Penting! Yuk Kenali Gejala, Komplikasi & Perawatan Alergi
07 November 2022 |
12:43 WIB
Angka kejadian alergi di Indonesia masih terbilang tinggi. Menurut laporan perusahaan kesehatan Bayer, angka kejadian alergi di dalam negeri berkisar antara 20 persen sampai 64 persen. Laporan Omnibus survey yang dilakukan Nielson mencatat gejala alergi yang umum dijumpai berupa alergi kulit dan rinitis alergi yang mencapai 24 persen.
Disusul dengan gejala insidensi dermatitis atopi sebanyak 23,67 persen, serta urtikaria dan rinitis alergi yang menjadi penyakit atopik paling sering muncul dengan riwayat keluarga atopik positif sebesar 60,79 persen. Alergi merupakan suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat asing pemicu alergi.
Zat-zat asing tersebut disebut dengan alergen. Kekebalan tubuh atau antibodi menyerang apapun yang menurutnya dapat membahayakan tubuh, termasuk alergen. Namun reaksinya kadang berlebihan dan malah menimbulkan hal-hal kurang nyaman bagi penderitanya.
Baca juga: Ternyata Alergi Tidak Bisa Sembuh, Yuk Cek 5 Fakta Lain Soal Alergi
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik, Iris Rengganis, menjelaskan alergi merupakan hal yang sering ditemukan pada pasien. Ada beberapa cara alergen masuk ke dalam tubuh yakni melalui inhalant (saluran napas), ingestan (saluran cerna), injektan (suntikan) dan kontak langsung dengan kulit.
"Respons pada alergi bisa berbeda-beda, tergantung dari sumber alergen dan bagaimana cara alergen itu masuk ke tubuh," ujarnya.
Untuk mengetahui tingkat keparahan alergi, Dokter Iris mengatakan bisa menggunakan SCORAD (Score of Atopic Dermatitis), suatu indeks yang bisa menilai derajat keparahan inflamasi dermatitis atopik dengan menilai luas luka, tanda inflamasi (eritema, indurasi, ekskoriasi, papul, likenifikasi), keluhan gatal dan gangguan tidur.
Asma bronkial dapat berkomplikasi menjadi pneumotoraks, emfisema subkutan, sedangkan dermatitis atopik bisa berkomplikasi menjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh Staphylococcus, eksim herpetikum, dermatitis kontak sekunder (karena antibiotik), dan dermatitis tangan (melalui kontak yang berlebihan dengan air).
Selain itu, komplikasi atopi yang terjadi pada mata yaitu keratokonjungtivitis atopik, keratoconus dan katarak atopik. "Meskipun jarang terjadi, alergi dapat menyebabkan reaksi yang sangat parah, yang disebut anafilaksis atau syok anafilaksis yang dapat mengancam jiwa," ucapnya.
Dia menjelaskan alergi anafilaksis bisa menyebabkan gagal napas akut dan dalam beberapa kasus yang parah ditemukan edema laring akut, bronkospasme, hipotensi, sianosis dan syok.
"Namun, yang lebih penting adalah pemilihan obat yang tepat sehingga penderitanya dapat meredakan gejalanya dengan lebih cepat dan kembali produktif tanpa gangguan," katanya.
Dia menjelaskan perawatan alergi mencakup obat seperti antihistamin untuk mengontrol gejala yang ada. Obat ini dapat digunakan saat alergi terjadi dan saat merasa gejala reaksi alergi untuk mencegah reaksi berlebihan.
Baca juga: Anak Alergi Makanan, Begini Gejala dan Cara Mengatasinya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Disusul dengan gejala insidensi dermatitis atopi sebanyak 23,67 persen, serta urtikaria dan rinitis alergi yang menjadi penyakit atopik paling sering muncul dengan riwayat keluarga atopik positif sebesar 60,79 persen. Alergi merupakan suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat asing pemicu alergi.
Zat-zat asing tersebut disebut dengan alergen. Kekebalan tubuh atau antibodi menyerang apapun yang menurutnya dapat membahayakan tubuh, termasuk alergen. Namun reaksinya kadang berlebihan dan malah menimbulkan hal-hal kurang nyaman bagi penderitanya.
Baca juga: Ternyata Alergi Tidak Bisa Sembuh, Yuk Cek 5 Fakta Lain Soal Alergi
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik, Iris Rengganis, menjelaskan alergi merupakan hal yang sering ditemukan pada pasien. Ada beberapa cara alergen masuk ke dalam tubuh yakni melalui inhalant (saluran napas), ingestan (saluran cerna), injektan (suntikan) dan kontak langsung dengan kulit.
"Respons pada alergi bisa berbeda-beda, tergantung dari sumber alergen dan bagaimana cara alergen itu masuk ke tubuh," ujarnya.
Gejala Alergi
Iris memaparkan gejala atau reaksi alergi memiliki tingkat keparahan yang bervariasi, mulai dari yang umum sampai yang parah Reaksi umum alergi, paparnya, bisa berupa bersin dan hidung gatal, berair atau tersumbat (rinitis alergi), mata gatal, merah, berair (konjungtivitis), sesak napas dan batuk, ruam merah yang menonjol dan gatal, bibir, lidah, mata atau wajah bengkak, sakit perut, merasa sakit, muntah atau diare, serta kulit kering, merah dan pecah-pecah.Untuk mengetahui tingkat keparahan alergi, Dokter Iris mengatakan bisa menggunakan SCORAD (Score of Atopic Dermatitis), suatu indeks yang bisa menilai derajat keparahan inflamasi dermatitis atopik dengan menilai luas luka, tanda inflamasi (eritema, indurasi, ekskoriasi, papul, likenifikasi), keluhan gatal dan gangguan tidur.
Komplikasi Alergi
Lebih lanjut, Dokter Iris menerangkan komplikasi dari alergi beragam tergantung dari bentuk reaksinya. Jika tidak diobati, paparnya, rinitis alergi dapat menyebabkan sinusitis, otitis media, polip nasal, apnea.Asma bronkial dapat berkomplikasi menjadi pneumotoraks, emfisema subkutan, sedangkan dermatitis atopik bisa berkomplikasi menjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh Staphylococcus, eksim herpetikum, dermatitis kontak sekunder (karena antibiotik), dan dermatitis tangan (melalui kontak yang berlebihan dengan air).
Selain itu, komplikasi atopi yang terjadi pada mata yaitu keratokonjungtivitis atopik, keratoconus dan katarak atopik. "Meskipun jarang terjadi, alergi dapat menyebabkan reaksi yang sangat parah, yang disebut anafilaksis atau syok anafilaksis yang dapat mengancam jiwa," ucapnya.
Dia menjelaskan alergi anafilaksis bisa menyebabkan gagal napas akut dan dalam beberapa kasus yang parah ditemukan edema laring akut, bronkospasme, hipotensi, sianosis dan syok.
Manajemen Alergi
Oleh karena itu, Dokter Iris mengatakan manajemen alergi yang tepat sejak dini sangat dibutuhkan bagi para penderita alergi. Salah satu bentuknya dapat dilakukan sendiri yaitu dengan mengubah gaya hidup, seperti menggunakan filter udara dan menghindari alergen."Namun, yang lebih penting adalah pemilihan obat yang tepat sehingga penderitanya dapat meredakan gejalanya dengan lebih cepat dan kembali produktif tanpa gangguan," katanya.
Dia menjelaskan perawatan alergi mencakup obat seperti antihistamin untuk mengontrol gejala yang ada. Obat ini dapat digunakan saat alergi terjadi dan saat merasa gejala reaksi alergi untuk mencegah reaksi berlebihan.
Baca juga: Anak Alergi Makanan, Begini Gejala dan Cara Mengatasinya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.