Enggak Ada Matinya, Intip Tren Denim yang Lagi Ramai
07 November 2022 |
14:00 WIB
1
Like
Like
Like
Coba buka isi lemarimu Genhype. Adakah bahan denim di sana? Ya, salah satu item fesyen ini emang hampir dimiliki oleh semua orang. Wajar saja, denim termasuk bahan yang sangat cocok dipadu padankan dengan berbagai jenis fesyen lainnya. Sifatnya yang versatile dan bahannya yang tahan lama membuat denim menjadi item fesyen yang terus eksis hingga hari ini.
Sebagai sebuah fesyen, denim juga punya keunikan, terutama untuk bahan raw denim. Jenis tersebut dapat menciptakan corak atau fading yang berbeda-beda sesuai dengan jenis aktivitas si pemiliknya.
Co-Founder Darahkubiru Panca Novianto mengatakan pertumbuhan pemakai denim di Indonesia terus bertambah. Denim belakangan terus bertransformasi menjadi mode fesyen yang lebih universal. Jadi, yang memakai denim bukan hanya denim snob aja. Kini, hampir setiap orang pasti memiliki item fesyen tersebut di rumahnya.
“Ada yang unik di denim. Sadar atau tidak sadar, generasi baru penikmat fesyen denim selalu muncul setiap momen kelulusan anak SMA,” ujar Panca saat ditemui Hypeabis.id di kawasan Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Ini Alasan Fesyen Berbahan Denim Makin Diminati Generasi Muda
Transisi dari masa SMA ke kuliah rupanya jadi momen untuk mencoba hal-hal baru, termasuk denim. Tidak adanya aturan seragam pada masa kuliah menjadi momen bagi mereka untuk memakai denim dalam aktivitasnya.
Beberapa hanya sekadar menjadikan denim jadi fesyen baru untuk berangkat kuliah. Namun, sebagian lain ada yang punya ketertarikan lebih. Nah, orang-orang ini yang kemudian jadi pencinta baru denim.
Dengan terus adanya pencinta baru, Panca menganggap denim memang akan jadi item fesyen yang enggak ada matinya. Menurutnya, kalimat tersebut tidak terucap dari ruang hampa. Mereka yang menyukai denim pun bukan asal ikut tren semata.
“Denim itu sebuah fesyen yang long lasting dan fungsinya jelas. Denim adalah fesyen item yang pasti awet, susah sobek, susah belel, dan bisa diturunin dari orang tua ke anaknya. Jadi, secara enggak langsung perilaku tersebut tercipta dari bahan denim yang emang awet banget,” ungkapnya.
Hal itu pula yang membedakan denim dengan fast fashion. Panca mengatakan denim setidaknya akan terus dipakai oleh orang selama 1-2 tahun.
Panca mengatakan denim termasuk mode fesyen yang proses pembuatannya memerlukan banyak air, dari menanam dan menanen kapas, pewarnaan, dan penyempurnaan produknya.
Selain itu, eco denim juga mulai berkembang. Konsep tersebut telah mampu membuat denim dari bahan-bahan yang ramah lingkungan.
Panca mengatakan denim juga kini telah berkembang jadi berbagai bentuk fesyen. Dahulu, era 2009-an, raw denim menjadi item yang paling diminati. Namun, makin ke sini, banyak orang yang mulai suka diversifikasi produk, seperti washed denim, relaxed fit, cargo pants, dan lainnya.
“Ujung-ujungnya, denim kembali ke kodratnya pada zaman dahulu sebagai fesyen yang memiliki fungsi. Denim itu secara fesyen dapat, secara fungsi juga oke,” tegasnya.
Baca juga: Wall of Fades 2022 Bakal Kembali Digelar, Simak Keseruannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Sebagai sebuah fesyen, denim juga punya keunikan, terutama untuk bahan raw denim. Jenis tersebut dapat menciptakan corak atau fading yang berbeda-beda sesuai dengan jenis aktivitas si pemiliknya.
Co-Founder Darahkubiru Panca Novianto mengatakan pertumbuhan pemakai denim di Indonesia terus bertambah. Denim belakangan terus bertransformasi menjadi mode fesyen yang lebih universal. Jadi, yang memakai denim bukan hanya denim snob aja. Kini, hampir setiap orang pasti memiliki item fesyen tersebut di rumahnya.
“Ada yang unik di denim. Sadar atau tidak sadar, generasi baru penikmat fesyen denim selalu muncul setiap momen kelulusan anak SMA,” ujar Panca saat ditemui Hypeabis.id di kawasan Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Ini Alasan Fesyen Berbahan Denim Makin Diminati Generasi Muda
Transisi dari masa SMA ke kuliah rupanya jadi momen untuk mencoba hal-hal baru, termasuk denim. Tidak adanya aturan seragam pada masa kuliah menjadi momen bagi mereka untuk memakai denim dalam aktivitasnya.
Beberapa hanya sekadar menjadikan denim jadi fesyen baru untuk berangkat kuliah. Namun, sebagian lain ada yang punya ketertarikan lebih. Nah, orang-orang ini yang kemudian jadi pencinta baru denim.
Dengan terus adanya pencinta baru, Panca menganggap denim memang akan jadi item fesyen yang enggak ada matinya. Menurutnya, kalimat tersebut tidak terucap dari ruang hampa. Mereka yang menyukai denim pun bukan asal ikut tren semata.
“Denim itu sebuah fesyen yang long lasting dan fungsinya jelas. Denim adalah fesyen item yang pasti awet, susah sobek, susah belel, dan bisa diturunin dari orang tua ke anaknya. Jadi, secara enggak langsung perilaku tersebut tercipta dari bahan denim yang emang awet banget,” ungkapnya.
Hal itu pula yang membedakan denim dengan fast fashion. Panca mengatakan denim setidaknya akan terus dipakai oleh orang selama 1-2 tahun.
Tren Denim 2022
Panca melihat tren denim secara global saat ini sedang mengarah ke sustainable fesyen. Banyak brand besar yang mulai membuat produk denim yang lebih berkelanjutan. Salah satu yang kini sedang berkembang ialah water less denim.Panca mengatakan denim termasuk mode fesyen yang proses pembuatannya memerlukan banyak air, dari menanam dan menanen kapas, pewarnaan, dan penyempurnaan produknya.
Selain itu, eco denim juga mulai berkembang. Konsep tersebut telah mampu membuat denim dari bahan-bahan yang ramah lingkungan.
Panca mengatakan denim juga kini telah berkembang jadi berbagai bentuk fesyen. Dahulu, era 2009-an, raw denim menjadi item yang paling diminati. Namun, makin ke sini, banyak orang yang mulai suka diversifikasi produk, seperti washed denim, relaxed fit, cargo pants, dan lainnya.
“Ujung-ujungnya, denim kembali ke kodratnya pada zaman dahulu sebagai fesyen yang memiliki fungsi. Denim itu secara fesyen dapat, secara fungsi juga oke,” tegasnya.
Baca juga: Wall of Fades 2022 Bakal Kembali Digelar, Simak Keseruannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.