Warna Berbeda dari Hubungan Korsel dan Korut di Layar Lebar
31 October 2022 |
13:28 WIB
1
Like
Like
Like
Momen bersejarah dalam relasi antara Korea Utara dan Korea Selatan terjadi pada 2018. Saat itu, Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in akhirnya bertemu di zona demiliterisasi. Optimisme membaiknya hubungan dua saudara ini menguat selepas pertemuan tersebut.
Namun, seperti yang sudah-sudah, kemesraan dua saudara tak akur tersebut tidaklah awet. Kedua negara kembali terlibat dalam ketegangan. Baru-baru ini, Korsel mulai menggelar latihan militer di Semenanjung Korea sebagai sikap waspada atas ancaman dari Pyongyang. Korut dilaporkan menembakkan rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur. Sebelumnya, mereka juga menembakkan dua rudal strategis.
Sejak berpisah pada Agustus 1945, hubungan kedua negara terus menunjukkan ketegangan. Ketimpangan pun semakin nyata. Korut yang berkiblat pada Uni Soviet, terpaksa harus menelan pil pahit ketika penyokongnya tersebut ambruk. Sementara, Korsel yang didukung oleh negara-negara barat, terus melaju.
Baca juga: 5 Fakta Seru Film 6/45, Saat Tentara Korsel & Tentara Korut Berebut Hadiah Lotre
Di dunia layar lebar, hubungan kedua negara ikut menarik perhatian para sineas di Negeri Ginseng. Mereka menciptakan film berbagai genre, yang menggambarkan hubungan kedua negara. Ketimpangan antar kedua negara sering digambarkan dalam film tersebut. Namun, di balik situasi tegang dua negara itu, film-film ini juga menampilkan sisi humor.
Umpamanya, dalam film Joint Security Area (2000), dikisahkan tentara Korut dan Korsel yang bertugas di perbatasan Panumjom, secara diam-diam menjalin pertemanan.
Dalam film ini diperlihatkan Sersan Oh dari Korut sebagai sosok bersahabat. Dia tidak segan menolong Letnan Soo-Hyuk dari Korsel saat terjerat jebakan ranjau.
Hubungan mereka hancur karena terjadi peristiwa penembakan di area tersebut. Sementara kedua belah pihak silang pendapat mengenai hal tersebut.
Film lain yang mengangkat cerita tentang Korut adalah Confidiential Assigment. Kisahnya, Im Chul-Ryung (Hyun-Bin) mendapat tugas untuk mengejar Cha Ki-Sung (Kim Ju-Hyeok) pelaku kejahatan uang palsu yang berada di Korsel.
Sayangnya, Im Chul-Ryung cuma diberi waktu tiga hari menangkap buronan tersebut. Hal ini kemudian membuat kedua negara membuka kerja sama untuk menindak pelaku kejahatan tersebut.
Meskipun demikian, Korsel masih menyimpan curiga terhadap Korut. Alhasil, diutuslah detektif Kang Jin-Tae (Hae-Jin Yo) untuk memonitoring Im Chul Ryung. Namun, dalam perjalanannya kedua orang ini menjalin pertemanan akrab.
Profesor dari University of North Korean Studies Lee Woo Young dan senior program specialist dari Korean National Comission untuk UNESCO Kim Myung Shin menuliskan divisions film memiliki warna tersendiri, bergantung pada siapa yang berkuasa.
Misalnya, Korsel di bawah kepemimpinan Presiden Kim Dae-jung (1998-2003) cenderung bersikap hangat dengan tetangganya tersebut.
Kim terkenal dengan kebijakan Sunshine Policy yang menitikberatkan pada perdamaian di semenanjung Korea. Hubungan harmonis Korsel dan Korut di bawah Kim Dae-Jung berubah ketika Lee-Myung Bak berkuasa pada 2008.
Dia mengenalkan kebijakan yang lebih keras terhadap Korut. Aktivitas wisatawan di Gunung Kumgang ditunda karena terjadi serangan terhadap wisatawan. Sementara itu, Korut mengetes nuklir mereka.
Lee Woo Young dan Kim Myung Shin dalam penelitannya menemukan bahwa divison films pada era Kim Dae-Jung mengarah pada semangat unifikasi damai Korut dan Korsel dalam Korea. Adapun, pada masa Lee Myung-bak, film-film ini condong pada koeksistensi. Kedua negara menjalankan eksistensinya masing-masing. Di sisi lain, kekerasan struktural tetap ada.
Meski begitu, terdapat benang merah dari film Korsel tentang Korut ini, yaitu tentang harapan rakyat Korsel hidup berdampingan dengan saudara mereka di Utara. Terlepas dari siapa pun pemimpin mereka.
Baca juga: 6 Foto Terlarang tentang Korea Utara Ini Ungkap Kehidupan Nyata di Negeri Kim Jong Un
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Namun, seperti yang sudah-sudah, kemesraan dua saudara tak akur tersebut tidaklah awet. Kedua negara kembali terlibat dalam ketegangan. Baru-baru ini, Korsel mulai menggelar latihan militer di Semenanjung Korea sebagai sikap waspada atas ancaman dari Pyongyang. Korut dilaporkan menembakkan rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur. Sebelumnya, mereka juga menembakkan dua rudal strategis.
Sejak berpisah pada Agustus 1945, hubungan kedua negara terus menunjukkan ketegangan. Ketimpangan pun semakin nyata. Korut yang berkiblat pada Uni Soviet, terpaksa harus menelan pil pahit ketika penyokongnya tersebut ambruk. Sementara, Korsel yang didukung oleh negara-negara barat, terus melaju.
Baca juga: 5 Fakta Seru Film 6/45, Saat Tentara Korsel & Tentara Korut Berebut Hadiah Lotre
Di dunia layar lebar, hubungan kedua negara ikut menarik perhatian para sineas di Negeri Ginseng. Mereka menciptakan film berbagai genre, yang menggambarkan hubungan kedua negara. Ketimpangan antar kedua negara sering digambarkan dalam film tersebut. Namun, di balik situasi tegang dua negara itu, film-film ini juga menampilkan sisi humor.
Umpamanya, dalam film Joint Security Area (2000), dikisahkan tentara Korut dan Korsel yang bertugas di perbatasan Panumjom, secara diam-diam menjalin pertemanan.
Dalam film ini diperlihatkan Sersan Oh dari Korut sebagai sosok bersahabat. Dia tidak segan menolong Letnan Soo-Hyuk dari Korsel saat terjerat jebakan ranjau.
Hubungan mereka hancur karena terjadi peristiwa penembakan di area tersebut. Sementara kedua belah pihak silang pendapat mengenai hal tersebut.
Film lain yang mengangkat cerita tentang Korut adalah Confidiential Assigment. Kisahnya, Im Chul-Ryung (Hyun-Bin) mendapat tugas untuk mengejar Cha Ki-Sung (Kim Ju-Hyeok) pelaku kejahatan uang palsu yang berada di Korsel.
Sayangnya, Im Chul-Ryung cuma diberi waktu tiga hari menangkap buronan tersebut. Hal ini kemudian membuat kedua negara membuka kerja sama untuk menindak pelaku kejahatan tersebut.
Meskipun demikian, Korsel masih menyimpan curiga terhadap Korut. Alhasil, diutuslah detektif Kang Jin-Tae (Hae-Jin Yo) untuk memonitoring Im Chul Ryung. Namun, dalam perjalanannya kedua orang ini menjalin pertemanan akrab.
Bergantung pada Kebijakan Penguasa
Di sisi lain, film-film Korsel bertemakan Korut ini dikenal dengan istilah Divisons Film. Karya sineas ini berkembang atas cerminan dari perubahan sosial yang terkait dengan latar belakang perpecahan Korea.Profesor dari University of North Korean Studies Lee Woo Young dan senior program specialist dari Korean National Comission untuk UNESCO Kim Myung Shin menuliskan divisions film memiliki warna tersendiri, bergantung pada siapa yang berkuasa.
Misalnya, Korsel di bawah kepemimpinan Presiden Kim Dae-jung (1998-2003) cenderung bersikap hangat dengan tetangganya tersebut.
Kim terkenal dengan kebijakan Sunshine Policy yang menitikberatkan pada perdamaian di semenanjung Korea. Hubungan harmonis Korsel dan Korut di bawah Kim Dae-Jung berubah ketika Lee-Myung Bak berkuasa pada 2008.
Dia mengenalkan kebijakan yang lebih keras terhadap Korut. Aktivitas wisatawan di Gunung Kumgang ditunda karena terjadi serangan terhadap wisatawan. Sementara itu, Korut mengetes nuklir mereka.
Lee Woo Young dan Kim Myung Shin dalam penelitannya menemukan bahwa divison films pada era Kim Dae-Jung mengarah pada semangat unifikasi damai Korut dan Korsel dalam Korea. Adapun, pada masa Lee Myung-bak, film-film ini condong pada koeksistensi. Kedua negara menjalankan eksistensinya masing-masing. Di sisi lain, kekerasan struktural tetap ada.
Meski begitu, terdapat benang merah dari film Korsel tentang Korut ini, yaitu tentang harapan rakyat Korsel hidup berdampingan dengan saudara mereka di Utara. Terlepas dari siapa pun pemimpin mereka.
Baca juga: 6 Foto Terlarang tentang Korea Utara Ini Ungkap Kehidupan Nyata di Negeri Kim Jong Un
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.