Ternyata Alergi Tidak Bisa Sembuh, Yuk Cek 5 Fakta Lain Soal Alergi
06 October 2022 |
17:00 WIB
Alergi adalah suatu perubahan respons pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat tertentu yang sebenarnya tidak berbahaya. Namun, bagi orang yang alergi, zat tersebut sangat sensitif terhadap tubuhnya. Oleh karena itu, muncul penolakan tubuh terhadap zat yang sebenarnya tidak berbahaya.
Alergi timbul karena perubahan reaksi tubuh yang menjadi rentan terhadap suatu bahan yang ada di dalam lingkungan kita sehari-hari. Reaksi alergi yang muncul pada setiap orang juga berbeda-beda. Alergi yang ringan biasanya ditandai dengan bersin-bersin, pilek, dan batik. Namun, pada kasus yang lebih berat, alergi bisa menyebabkan anafilaksis.
Kebanyakan alergi muncul pada anak-anak dan remaja, kemudian mereda seiring bertambahnya usia. Namun, pada beberapa orang alergi tetap muncul hingga usianya dewasa. Sebab, alergi sebenarnya tiak pernah bisa hilang dari dalam tubuh.
Meski kebanyakan alergi tidak berbahaya, bukan berarti kamu bisa menyepelekannya. Sebab, jumlah orang yang mengidap alergi ternyata cukup banyak di dunia. Terlebih masih ada banyak mitos yang keliru soal alergi yang membuat salah penanganan. Berikut fakta-fakta tentang alergi yang perlu kamu tahu.
Bagaimana dengan Indonesia? Sebenarnya belum ada data yang memadai soal angka prevalensi alergi di dalam negeri. Namun, kisaran orang yang mengidap alergi diperkirakan mencapai 20 persen sampai dengan 64 persen.
Jika seseorang mengalami pilek alergi terus menerus, bukan tidak mungkin akan berubah menjadi penyakit sinusitis. Kalau sudah terkena komplikasi sinusitus, seseorang akan disarankan menjalani penyembuhan dengan operasi. Oleh karena itu, alergi mesti sedini mungkin dikontrol dengan baik.
Kemudian, bentuk alergi lain yang sering dijumpai ialah rhinitis alergi atau yang biasa disebut pilek alergi. Sesuai namanya, seseorang yang mengalami rhinitis akan menunjukkan gejala bersin, pilek, mata merah, berair, dan gatal.
Di Indonesia, rhinitis biasanya disebabkan oleh tungau dan debu rumah. Namun, di luar negeri, umumnya disebabkan oleh polen atau serbuk sari tanaman.
Seseorang hanya bisa mencegah alergi itu muncul kembali dengan menghindari faktor pencetusnya. Misalnya, ketika alergi tungau dan debu, maka seseorang wajib menghindari kondisi lingkungan yang berdebu. Kemudian, selalu siapkan obat-obatan untuk segera mengurangi efeknya.
Bukan hanya itu, gejala lain, seperti batuk-batuk akibat reaksi alergi juga tak bisa disepelekan. Sebab, batuk akibat alergi dan berlangsung dalam waktu yang sering bisa mengakibatkan asma. Oleh karena itu, jangan menyepelekan alergi.
Editor: Indyah Sutriningrum
Alergi timbul karena perubahan reaksi tubuh yang menjadi rentan terhadap suatu bahan yang ada di dalam lingkungan kita sehari-hari. Reaksi alergi yang muncul pada setiap orang juga berbeda-beda. Alergi yang ringan biasanya ditandai dengan bersin-bersin, pilek, dan batik. Namun, pada kasus yang lebih berat, alergi bisa menyebabkan anafilaksis.
Kebanyakan alergi muncul pada anak-anak dan remaja, kemudian mereda seiring bertambahnya usia. Namun, pada beberapa orang alergi tetap muncul hingga usianya dewasa. Sebab, alergi sebenarnya tiak pernah bisa hilang dari dalam tubuh.
Meski kebanyakan alergi tidak berbahaya, bukan berarti kamu bisa menyepelekannya. Sebab, jumlah orang yang mengidap alergi ternyata cukup banyak di dunia. Terlebih masih ada banyak mitos yang keliru soal alergi yang membuat salah penanganan. Berikut fakta-fakta tentang alergi yang perlu kamu tahu.
1. Jumlah Pengidap Alergi
Jumlah orang yang mengidap alergi ternyata tidak sedikit. Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi klinik Iris Rengganis mengatakan sebanyak 30 persen sampai 40 persen populasi dunia menderita alergi.Bagaimana dengan Indonesia? Sebenarnya belum ada data yang memadai soal angka prevalensi alergi di dalam negeri. Namun, kisaran orang yang mengidap alergi diperkirakan mencapai 20 persen sampai dengan 64 persen.
2. Menurunkan Kualitas Hidup
Meski tampak sepele, alergi ternyata dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Di Amerika Serikat, alergi telah menyebabkan penurunan produktifitas hingga 25 persen. Alergi juga menjadi alasan 30 persen karyawan absen dari pekerjaannya.Jika seseorang mengalami pilek alergi terus menerus, bukan tidak mungkin akan berubah menjadi penyakit sinusitis. Kalau sudah terkena komplikasi sinusitus, seseorang akan disarankan menjalani penyembuhan dengan operasi. Oleh karena itu, alergi mesti sedini mungkin dikontrol dengan baik.
3. Bentuk-bentuk alergi
Bentuk-bentuk alergi sangat bervariasi. Bentuk yang paling umum dijumpai di Indonesia ialah urtikaria atau biasa dikenal dengan nama biduran. Biduran merupakan kondisi ruam kulit yang dipicu oleh reaksi terhadap alergen, seperti makanan, obat-obatan atau iritasi lain.Kemudian, bentuk alergi lain yang sering dijumpai ialah rhinitis alergi atau yang biasa disebut pilek alergi. Sesuai namanya, seseorang yang mengalami rhinitis akan menunjukkan gejala bersin, pilek, mata merah, berair, dan gatal.
Di Indonesia, rhinitis biasanya disebabkan oleh tungau dan debu rumah. Namun, di luar negeri, umumnya disebabkan oleh polen atau serbuk sari tanaman.
4. Alergi Tidak Bisa Sembuh
Dokter Iris mengatakan alergi tidak bisa sembuh. Sebab, alergi melekat di dalam tubuh seseorang, apalagi secara ketika alergi didapat dari faktor keturunan.Seseorang hanya bisa mencegah alergi itu muncul kembali dengan menghindari faktor pencetusnya. Misalnya, ketika alergi tungau dan debu, maka seseorang wajib menghindari kondisi lingkungan yang berdebu. Kemudian, selalu siapkan obat-obatan untuk segera mengurangi efeknya.
5. Bisa Memicu penyakit kronis
Beberapa orang yang alergi mungkin awalnya hanya menunjukkan gejala pilek. Namun, jika tidak segera diobati, pilek bisa berubah jadi penyakit kronis, seperti sinusitis. Tentu hal ini akan berakibat pada kondisi kesehatan yang makin buruk.Bukan hanya itu, gejala lain, seperti batuk-batuk akibat reaksi alergi juga tak bisa disepelekan. Sebab, batuk akibat alergi dan berlangsung dalam waktu yang sering bisa mengakibatkan asma. Oleh karena itu, jangan menyepelekan alergi.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.