Individu, keluarga, komunitas, dan struktural dapat menjadi pelindung atau justru merusak kesehatan mental seseorang. (Sumber gambar ilustrasi: pexels/Alex Green)

Gangguan Mental Berkaitan Erat dengan Penyalahgunaan Zat dan Tingginya Angka Kematian

07 November 2022   |   08:19 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Kakak penyanyi Aaron Carter, Nick Carter, mengungkapkan bahwa penyebab sebenarnya atas kematian sang adik yang berusia 34 tahun adalah kecanduan obat-obatan terlarang dan gangguan mental yang dialaminya sejak beberapa tahun belakangan.

Dilansir dari akun Instagram @nickcarter, Carter mengungkapkan bahwa hubungan dengan saudaranya tidak mudah. Namun, anggota grup musik Backstreet Boys itu mengungkapkan selalu mencintai sang adik.

Meski hatinya hancur dengan kabar kematian adik kesayangan, dia selalu memiliki harapan bahwa Aaron suatu hari akan menjalani kehidupan yang sehat dan menemukan bantuan yang sangat dibutuhkannya.

“Terkadang kita ingin menyalahkan seseorang atas suatu kehilangan,” tulisnya.

Baca juga: 7 Cara Mengatasi Kelelahan Mental, Salah Satunya Berkata Tidak

Dilansir dari laman Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO), gangguan mental ditandai dengan gangguan yang signifikan secara klinis dalam kognisi, regulasi emosi, atau perilaku individu. Kondisi ini biasanya berhubungan dengan distres atau gangguan pada area fungsi yang penting.

Gangguan mental juga dapat disebut sebagai kondisi kesehatan mental, dan memiliki cakupan yang lebih luas seperti gangguan mental, cacat psikososial, dan kondisi mental yang terkait dengan tekanan yang signifikan, gangguan fungsi, atau risiko melukai diri sendiri.

Pada 2019, 1 dari setiap 8 orang atau 970 juta orang di seluruh dunia memiliki ganguan mental, dengan gangguan kecemasan dan depresi adalah yang paling umum dimiliki. Pada 2020, jumlah orang yang hidup dengan gangguan kecemasan dan depresi meningkat secara signifikan karena pandemi Covid-19 dengan perkiraan awal masing-masing sebesar 26 persen dan 28 persen.  

WHO menuliskan bahwa ganguan mental dapat dicegah dan diobati. Namun, kebanyakan orang dengan gangguan mental tidak memiliki akses ke pengobatan yang efektif. Tidak hanya itu, banyak orang juga mengalami stigma, diskriminasi, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
 

Ilustrasi. (Sumber gambar: Pexels/Kat Smith)

Ilustrasi. (Sumber gambar: Pexels/Kat Smith)


Di sisi lain, para peneliti secara konsisten menunjukkan bahwa tingkat kematian pada pasien dengan penyakit mental yang parah sangat tinggi. Sekitar delapan juta kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit mental dengan kesenjangan kematian antara orang dengan gangguan mental dan populasi umum telah meningkat sejak sebelum 1970.

WHO juga menuliskan siapa pun dapat berisiko terkena gangguan mental dan ada beragam faktor yang dapat menyebabkan seseorang memiliki gangguan mental. Namun, mereka yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan mental adalah mereka yang berada dalam kondisi buruk, seperti kemiskinan, kekerasan, ketidaksetaraan, ketidaksempurnaan secara fisik, dan sebagainya.

Sayangnya, sistem kesehatan belum cukup memenuhi kebutuhan orang yang menderita gangguan mental. Di seluruh dunia terdapat kesenjangan yang sangat lebar antara kebutuhan akan pengobatan dan penyediaannya. Sebagai contoh, hanya 29 persen penderita gangguan psikologis dan hanya sepertiga penderita depresi yang menerima perawatan kesehatan mental.


Kasus Umum

WHO menyebutkan bahwa terdapat 301 juta orang yang hidup dengan gangguan kecemasan pada 2019. Dari total itu, sebanyak 58 juta anak-anak dan remaja. Gangguan kecemasan ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan dan gangguan perilaku. Ada beberapa jenis gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan umum yang ditandai dengan kekhawatiran yang berlebihan.

Kemudian, gangguan panik yang ditandai dengan serangan panik; gangguan kecemasan sosial yang ditandai dengan rasa takut dan khawatir yang berlebihan dalam situasi sosial; gangguan kecemasan perpisahan yang ditandai dengan ketakutan atau kecemasan yang berlebihan tentang perpisahan dari orang-orang yang memiliki ikatan emosional yang dalam.

Gangguan mental lainnya adalah depresi yang juga banyak dialami. Sebanyak 280 juta orang hidup dengan depresi, dengan 23 juta di antaranya adalah anak-anak dan remaja. WHO menuliskan bahwa depresi berbeda dengan suasana hati seseorang yang mengalami naik dan turun dan respons emosional yang berumur pendek yang sering dihadapi oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ini 4 Perbedaan Psikolog & Terapis dalam Dunia Kesehatan Mental

Seseorang yang menderita depresi mengalami suasana hati yang tertekan, kehilangan kesenangan, atau minat dalam melakukan kegiatan hampir sepanjang hari selama setiap hari, dan setidaknya selama dua minggu.

Gejala lainnya adalah konsentrasi yang buruk, perasaan bersalah yang berlebihan harga diri yang rendah, keputusasaan tentang masa depan, pikiran tentang kematian atau bunuh diri, tidur yang terganggu, perubahan nafsu makan atau berat badan, dan perasaan sangat lelah atau rendah energi.

Orang yang menderita depresi juga memiliki risiko bunuh diri. Namun, ada perawatan psikologis yang efektif, dan tergantung pada usia dan tingkat keparahannya. Tidak hanya itu, penderita depresi juga dapat diberikan obat-obatan.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Tips Menikmati Karya Seni Abstrak untuk Pemula

BERIKUTNYA

Hypereport: Peluang & Tantangan Agensi Vtuber di Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: