Simak Cerita Desainer Jenny Yohana Kansil Bawa Batik Durian Lubuklinggau Mendunia
19 October 2022 |
11:23 WIB
Lewat tangan-tangan kreatif para desainer, batik tradisional bisa mendunia. Baru-baru ini, desainer Jenny Yohana Kansil melalui merek fesyennya, JYK, meraih penghargaan The Genius of Gianni Versace Award dalam perhelatan yang berlangsung di Palazzo Visconti, Milan, Italia.
Pencapaian ini menjadi momentum kali pertama batik tradisional meraih penghargaan internasional. Penghargaan itu diraih oleh Jenny berkat salah satu koleksi busana rancangannya yang menggunakan Batik Durian Lubuklinggau, yang dipersembahkan untuk mengenang mendiang desainer Gianni Versace.
Baca juga: Bawa Batik Durian Lubuklinggau, Desainer Jenny Yohana Kansil Sabet The Genius of Gianni Versace Award
Sang desainer terpilih bersama delapa desainer lainnya dari berbagai negara yang tergabung dalam Emerging Talents Milan, seperti di antaranya Loom Weaving, Marlon Brandau, The Queen Space, Helena Kakhramanyan, Salvatore Caputo Shows, Just Black, Monier Atelier dan Artuyt.
Dalam ajang fesyen bergengsi itu, JYK memamerkan koleksi Spring Summer 2023 yang diberi tajuk Egalitarian, dengan total 10 busana yang menggunakan Batik Durian Lubuklinggau.
Jenny Yohana Kansil mengatakan meski sebelumnya Batik Durian Lubuklinggau pernah ditampilkan dalam ajang Milan Fashion Week 2021 oleh JYK, dalam koleksi kali ini, dia mengombinasikan olah digital dengan warisan tradisional batik lewat cara mendesain ulang.
"JYK berkolaborasi dengan artisan batik dalam menciptakan batik motif baru yang tampil lebih kontemporer dan diyakini dapat diterima oleh pasar internasional," katanya.
Motif batik ini dibangun lewat gambar yang diolah dari foto durian langsung yang terdapat di kebun durian di Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Eksplorasi bunga durian yang memiliki keindahan tersendiri ini menjadikannya fokus yang mungkin tidak banyak diketahui publik.
Tema koleksi Egalitarian terinspirasi dari siluet pada era 1970-an di mana melambangkan tahun kebebasan dan kesetaraan. Di samping itu, era tersebut juga dianggap sebagai dekade paling modis sepanjang masa.
Seperti arti dari namanya, koleksi Egalitarian mengusung konsep equality atau kesetaraan, keyakinan akan persamaan hak, dan kesempatan yang sama setiap individu.
Jenny menjelaskan gagasan ini muncul dari berbagai peristiwa yang terjadi di dunia saat ini, mulai dari reaksi dunia terhadap perang yang melanda Rusia-Ukraina hingga sejarah peristiwa yang terjadi pada era 1970-an, di mana orang-orang memprotes perang Vietnam dengan adanya peran negara adidaya dibaliknya.
"Pada akhirnya, tak peduli ras, jenis kelamin, status sosial dan negara, kita semua adalah sama. Kita adalah homo sapien yang menghadapi persoalan yang sama dan merasa terancam keberadaannya," kata Jenny.
Koleksi Egalitarian pun kemudian muncul menjadi kebutuhan akan rasa damai, sehingga semua manusia bisa dapat hidup berdampingan untuk menciptakan ruang yang lebih baik.
Koleksi 10 busana itu terdiri dari rentang desain yang luas dari mulai rok mini hingga rok midi, dengan siluet A-line, modern crop top, siluet high waist, flared jeans hingga elegansi floral dengan desain koleksi yang didominasi lengan baju penuh statement.
Lewat gaya 1970-an yang diusung, sebagai desainer, Jenny mendeklarasikan diri bahwa tak ada aturan dalam dunia mode, di mana hal itu selaras dengan DNA brand JYK yang berani mendobrak batas dan penuh imaji.
Menurut Jenny, batik tradisional meninggalkan kesan alaminya ketika bertransformasi dalam desain yang sporty dan koleksi yang penuh warna. Tanpa ragu dia mengombinasikan bahan-bahan dari silk taffeta hingga stretch jersey, stripes heavy wool dan light silk organza, serta dilengkapi aksesori ribbon sporty.
Tak hanya itu, semangat akan fesyen berkelanjutan juga masih diusung oleh JYK label. Dalam koleksi kali ini, JYK menggunakan bahan organik dan kain batik sisa yang digunakan sebagai hiasan, appliqué, serta dirajut dengan teknik embroidery.
"Koleksi ini juga kembali menegaskan konsistensi JYK dengan brand DNA yang berani menembus batas setelah tahun lalu mengaplikasikan batik ke dalam style punk, dan kini membawa batik dengan kombinasi style sporty," jelas Jenny.
Koleksi dengan tem sporty itu pun dimunculkan lewat mood warna yang didominasi warna netral berlapis seperti kombinasi coklat tua dan muda, yang secara mengejutkan memberikan warna baru yang mencolok mata.
Di samping itu, terdapat juga permainan warna terang seperti biru dan oranye yang menciptakan tampilan yang sporty. Warna ini diseimbangkan oleh warna clay Italia, sentuhan pink dan hijau. Keberagaman warna dalam koleksi ini pun terlihat setara dan sama rata.
Editor: Dika Irawan
Pencapaian ini menjadi momentum kali pertama batik tradisional meraih penghargaan internasional. Penghargaan itu diraih oleh Jenny berkat salah satu koleksi busana rancangannya yang menggunakan Batik Durian Lubuklinggau, yang dipersembahkan untuk mengenang mendiang desainer Gianni Versace.
Baca juga: Bawa Batik Durian Lubuklinggau, Desainer Jenny Yohana Kansil Sabet The Genius of Gianni Versace Award
Sang desainer terpilih bersama delapa desainer lainnya dari berbagai negara yang tergabung dalam Emerging Talents Milan, seperti di antaranya Loom Weaving, Marlon Brandau, The Queen Space, Helena Kakhramanyan, Salvatore Caputo Shows, Just Black, Monier Atelier dan Artuyt.
Dalam ajang fesyen bergengsi itu, JYK memamerkan koleksi Spring Summer 2023 yang diberi tajuk Egalitarian, dengan total 10 busana yang menggunakan Batik Durian Lubuklinggau.
Jenny Yohana Kansil mengatakan meski sebelumnya Batik Durian Lubuklinggau pernah ditampilkan dalam ajang Milan Fashion Week 2021 oleh JYK, dalam koleksi kali ini, dia mengombinasikan olah digital dengan warisan tradisional batik lewat cara mendesain ulang.
"JYK berkolaborasi dengan artisan batik dalam menciptakan batik motif baru yang tampil lebih kontemporer dan diyakini dapat diterima oleh pasar internasional," katanya.
Motif batik ini dibangun lewat gambar yang diolah dari foto durian langsung yang terdapat di kebun durian di Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Eksplorasi bunga durian yang memiliki keindahan tersendiri ini menjadikannya fokus yang mungkin tidak banyak diketahui publik.
Inspirasi Koleksi
Tema koleksi Egalitarian terinspirasi dari siluet pada era 1970-an di mana melambangkan tahun kebebasan dan kesetaraan. Di samping itu, era tersebut juga dianggap sebagai dekade paling modis sepanjang masa.Seperti arti dari namanya, koleksi Egalitarian mengusung konsep equality atau kesetaraan, keyakinan akan persamaan hak, dan kesempatan yang sama setiap individu.
Jenny menjelaskan gagasan ini muncul dari berbagai peristiwa yang terjadi di dunia saat ini, mulai dari reaksi dunia terhadap perang yang melanda Rusia-Ukraina hingga sejarah peristiwa yang terjadi pada era 1970-an, di mana orang-orang memprotes perang Vietnam dengan adanya peran negara adidaya dibaliknya.
"Pada akhirnya, tak peduli ras, jenis kelamin, status sosial dan negara, kita semua adalah sama. Kita adalah homo sapien yang menghadapi persoalan yang sama dan merasa terancam keberadaannya," kata Jenny.
Koleksi Egalitarian pun kemudian muncul menjadi kebutuhan akan rasa damai, sehingga semua manusia bisa dapat hidup berdampingan untuk menciptakan ruang yang lebih baik.
Koleksi 10 busana itu terdiri dari rentang desain yang luas dari mulai rok mini hingga rok midi, dengan siluet A-line, modern crop top, siluet high waist, flared jeans hingga elegansi floral dengan desain koleksi yang didominasi lengan baju penuh statement.
Lewat gaya 1970-an yang diusung, sebagai desainer, Jenny mendeklarasikan diri bahwa tak ada aturan dalam dunia mode, di mana hal itu selaras dengan DNA brand JYK yang berani mendobrak batas dan penuh imaji.
Menurut Jenny, batik tradisional meninggalkan kesan alaminya ketika bertransformasi dalam desain yang sporty dan koleksi yang penuh warna. Tanpa ragu dia mengombinasikan bahan-bahan dari silk taffeta hingga stretch jersey, stripes heavy wool dan light silk organza, serta dilengkapi aksesori ribbon sporty.
Tak hanya itu, semangat akan fesyen berkelanjutan juga masih diusung oleh JYK label. Dalam koleksi kali ini, JYK menggunakan bahan organik dan kain batik sisa yang digunakan sebagai hiasan, appliqué, serta dirajut dengan teknik embroidery.
"Koleksi ini juga kembali menegaskan konsistensi JYK dengan brand DNA yang berani menembus batas setelah tahun lalu mengaplikasikan batik ke dalam style punk, dan kini membawa batik dengan kombinasi style sporty," jelas Jenny.
Koleksi dengan tem sporty itu pun dimunculkan lewat mood warna yang didominasi warna netral berlapis seperti kombinasi coklat tua dan muda, yang secara mengejutkan memberikan warna baru yang mencolok mata.
Di samping itu, terdapat juga permainan warna terang seperti biru dan oranye yang menciptakan tampilan yang sporty. Warna ini diseimbangkan oleh warna clay Italia, sentuhan pink dan hijau. Keberagaman warna dalam koleksi ini pun terlihat setara dan sama rata.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.