Rayakan Hari Ulos Nasional, Tobatenun Rilis Koleksi Couture 'Kayu & Kosmos'
20 October 2022 |
17:13 WIB
Untuk merayakan Hari Ulos Nasional yang jatuh tiap tanggal 17 Oktober 2022, Tobatenun meluncurkan koleksi couture pertamanya bertajuk Kayu & Kosmos. Sebanyak 17 busana couture dipamerkan dalam peragaan busana bertajuk Parompuan dan Ulos yang digelar pada Rabu (19/10) di La Moda, Plaza Indonesia, Jakarta.
Koleksi tersebut terdiri dari beragam jenis busana mulai dari women's wear seperti dress, outer, vest, cape, bralette, pants, corset, men’s wear yang terdiri dari shirt, trouser, blazer, t-shirt, overalls, jacket, serta aksesori seperti bucket hat dan drawstring bag.
Founder & CEO PT Toba Tenun Sejahtera, Kerri Na Basaria, mengatakan bahwa koleksi Kayu & Kosmos terinspirasi dari dewa-dewa Batak kuno yang biasa terukir di ruma bolon sebagai doa-doa perlindungan, dan merepresentasikan tradisi kosmologis yang kaya pada tradisi Toba sebelum kolonisasi Eropa dan agama luar.
Warna biru (balau) dari Ulos Bintang Maratur dan merah (rara) dari Ulos Ragi Hotang merupakan representasi Air dan Api, dua kebutuhan dalam perkembangan manusia. Seluruh koleksi ini juga menggunakan pewarnaan alam, seperti Indigo (biru), tingi (merah-kecokelatan) dan jior (cokelat tua).
Material atau bahan yang digunakan dalam koleksi ini dipadankan dengan bemberg, linen dan katun. Adapun, manik-manik dan sulaman yang rumit dibuat dalam berbagai rupa makhluk spiritual yang menawarkan keamanan serta kenyamanan bagi penggunanya.
Kerri menuturkan melalui koleksi ini, pihaknya ingin mengangkat seni pahatan pada tradisi Batak Toba yang sering kali terabaikan atau terlupakan. Seni ukir atau pahatan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Toba.
"Dengan mengangkat seni ini, harapannya dapat menjadi langkah untuk menghidupkannya kembali," katanya dalam keterangan tertulis yang Hypeabis.id terima, Kamis (20/10/2022).
Pembuatan kain Ulos juga tidak lepas dari peran para Partonun yang mayoritasnya adalah perempuan, dimana mereka membantu dalam menjaga warisan budaya dan mewariskannya secara turun-temurun.
Menurutnya, pemberdayaan komunitas Partonun yang berada di perdesaan memiliki potensi untuk berkembang dan maju dengan memanfaatkan budaya-budaya lokal, sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya bernilai seni, tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi.
"Peningkatan kompetensi perajin kain ulos menjadi hal yang sangat penting untuk keberlanjutan ekosistem Ulos agar mereka dapat mengembangkan keterampilan diri dan beradaptasi dengan modernisasi," ujarnya.
Oleh karena itu, Kerri mengatakan pihaknya konsisten memberdayakan para Partonun dengan memfasilitasi dalam segi pelatihan, pendidikan dan pendampingan, serta memberikan dukungan melalui Rumah Komunitas yang didirikan, yaitu Jabu Bonang serta Jabu Borna untuk membuka potensi baru bagi para Partonun.
Rumah komunitas Jabu Bonang merupakan tempat edukasi para Partonun di pesisir Danau Toba untuk memfasilitasi berbagai pelatihan dan lokakarya yang bertujuan memberikan dampak bagi kehidupan, serta produktivitas pengrajin sebagai mitra dari Tobatenun.
Sedangkan Jabu Borna merupakan tempat pengembangan riset pewarna alami, serat alami, penyediaan benang celup bagi ekosistem tenun, serta pengolahan limbah yang tepat dan ramah lingkungan yang berlokasi di Desa Tanjung Pinggir, Pematangsiantar, Sumatra Utara.
Editor: Roni Yunianto
Koleksi tersebut terdiri dari beragam jenis busana mulai dari women's wear seperti dress, outer, vest, cape, bralette, pants, corset, men’s wear yang terdiri dari shirt, trouser, blazer, t-shirt, overalls, jacket, serta aksesori seperti bucket hat dan drawstring bag.
Founder & CEO PT Toba Tenun Sejahtera, Kerri Na Basaria, mengatakan bahwa koleksi Kayu & Kosmos terinspirasi dari dewa-dewa Batak kuno yang biasa terukir di ruma bolon sebagai doa-doa perlindungan, dan merepresentasikan tradisi kosmologis yang kaya pada tradisi Toba sebelum kolonisasi Eropa dan agama luar.
Warna biru (balau) dari Ulos Bintang Maratur dan merah (rara) dari Ulos Ragi Hotang merupakan representasi Air dan Api, dua kebutuhan dalam perkembangan manusia. Seluruh koleksi ini juga menggunakan pewarnaan alam, seperti Indigo (biru), tingi (merah-kecokelatan) dan jior (cokelat tua).
Koleksi Kayu & Ulos (Sumber gambar: Tobatenun)
Material atau bahan yang digunakan dalam koleksi ini dipadankan dengan bemberg, linen dan katun. Adapun, manik-manik dan sulaman yang rumit dibuat dalam berbagai rupa makhluk spiritual yang menawarkan keamanan serta kenyamanan bagi penggunanya.
Kerri menuturkan melalui koleksi ini, pihaknya ingin mengangkat seni pahatan pada tradisi Batak Toba yang sering kali terabaikan atau terlupakan. Seni ukir atau pahatan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Toba.
"Dengan mengangkat seni ini, harapannya dapat menjadi langkah untuk menghidupkannya kembali," katanya dalam keterangan tertulis yang Hypeabis.id terima, Kamis (20/10/2022).
Mengangkat Potensi Ulos
Kerri mengatakan kain Ulos merupakan salah satu wastra Indonesia yang memiliki potensi budaya dan ekonomi yang luar biasa, sehingga membangun ekosistem Ulos merupakan hal yang penting untuk dapat merevitalisasi dan melestarikannya.Pembuatan kain Ulos juga tidak lepas dari peran para Partonun yang mayoritasnya adalah perempuan, dimana mereka membantu dalam menjaga warisan budaya dan mewariskannya secara turun-temurun.
Koleksi Kayu & Ulos (Sumber gambar: Tobatenun)
Menurutnya, pemberdayaan komunitas Partonun yang berada di perdesaan memiliki potensi untuk berkembang dan maju dengan memanfaatkan budaya-budaya lokal, sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya bernilai seni, tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi.
"Peningkatan kompetensi perajin kain ulos menjadi hal yang sangat penting untuk keberlanjutan ekosistem Ulos agar mereka dapat mengembangkan keterampilan diri dan beradaptasi dengan modernisasi," ujarnya.
Oleh karena itu, Kerri mengatakan pihaknya konsisten memberdayakan para Partonun dengan memfasilitasi dalam segi pelatihan, pendidikan dan pendampingan, serta memberikan dukungan melalui Rumah Komunitas yang didirikan, yaitu Jabu Bonang serta Jabu Borna untuk membuka potensi baru bagi para Partonun.
Rumah komunitas Jabu Bonang merupakan tempat edukasi para Partonun di pesisir Danau Toba untuk memfasilitasi berbagai pelatihan dan lokakarya yang bertujuan memberikan dampak bagi kehidupan, serta produktivitas pengrajin sebagai mitra dari Tobatenun.
Sedangkan Jabu Borna merupakan tempat pengembangan riset pewarna alami, serat alami, penyediaan benang celup bagi ekosistem tenun, serta pengolahan limbah yang tepat dan ramah lingkungan yang berlokasi di Desa Tanjung Pinggir, Pematangsiantar, Sumatra Utara.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.