Profesi Konten Kreator Makin Diminati, Ini Harapan Arief Muhammad
27 October 2022 |
16:46 WIB
Banyak anak muda yang saat ini bercita-cita untuk menjadi seorang konten kreator. Selain dapat mengeksplorasi kreativitas berdasarkan passion atau minat yang dimiliki, konten kreator juga bisa mendapatkan penghasilan yang menggiurkan.
Hal ini didukung dengan makin banyaknya platform digital yang dapat dimanfaatkan mulai dari youtube, instagram, hingga tiktok. Apalagi untuk menjadi konten kreator, seseorang tidak harus berasal dari kalangan selebritas, masyarakat bisa pun kini banyak yang sukses karena konten kreatif yang mereka buat di sosial medianya, dari yang mulanya hanya iseng ingga akhirnya menjadi profesional.
Tak heran bila saat ini profesi sebagai konten kreator menjadi salah satu dari pekerjaan impian dari kelompok generasi millenial dan terutama generasi Z. Namun sayangnya kreativitas sebagai seorang konten kreator ini sering kali 'terganggu' dengan adanya anggapan bahwa konten yang menarik dan bakal viral adalah sesuatu yang sensasional dan kontroversial.
Baca juga: Catat! Ini 6 Kiat Biar Jadi Content Creator yang Sukses
Tak heran bila belakangan makin banyak konten kreator yang sengaja membuat konten-konten hanya untuk sensasi. Bahkan salah satu konten kreator ternama di Tanah Air, baru-baru ini sempat membuat konten hanya karena isu tersebut lagi viral tanpa memperhatikan rasa empati dan dampaknya kepada masyarakat.
Di sisi lain, tak sedikit kreator pemula yang justru harus berjuang menghasilkan konten berkualitas dengan menggali segala kemampuan dan kreativitas mereka tetapi justru sulit berkembang karena terbatas dengan segala tuntutan algoritma.
Kondisi ini rupanya mendapatkan perhatian khusus dari seorang konten kreator Indonesia, Arief Muammad atau yang dikenal dengan akun twitternya @poconggg. Melalui akun instragramnya, pria yang juga seorang pengusaha ini menyampaikan keresahannya akan industri kreatif jaman sekarang.
Arief mengaku sering mendengar pengalaman teman-teman yang baru terjun menjadi content creator. Banyak dari mereka yang merasa kesulitan untuk tetap konsisten membuat konten, tetapi harus tetap berusaha mencari pemasukan.
“Sering dapat curhatan dari teman-teman yang baru terjun jadi content creator tentang struggle mereka untuk konsisten bikin konten. Sementara, di sisi lain harus tetap realistis mencari income,” tulisnya melalui akun instagramnya.
Arief merasa belum ada sebuah wadah ekspresi yang benar-benar mendukung kreator dan followers untuk menyalurkan kreativitas sekaligus memperoleh penghasilan yang layak.
Menurut Arief, wadah semacam ini akan semakin membuka peluang ekosistem ekonomi kreator di Indonesia terbentuk dan berpotensi besar memberikan dampak bagi perekenomian negeri.
“Mungkin nggak ya kalau bangsa kita bikin platform sendiri yang bisa lebih mendukung para kreator dan juga followers agar tetap produktif tapi tetap bisa making money dengan fair? Jadi sehat itu ekosistemnya. Kreativitas bisa tersalur, dapur bisa tetap ngebul,” ujarnya.
Arief menitip pesan bagi semua pihak yang terlibat di industri kreator untuk mulai bersama-sama menciptakan sebuah ekosistem yang sehat, di mana kreator, audiens, brands, dan regulator bisa saling mendukung dan bertumbuh bersama, sehingga ekonomi kreator terus bergulir.
“Ekosistem kreator di Indonesia punya potensi yang besar sekali. Apalagi kalau ada jaminan kreator bisa ‘hidup’ dari apa yang dikerjakannya,” ujarnya.
Hal ini didukung dengan makin banyaknya platform digital yang dapat dimanfaatkan mulai dari youtube, instagram, hingga tiktok. Apalagi untuk menjadi konten kreator, seseorang tidak harus berasal dari kalangan selebritas, masyarakat bisa pun kini banyak yang sukses karena konten kreatif yang mereka buat di sosial medianya, dari yang mulanya hanya iseng ingga akhirnya menjadi profesional.
Tak heran bila saat ini profesi sebagai konten kreator menjadi salah satu dari pekerjaan impian dari kelompok generasi millenial dan terutama generasi Z. Namun sayangnya kreativitas sebagai seorang konten kreator ini sering kali 'terganggu' dengan adanya anggapan bahwa konten yang menarik dan bakal viral adalah sesuatu yang sensasional dan kontroversial.
Baca juga: Catat! Ini 6 Kiat Biar Jadi Content Creator yang Sukses
Tak heran bila belakangan makin banyak konten kreator yang sengaja membuat konten-konten hanya untuk sensasi. Bahkan salah satu konten kreator ternama di Tanah Air, baru-baru ini sempat membuat konten hanya karena isu tersebut lagi viral tanpa memperhatikan rasa empati dan dampaknya kepada masyarakat.
Di sisi lain, tak sedikit kreator pemula yang justru harus berjuang menghasilkan konten berkualitas dengan menggali segala kemampuan dan kreativitas mereka tetapi justru sulit berkembang karena terbatas dengan segala tuntutan algoritma.
Kondisi ini rupanya mendapatkan perhatian khusus dari seorang konten kreator Indonesia, Arief Muammad atau yang dikenal dengan akun twitternya @poconggg. Melalui akun instragramnya, pria yang juga seorang pengusaha ini menyampaikan keresahannya akan industri kreatif jaman sekarang.
Arief mengaku sering mendengar pengalaman teman-teman yang baru terjun menjadi content creator. Banyak dari mereka yang merasa kesulitan untuk tetap konsisten membuat konten, tetapi harus tetap berusaha mencari pemasukan.
“Sering dapat curhatan dari teman-teman yang baru terjun jadi content creator tentang struggle mereka untuk konsisten bikin konten. Sementara, di sisi lain harus tetap realistis mencari income,” tulisnya melalui akun instagramnya.
Arief merasa belum ada sebuah wadah ekspresi yang benar-benar mendukung kreator dan followers untuk menyalurkan kreativitas sekaligus memperoleh penghasilan yang layak.
Menurut Arief, wadah semacam ini akan semakin membuka peluang ekosistem ekonomi kreator di Indonesia terbentuk dan berpotensi besar memberikan dampak bagi perekenomian negeri.
“Mungkin nggak ya kalau bangsa kita bikin platform sendiri yang bisa lebih mendukung para kreator dan juga followers agar tetap produktif tapi tetap bisa making money dengan fair? Jadi sehat itu ekosistemnya. Kreativitas bisa tersalur, dapur bisa tetap ngebul,” ujarnya.
Arief menitip pesan bagi semua pihak yang terlibat di industri kreator untuk mulai bersama-sama menciptakan sebuah ekosistem yang sehat, di mana kreator, audiens, brands, dan regulator bisa saling mendukung dan bertumbuh bersama, sehingga ekonomi kreator terus bergulir.
“Ekosistem kreator di Indonesia punya potensi yang besar sekali. Apalagi kalau ada jaminan kreator bisa ‘hidup’ dari apa yang dikerjakannya,” ujarnya.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.