Sejumlah Kondisi yang Membuat Perempuan Rentan Terkena Darah Tinggi
16 October 2022 |
23:14 WIB
Darah tinggi dapat menyerang siapa saja, baik itu laki-laki maupun perempuan. Namun, beberapa studi dalam dunia medis menemukan bahwa perempuan justru lebih rentan terserang hal ini. Ada berbagai keunikan dan kondisi khusus yang membuat kaum hawa lebih rentan terhadap persoalan ini.
Apa saja keunikan yang dimaksud? Berikut fakta-fakta terkait hal tersebut, yang sudah Hypeabis.id himpun dari Bisnis Indonesia Weekend.
Baca juga: Hipertensi Bisa Sebabkan Kerusakan Organ Tubuh, Stroke hingga Gagal Ginjal
Saat berusia muda, tekanan darah sistolik perempuan lebih rendah ketimbang pria. Namun, saat berusia lanjut kondisi tersebut terbalik. Hal ini terjadi karena ketika perempuan sudah melewati siklus menstruasi alias menopause, terjadi penurunan hormon estrogen secara signifikan.
Padahal, kekurangan hormon ini akan merusak lapisan sel dinding pembuluh darah (endotel). Akibatnya, akan terbentuk plak bukan hanya pembuluh darah di jantung tetapi juga di otak. Tidak heran jika hipertensi biasanya ditemukan pada perempuan berusia di atas 50 tahun—60 tahun.
Terdapat beberapa jenis hipertensi yang mengintai ibu hamil, yakni hipertensi kronik dan hipertensi gestasional. Hipertensi kronik terjadi ketika tekanan darah di atas 140/90 mm Hg sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Sementara itu, hipertensi gestasional terjadi ketika tekanan darah di atas 140/90 mm Hg tanpa proteinuria pada perempuan hamil di atas 20 minggu.
“Kehamilan dengan hipertensi dapat menyebabkan kematian pada ibu maupun janin. Hipertensi sebagai komplikasi dapat terjadi pada 7 persen-9 persen kehamilan, 18 persen dari kematian ibu hamil disebabkan hipertensi pada kehamilan,” ujar Ann Soenarta, Dokter Spesialis Jantung.
Ketiga kondisi tersebut hanya di alami oleh perempuan, sehingga semakin meningkatkan risiko terkena hipertensi.
Dokter Spesialis Ginjal Tunggul D. Situmorang mengatakan hipertensi pada perempuan dapat berupa hipertensi primer, yaitu hipertensi yang umumnya karena faktor keturunan dan tidak diketahui penyebabnya, tetapi bisa juga mengalami hipertensi sekunder di mana penyebab hipertensinya bisa diketahui, misalnya, karena kehamilan, penyempitan pembuluh darah arteri di ginjal, atau akibat faktor hormonal.
Data dari Indonesian Renal Registry (IRR) menunjukkan di Indonesia hipertensi (37 persen) dan diabetes (27 persen) merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal kronis (GGK) tahap akhir yang menjalani dialisis. “Kurang lebih 40 persen kasus stroke, 39 persen infark jantung dan 28 persen gagal ginjal tahap akhir, disebabkan oleh hipertensi.”
Editor: Dika Irawan
Apa saja keunikan yang dimaksud? Berikut fakta-fakta terkait hal tersebut, yang sudah Hypeabis.id himpun dari Bisnis Indonesia Weekend.
Baca juga: Hipertensi Bisa Sebabkan Kerusakan Organ Tubuh, Stroke hingga Gagal Ginjal
Menopause
Saat berusia muda, tekanan darah sistolik perempuan lebih rendah ketimbang pria. Namun, saat berusia lanjut kondisi tersebut terbalik. Hal ini terjadi karena ketika perempuan sudah melewati siklus menstruasi alias menopause, terjadi penurunan hormon estrogen secara signifikan. Padahal, kekurangan hormon ini akan merusak lapisan sel dinding pembuluh darah (endotel). Akibatnya, akan terbentuk plak bukan hanya pembuluh darah di jantung tetapi juga di otak. Tidak heran jika hipertensi biasanya ditemukan pada perempuan berusia di atas 50 tahun—60 tahun.
Hamil
Pada perempuan hamil, kemungkinan terserang hipertensi juga tinggi. Prevalensi ibu hamil dengan hipertensi mencapai 2,1 persen. Dalam skala global, diperkirakan prevalansi hipertensi pada kehamilan sekitar 12 persen-18 persen yang mengakibatkan kematian perinatal 20 persen—25 persen.Terdapat beberapa jenis hipertensi yang mengintai ibu hamil, yakni hipertensi kronik dan hipertensi gestasional. Hipertensi kronik terjadi ketika tekanan darah di atas 140/90 mm Hg sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Sementara itu, hipertensi gestasional terjadi ketika tekanan darah di atas 140/90 mm Hg tanpa proteinuria pada perempuan hamil di atas 20 minggu.
“Kehamilan dengan hipertensi dapat menyebabkan kematian pada ibu maupun janin. Hipertensi sebagai komplikasi dapat terjadi pada 7 persen-9 persen kehamilan, 18 persen dari kematian ibu hamil disebabkan hipertensi pada kehamilan,” ujar Ann Soenarta, Dokter Spesialis Jantung.
Kontrasepsi Oral
Sebuah studi yang dilakukan oleh The Nurse Health Study mengemukakan bahwa pemakaian Hormon Replacement Therapy (HRT) atau kontrasepsi oral dapat memicu terjadinya hipertensi sebanyak 80 persen lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan HRT.Ketiga kondisi tersebut hanya di alami oleh perempuan, sehingga semakin meningkatkan risiko terkena hipertensi.
Dokter Spesialis Ginjal Tunggul D. Situmorang mengatakan hipertensi pada perempuan dapat berupa hipertensi primer, yaitu hipertensi yang umumnya karena faktor keturunan dan tidak diketahui penyebabnya, tetapi bisa juga mengalami hipertensi sekunder di mana penyebab hipertensinya bisa diketahui, misalnya, karena kehamilan, penyempitan pembuluh darah arteri di ginjal, atau akibat faktor hormonal.
Data dari Indonesian Renal Registry (IRR) menunjukkan di Indonesia hipertensi (37 persen) dan diabetes (27 persen) merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal kronis (GGK) tahap akhir yang menjalani dialisis. “Kurang lebih 40 persen kasus stroke, 39 persen infark jantung dan 28 persen gagal ginjal tahap akhir, disebabkan oleh hipertensi.”
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.