dirinya juga menggunakan jenis selvedge denim. Jenis ini memiliki keunggulan alami karena tepi kain demin tidak terurai, tetapi membentuk tepian yang lebih rapi. Selvedge denim juga membuat memiliki tipe jahitan yang lebih kuat.
Yaya mengatakan selvedge denim juga kini produksinya tidak terlalu banyak. Sebab, saat ini sudah tidak terlalu banyak pabrik yang mampu membuat denim jenis tersebut.
Baca juga: Enggak Ada Matinya, Intip Tren Denim yang Lagi Ramai
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Sekilas, tenant tersebut tak jauh berbeda dengan para tetangganya yang juga menjajakan produk denim. Namun, jika dilihat lebih dekat, produk fesyen yang dibuat Oldblue Co cenderung memiliki denim dengan tingkat ketebalan yang tinggi. Desain-desain yang ditampilkan pun terkesan vintage.
Pendiri Oldblue Co Ahmad Hadiwijaya mengatakan bahwa denim-denim yang dibuat oleh mereknya mengusung konsep American vintage workwear. Brand yang lahir pada 2010 itu ingin memperkenalkan produk denim pada fase-fase awal item fesyen ini muncul.
Baca juga: Anak Denim Hajatan di Wall of Fades 2022
Denim Oldblue Co (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Oleh karenanya, konsep tersebut kembali dihadirkan kembali saat ini. Meskipun demikian, konsep vintage yang diusung Oldblue Co bukanlah gimmick semata. Dari segi gaya, desian, bahan, hingga mesin pembuatnya dibuat semirip mungkin dengan era 1890-an.
“Kami juga pakai mesin jahit yang sudah sangat tua. Mesin jahit kami produksi era 1920-an hingga 1940-an dengan harapan bisa mendukung konsep yang kami lakukan. Jadi, bukan cuma konsep aja, dari segi core sampai eksekusinya harus mencerminkan visi yang dibawa,” ungkap Yaya saat ditemui Hypeabis, beberapa waktu lalu.
Limited Edition
Yaya mengatakan penggunaan mesin tua sangat berpengaruh dalam produk fesyen denim yang dibuatnya. Dia menganalogikan seseorang yang menggunakan mobil lama dan mobil baru. Berkendara memakai mobil yang berada pada era berbeda tentu akan memberikan feel yang berbeda pul.Menurutnya, ada keunikan tersendiri dari mesin jahit tua yang tidak bisa digantikan dengan mesin modern. Mesin-mesin jahit tua umumnya memiliki cara kerja yang lambat dibanding mesin modern. Namun, diakuinya mesin jahit tua lebih baik karena menghasilkan jahitan yang lebih kuat.
Keunggulan tersebut sangat dibutuhkan oleh produk denim yang dibesut olehnya. Sebab, denim era 1890-an cenderung berbahan tebal. Jadi, diperlukan mesin jahit yang kuat agar kualitas produknya bisa lebih terjaga.
Denim (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Yaya mengaku tidak khawatir mesin jahit tua yang masih dipakainya membuat kuantitas produk mereka tidak banyak. Dia mengatakan koleksi-koleksi denim Oldblue Co memang selalu dibuat limited edition. “Bukan karena sok-sokan aja. Namun, kecepatan produksinya memang lambat. Dari segi itu, juga sulit mengejar kuantitas seperti yang lain,” ungkapnya.
Dari segi bahan, dirinya juga menggunakan jenis selvedge denim. Jenis ini memiliki keunggulan alami karena tepi kain demin tidak terurai, tetapi membentuk tepian yang lebih rapi. Selvedge denim juga membuat memiliki tipe jahitan yang lebih kuat.
Yaya mengatakan selvedge denim juga kini produksinya tidak terlalu banyak. Sebab, saat ini sudah tidak terlalu banyak pabrik yang mampu membuat denim jenis tersebut.
Baca juga: Enggak Ada Matinya, Intip Tren Denim yang Lagi Ramai
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.