Didik Nini Thowok & Paduan Suara Dialita Meraih Penghargaan Akademi Jakarta
16 November 2022 |
22:58 WIB
Akademi Jakarta memberikan penghargaan Akademi Jakarta 2022 kepada Didik Nini Thowok untuk kategori individu atas pencapaian sepanjang hidup dan paduan suara Dialita untuk kategori kelompok.
Ketua Akademi Jakarta, Seno Gumira Ajidarma, mengatakan bahwa penghargaan ini adalah bagian dari pemahaman Akademi Jakarta bahwa kebudayaan tidak lagi dipandang hanya sebagai kesenian. "Namun, secara luas, yakni segala bentuk pembermaknaan manusia atas dunianya,” katanya.
Baca juga: Warahan Selip Teater Satu Lampung, Komedi Satire dalam Gelak Tawa Penonton
Dia menuturkan bahwa kerja budaya menjadi penting dan mendesak, terutama ketika menghadapi ancaman krisis kebudayaan, seperti gejala penghancuran nalar yang tidak menunjukkan tanda akan segera berhenti.
Menurutnya, Didik Nini Thowok dan paduan suara Dialita telah menunjukkan bagaimana melalui kesenian, perjuangan kemanusiaan yang teguh dan bernyali dapati dilakukan dengan kreativitas meyakinkan tanpa perlu mengundang pertentangan.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, anggota Akademi Jakarta Melani Budianta mengatakan bahwa terdapat beberapa pertimbangan paduan suara Dialita memperoleh penghargaan Akademi Jakarta 2022.
Pertama , adalah paduan suara ini telah melakukan rekonsiliasi kultural berbasis komitmen terhadap kemanusiaan dan cinta kepada Tanah Air ketika rekonsiliasi politik atas kekerasan sistemik pada 1965 tidak kunjung dapat dilakukan.
Kedua, adalah Dialita telah menunjukkan kerja secara kolektif di bidang seni musik dengan mengumpulkan lirik dan lagu karya tahanan politik yang tersembunyi dan tersebar. Karya tersebut diciptakan pada masa penahanan. Pembentukan dan pelatihan paduan suara pada 2011 merupakan akumulasi dari dedikasi pada seni dan kemanusiaan selama enam dekade, “Suatu pencapaian sepanjang hayat,” katanya.
Ketiga, Dialita ini telah membangun ingatan akan luka sejarah bukan untuk terjebak di dalamnya. Namun, untuk proses penyembuhan bersama melalui seni paduan suara yang mengolah kembali secara apik lagu-lagu tahanan politik dan lagu kenangan pada era penuh gejolak pada 1960an.
Keempat, penampilan dan kehadiran Dialita sebagai saksi dan penyintas kekerasan masa lalu telah membuka ruang penyadaran kritis lintas generasi. Melalui kreasi budaya, dengan lembut dan penuh kasih sayang, Dialita membangun narasi tandingan yang meluruhkan dendam dan menggoyahkan stigmatisasi.
Dialita adalah suara perempuan yang melantangkan ingatan dan peringatan agar Bangsa Indonesia belajar dari masa lalu untuk lebih bijak mengelola perbedaan, dan berhenti melakukan kekerasan atas tubuh pertiwi.
Sementara itu, Anggota Akademi Jakarta, Afrizal Malna, mengatakan bahwa Akademi Jakarta melihat penghargaan Akademi Jakarta 2022 untuk Didik Nini Thowok merupakan lanskap pengetahuan untuk seni pertunjukan tari, praktik-praktik lintas budaya maupun performance studies, dan gender tabu, untuk dibagikan melalui forum ini.
“Kami mengucapkan banyak terima kasih atas kinerja maupun dedikasi yang telah diberikan Didik Nini Thowok, yang dilakukan hampir sepanjang hidupnya, untuk dunia tari, dan untuk keberagaman,” katanya.
Perjalanan panjang yang dilakukan Didik Nini Thowok dalam lanskap pertunjukan tari Indonesia, yang memberi struktur pembentukan identitas Didik Nini Thowok sebagai metafor hantu identitas merupakan riwayat dekonstruksi atas praktik-praktik rasisme dan seksis. Didik menempuh nalar artistik dalam dekonstruksi ini.
Editor: Dika Irawan
Ketua Akademi Jakarta, Seno Gumira Ajidarma, mengatakan bahwa penghargaan ini adalah bagian dari pemahaman Akademi Jakarta bahwa kebudayaan tidak lagi dipandang hanya sebagai kesenian. "Namun, secara luas, yakni segala bentuk pembermaknaan manusia atas dunianya,” katanya.
Baca juga: Warahan Selip Teater Satu Lampung, Komedi Satire dalam Gelak Tawa Penonton
Dia menuturkan bahwa kerja budaya menjadi penting dan mendesak, terutama ketika menghadapi ancaman krisis kebudayaan, seperti gejala penghancuran nalar yang tidak menunjukkan tanda akan segera berhenti.
Menurutnya, Didik Nini Thowok dan paduan suara Dialita telah menunjukkan bagaimana melalui kesenian, perjuangan kemanusiaan yang teguh dan bernyali dapati dilakukan dengan kreativitas meyakinkan tanpa perlu mengundang pertentangan.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, anggota Akademi Jakarta Melani Budianta mengatakan bahwa terdapat beberapa pertimbangan paduan suara Dialita memperoleh penghargaan Akademi Jakarta 2022.
Pertama , adalah paduan suara ini telah melakukan rekonsiliasi kultural berbasis komitmen terhadap kemanusiaan dan cinta kepada Tanah Air ketika rekonsiliasi politik atas kekerasan sistemik pada 1965 tidak kunjung dapat dilakukan.
Kedua, adalah Dialita telah menunjukkan kerja secara kolektif di bidang seni musik dengan mengumpulkan lirik dan lagu karya tahanan politik yang tersembunyi dan tersebar. Karya tersebut diciptakan pada masa penahanan. Pembentukan dan pelatihan paduan suara pada 2011 merupakan akumulasi dari dedikasi pada seni dan kemanusiaan selama enam dekade, “Suatu pencapaian sepanjang hayat,” katanya.
Ketiga, Dialita ini telah membangun ingatan akan luka sejarah bukan untuk terjebak di dalamnya. Namun, untuk proses penyembuhan bersama melalui seni paduan suara yang mengolah kembali secara apik lagu-lagu tahanan politik dan lagu kenangan pada era penuh gejolak pada 1960an.
Keempat, penampilan dan kehadiran Dialita sebagai saksi dan penyintas kekerasan masa lalu telah membuka ruang penyadaran kritis lintas generasi. Melalui kreasi budaya, dengan lembut dan penuh kasih sayang, Dialita membangun narasi tandingan yang meluruhkan dendam dan menggoyahkan stigmatisasi.
Dialita adalah suara perempuan yang melantangkan ingatan dan peringatan agar Bangsa Indonesia belajar dari masa lalu untuk lebih bijak mengelola perbedaan, dan berhenti melakukan kekerasan atas tubuh pertiwi.
Sementara itu, Anggota Akademi Jakarta, Afrizal Malna, mengatakan bahwa Akademi Jakarta melihat penghargaan Akademi Jakarta 2022 untuk Didik Nini Thowok merupakan lanskap pengetahuan untuk seni pertunjukan tari, praktik-praktik lintas budaya maupun performance studies, dan gender tabu, untuk dibagikan melalui forum ini.
“Kami mengucapkan banyak terima kasih atas kinerja maupun dedikasi yang telah diberikan Didik Nini Thowok, yang dilakukan hampir sepanjang hidupnya, untuk dunia tari, dan untuk keberagaman,” katanya.
Perjalanan panjang yang dilakukan Didik Nini Thowok dalam lanskap pertunjukan tari Indonesia, yang memberi struktur pembentukan identitas Didik Nini Thowok sebagai metafor hantu identitas merupakan riwayat dekonstruksi atas praktik-praktik rasisme dan seksis. Didik menempuh nalar artistik dalam dekonstruksi ini.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.