Mengenal Faktor Risiko Diabetes yang Bisa Diubah dengan Mudah
14 November 2022 |
18:54 WIB
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja. Tua dan muda kini memiliki risiko yang sama untuk terkena penyakit ini. Untuk itu, penting bagi setiap orang untuk mengetahui cara mudah mencegah diabetes melitus sejak dini.
Diabetes merupakan penyakit yang berhubungan dengan gula. Seseorang yang terkena penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar gula di dalam darah. Gaya hidup yang tidak sehat adalah faktor besar yang mendorong seseorang terkena diabetes setelah genetik.
Baca juga: Banyak Kasus di Kelompok Anak Muda, Simak Piramida Perjalanan Pasien Alami Diabetes
Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Ketut Suastika mengatakan penyakit diabetes melitus bisa dihindari dengan melakukan pencegahan primer. Mencegah diabetes sedini mungkin bisa membuat harapan hidup pasien lebih panjang karena terhindar dari risiko komplikasi.
Selain itu, dari segi umur, usia di atas 40 tahun terbilang lebih rentan terkena diabetes melitus. Ketut mengatakan ibu yang memiliki riwayat kelahiran dengan bayi berat lebih dari 4.000 gram juga memiliki risiko lebih dibanding yang lain.
Faktor-faktor risiko tersebut terjadi secara alami dan tidak bisa dimodifikasi. Namun, mereka bukan berarti otomatis terkena diabetes. Dengan memahami diri sendiri punya risiko lebih, orang tersebut seharusnya menjaga diri dan kesehatannya lebih baik lagi.
Namun, diabetes melitus juga bisa disebabkan oleh faktor risiko yang bisa dimodifikasi. Faktor ini umumnya berkaitan dengan gaya hidup.
Ketut mengatakan seseorang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi terkena diabetes. Selain itu, aktivitas fisik yang berkurang juga menjadi faktor pendorong lain.
Adanya hipertensi dan dislipidemia juga ikut berpangruh memperbesar peluang seseorang terkena diabetes.
Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat adalah kunci mencegah diabetes. Ketut mengatakan menghentikan aktivitas merokok menjadi langkah pertama menjalani hidup yang lebih sehat.
Selanjutnya, seseorang juga mesti jadwal rutin berolahraga. Aktivitas fisik dan latihan jasmani bisa membuat tubuh lebih sehat dan tidak mudah terkena diabetes. Namun, pada kelompok risiko tinggi diperlukan intervensi farmokologis.
Ketut menambahkan pengaturan pola makan juga berpengaruh. Sebab, diabetes erat kaitannya dengan obesitas dan asupan gula. Ada beberapa prinsip makan yang perlu dipatuhi agar konsumsi gula tidak berlebihan.
Secara umum, pengaturan makan akan disarankan oleh dokter berdasarkan acuan indeks masa tubuh. Untuk menghitungnya, bisa menggunakan rumus Broca, yakni 90% (TB cm) – 100) x 1 kilogram.
Seseorang yang memiliki berat badan ideal biasanya membutuhkan 25 kilocalories-30 kilocalories. Untuk kategori ini, pasien umumnya membutuhkan karbohidrat sebanyak 45 persen-65 persen kalori.
Kebutuhan protein kategori ini sekitar 10 persen-20 persen, sedangkan kebutuhan lemak sebaiknya hanya 20 persen - 25 persen.
“Cukupi juga kebutuhan vitamin dan mineral yang berasal dari sayuran maupun buah. Bagi mereka yang punya riwayat hipertensi, perlu juga membatasi konsumsi garam dalam asupan makanannya,” imbuhnya.
Baca juga: 5 Fakta Diabetes, Generasi Muda Wajib Tahu!
Editor: Dika Irawan
Diabetes merupakan penyakit yang berhubungan dengan gula. Seseorang yang terkena penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar gula di dalam darah. Gaya hidup yang tidak sehat adalah faktor besar yang mendorong seseorang terkena diabetes setelah genetik.
Baca juga: Banyak Kasus di Kelompok Anak Muda, Simak Piramida Perjalanan Pasien Alami Diabetes
Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Ketut Suastika mengatakan penyakit diabetes melitus bisa dihindari dengan melakukan pencegahan primer. Mencegah diabetes sedini mungkin bisa membuat harapan hidup pasien lebih panjang karena terhindar dari risiko komplikasi.
Kenali Faktor Risiko
Ketut mengatakan ada beberapa faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi. Misalnya, seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes melitus. Dia tentu akan punya risiko lebih tinggi terkena diabetes.Selain itu, dari segi umur, usia di atas 40 tahun terbilang lebih rentan terkena diabetes melitus. Ketut mengatakan ibu yang memiliki riwayat kelahiran dengan bayi berat lebih dari 4.000 gram juga memiliki risiko lebih dibanding yang lain.
Faktor-faktor risiko tersebut terjadi secara alami dan tidak bisa dimodifikasi. Namun, mereka bukan berarti otomatis terkena diabetes. Dengan memahami diri sendiri punya risiko lebih, orang tersebut seharusnya menjaga diri dan kesehatannya lebih baik lagi.
Namun, diabetes melitus juga bisa disebabkan oleh faktor risiko yang bisa dimodifikasi. Faktor ini umumnya berkaitan dengan gaya hidup.
Ketut mengatakan seseorang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi terkena diabetes. Selain itu, aktivitas fisik yang berkurang juga menjadi faktor pendorong lain.
Adanya hipertensi dan dislipidemia juga ikut berpangruh memperbesar peluang seseorang terkena diabetes.
Mengubah Gaya Hidup Jadi Kunci
Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat adalah kunci mencegah diabetes. Ketut mengatakan menghentikan aktivitas merokok menjadi langkah pertama menjalani hidup yang lebih sehat.Selanjutnya, seseorang juga mesti jadwal rutin berolahraga. Aktivitas fisik dan latihan jasmani bisa membuat tubuh lebih sehat dan tidak mudah terkena diabetes. Namun, pada kelompok risiko tinggi diperlukan intervensi farmokologis.
Ketut menambahkan pengaturan pola makan juga berpengaruh. Sebab, diabetes erat kaitannya dengan obesitas dan asupan gula. Ada beberapa prinsip makan yang perlu dipatuhi agar konsumsi gula tidak berlebihan.
Secara umum, pengaturan makan akan disarankan oleh dokter berdasarkan acuan indeks masa tubuh. Untuk menghitungnya, bisa menggunakan rumus Broca, yakni 90% (TB cm) – 100) x 1 kilogram.
Seseorang yang memiliki berat badan ideal biasanya membutuhkan 25 kilocalories-30 kilocalories. Untuk kategori ini, pasien umumnya membutuhkan karbohidrat sebanyak 45 persen-65 persen kalori.
Kebutuhan protein kategori ini sekitar 10 persen-20 persen, sedangkan kebutuhan lemak sebaiknya hanya 20 persen - 25 persen.
“Cukupi juga kebutuhan vitamin dan mineral yang berasal dari sayuran maupun buah. Bagi mereka yang punya riwayat hipertensi, perlu juga membatasi konsumsi garam dalam asupan makanannya,” imbuhnya.
Baca juga: 5 Fakta Diabetes, Generasi Muda Wajib Tahu!
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.