Tak hanya memacak arsip, pameran ini juga dilengkapi video dan instalasi mengenai sosok penyair di mata liyan (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Pameran 100 Tahun Chairil Anwar, Mengenang si Binatang Jalang dalam Lembaran-lembaran Arsip

02 November 2022   |   19:58 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Mitos & Plagiarisme

Di sisi lain, dalam catatan kuratorial, Laksmi menuliskan bahwa popularitas Chairil tak bisa lepas dari mitosnya sebagai binatang jalang yang telah lama berkembang. Salah satunya terkait kedudukan sang penyair yang telah mendobrak karya sastra Indonesia baru lewat kalimat-kalimat sangkil.

Namun, menurutnya Chairil tidak berdiri sendiri. Dia adalah produk tradisi dari penyair sebelumnya. Melalui proses itulah yang justru menyebabkan puisi-puisinya berhasil melampaui zaman, sesuai wawasan dan bacaan yang dia pilih.

"Melalui proses penciptaan ulang ini, dia membangun kontinuitas bukan saja antara dirinya dan Amir Hamzah, tapi juga memberi landasan bagi tumbuhnya para penyair kita di kemudian hari," papar Laksmi.

 

Ilustrasi sumber gambar (Hypeabis/Prasetyo Agung Ginanjar)

Ilustrasi sumber gambar (Hypeabis/Prasetyo Agung Ginanjar)


Isu plagiarisme juga diangkat dalam pameran ini lewat bagian khusus bertajuk Plagiarisme, Saduran, atau Pengaruh?. Salah satunya lewat karya berjudul Krawang-Bekasi yang diyakini merupakan karya jiplakan dari penyair Archibald MacLeish berjudul The Young Dead Soldiers Do Not Speak

Tak hanya itu, lewat pameran ini publik juga menjadi tahu selama masa pengkaryaannya yang singkat, Chairil telah memberikan kontribusi kerja budaya yang baik untuk Indonesia. Menurut Laksmi Chairil telah menciptakan kata-kata, bangunan bahasa, dan permainan morfologis yang baru di sajak-sajaknya.

Adapun dalam buku, Chairil Anwar: Pelopor Angkatan 45, H.B Jassin menyebut, selama hidupnya Chairil telah membuat 85 sajak. Sebanyak 72 di antaranya sajak asli (1 dalam bahasa Belanda), ditambah dua saduran dan 11 terjemahan. Sajak-sajak itu dibuat dari 1942-1949.

Pameran ini juga menampilkan sosok-sosok yang turut membentuk wawasan kultural dan pandangan hidup Chairil. Mereka yang berkisar di antara penulis sajak Derai-derai Cemara itu a.l Sutan Sjahrir, Des Alwi, Affandi, Sudjana Kerton, Sudjojono, hingga Ida Nasution.

Editor: Dika Irawan
1
2


SEBELUMNYA

Resep Bihun Goreng ala Restoran Chinese Food, Cocok jadi Sajian Makan Malam Keluarga

BERIKUTNYA

Pesta Rakyat 30 Tahun Berkarya Dewa 19 ditunda, Cek Syarat Refund

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: