Film Before, Now & Then (Nana) Ingatkan Masyarakat Sunda tentang Budaya Mereka
19 October 2022 |
10:02 WIB
Setelah melanglang buana ke berbagai festival film bergengsi dunia, film Before, Now & Then (Nana) baru saja ditayangkan secara khusus di Bandung pada Selasa (18/10). Film yang memenangkan Global Feature Award dari Jakarta Film Week 2022 ini pun diapresiasi oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Menurut pria yang akrab disapa Kang Emil itu, film Before, Now & Then (Nana) mengangkat banyak memori tentang kehidupan masyakarat Sunda yang sudah banyak menghilang atau ditinggalkan saat ini.
Baca juga: Mulai Tayang, Cek Jadwal Bioskop Film Black Adam di Jakarta
Ya, film garapan sutradara Kamila Andini itu memang kental akan budaya dan tradsi masyarakat Sunda. Terlebih, dialog dalam film ini juga menggunakan bahasa Sunda secara penuh.
"Saya tentunya akan selalu mendukung film-film yang mengeksplorasi tempat-tempat indah di Jawa Barat, bahasa, dan kekayaan budaya," katanya dalam rilis yang Hypeabis.id terima, Rabu (19/10/2022).
Diadaptasi dari salah satu bab dalam novel Jais Darga Namaku karya Ahda Imran, Before, Now & Then (Nana) bercerita tentang seorang perempuan Indonesia yang hidup di daerah Jawa Barat pada era 1960-an yang diangkat dari sebuah kisah nyata kehidupan Raden Nana Sunani.
Kisah seorang perempuan yang melarikan diri dari gerombolan yang ingin menjadikannya istri dan membuatnya kehilangan ayah dan anak. Dia lalu menjalani hidupnya yang baru bersama seorang menak Sunda, hingga bersahabat dengan salah satu perempuan simpanan suaminya.
Film ini dibintangi oleh Happy Salma yang memainkan karakter utama yaitu Nana, Laura Basuki, Ibnu Jamil, Arswendy Bening Swara, Rieke Diah Pitaloka, Arawinda Kirana dan aktris cilik pendatang baru, Chempa Putri.
Tak hanya ditayangkan secara world premiere, film Before, Now & Then (Nana) sendiri telah meraih penghargaan Silver Bear for Supporting Actress di Berlin International Film Festival 2022 untuk aktris Laura Basuki.
Selain itu, film ini juga telah berkeliling dunia untuk diputar di berbagai festival internasional bergengsi yaitu Berlin International Film Festival, Edinburgh International Film Festival, Vancouver International Film Festival, Chicago International Film Festival, Sydney Film Festival, Melbourne International Film Festival, Busan International Film Festival, Taipei Film Festival, Hong Kong International Film Festival, dan Bucharest International Film Festival.
Perempuan yang akrab disapa Dini itu mengatakan film periodik Indonesia selalu berkaitan dengan sesuatu yang besar atau tentang seorang tokoh penting.
Meski begitu, dia mengaku justru ingin menggarap film ini dengan menceritakan seorang tokoh perempuan pada umumnya, seperti tokoh nenek, kakak, atau ibu, yang bisa disayangi dengan semua kekurangan dan kelebihannya.
"Kebetulan saja dia hidup di masa itu. Tapi kita juga bisa berefleksi dengan masa itu dan masih bisa terhubung dengan masa kini. Saya ingin membuat jembatan dari masa lalu ke masa sekarang," ujarnya.
Menurut Dini, perempuan adalah korban zaman yang paling nyata. Meski demikian, di setiap zaman pula, selalu ada sosok perempuan yang tidak pernah sekalipun menjadikan dirinya korban, meskipun tetap tidak lepas dari pengorbanan.
"Nana adalah kisah perempuan yang menjadi korban sebuah era perang, politik, pemberontakan dan kehidupan sosial patriarki yang ingin mencari arti kebebasannya sendiri," kata sutradara yang juga menggarap film Yuni itu.
Adapun, film Before, Now, and Then (Nana) sendiri bisa ditonton melalui aplikasi streaming Prime Video.
Editor: Dika Irawan
Menurut pria yang akrab disapa Kang Emil itu, film Before, Now & Then (Nana) mengangkat banyak memori tentang kehidupan masyakarat Sunda yang sudah banyak menghilang atau ditinggalkan saat ini.
Baca juga: Mulai Tayang, Cek Jadwal Bioskop Film Black Adam di Jakarta
Ya, film garapan sutradara Kamila Andini itu memang kental akan budaya dan tradsi masyarakat Sunda. Terlebih, dialog dalam film ini juga menggunakan bahasa Sunda secara penuh.
"Saya tentunya akan selalu mendukung film-film yang mengeksplorasi tempat-tempat indah di Jawa Barat, bahasa, dan kekayaan budaya," katanya dalam rilis yang Hypeabis.id terima, Rabu (19/10/2022).
Diadaptasi dari salah satu bab dalam novel Jais Darga Namaku karya Ahda Imran, Before, Now & Then (Nana) bercerita tentang seorang perempuan Indonesia yang hidup di daerah Jawa Barat pada era 1960-an yang diangkat dari sebuah kisah nyata kehidupan Raden Nana Sunani.
Kisah seorang perempuan yang melarikan diri dari gerombolan yang ingin menjadikannya istri dan membuatnya kehilangan ayah dan anak. Dia lalu menjalani hidupnya yang baru bersama seorang menak Sunda, hingga bersahabat dengan salah satu perempuan simpanan suaminya.
Film ini dibintangi oleh Happy Salma yang memainkan karakter utama yaitu Nana, Laura Basuki, Ibnu Jamil, Arswendy Bening Swara, Rieke Diah Pitaloka, Arawinda Kirana dan aktris cilik pendatang baru, Chempa Putri.
Tak hanya ditayangkan secara world premiere, film Before, Now & Then (Nana) sendiri telah meraih penghargaan Silver Bear for Supporting Actress di Berlin International Film Festival 2022 untuk aktris Laura Basuki.
Selain itu, film ini juga telah berkeliling dunia untuk diputar di berbagai festival internasional bergengsi yaitu Berlin International Film Festival, Edinburgh International Film Festival, Vancouver International Film Festival, Chicago International Film Festival, Sydney Film Festival, Melbourne International Film Festival, Busan International Film Festival, Taipei Film Festival, Hong Kong International Film Festival, dan Bucharest International Film Festival.
Film Periodik
Film berlatar waktu pada akhir 1960-an ini diakui oleh Kamila Andini membawanya ke dalam eksplorasi baru dalam perjalanan kariernya sebagai sutradara. Lewat Before, Now, and Then (Nana), dia menggarap film periodik yang juga terinspirasi dari kisah nyata.Perempuan yang akrab disapa Dini itu mengatakan film periodik Indonesia selalu berkaitan dengan sesuatu yang besar atau tentang seorang tokoh penting.
Meski begitu, dia mengaku justru ingin menggarap film ini dengan menceritakan seorang tokoh perempuan pada umumnya, seperti tokoh nenek, kakak, atau ibu, yang bisa disayangi dengan semua kekurangan dan kelebihannya.
"Kebetulan saja dia hidup di masa itu. Tapi kita juga bisa berefleksi dengan masa itu dan masih bisa terhubung dengan masa kini. Saya ingin membuat jembatan dari masa lalu ke masa sekarang," ujarnya.
Menurut Dini, perempuan adalah korban zaman yang paling nyata. Meski demikian, di setiap zaman pula, selalu ada sosok perempuan yang tidak pernah sekalipun menjadikan dirinya korban, meskipun tetap tidak lepas dari pengorbanan.
"Nana adalah kisah perempuan yang menjadi korban sebuah era perang, politik, pemberontakan dan kehidupan sosial patriarki yang ingin mencari arti kebebasannya sendiri," kata sutradara yang juga menggarap film Yuni itu.
Adapun, film Before, Now, and Then (Nana) sendiri bisa ditonton melalui aplikasi streaming Prime Video.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.