Ilustrasi pekera milenial bekerja 4 hari dalam seminggu (Sumber gambar: Freepik)

Kelebihan & Kekurangan Konsep 4 Hari Kerja dalam Seminggu

14 October 2022   |   17:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Pernahkah Genhype merasa libur dua hari dalam seminggu itu kurang? Hal ini mungkin tidak dirasakan oleh kamu saja, tetapi juga banyak pekerja lain di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, pemangkasan hari kerja mulai jadi ide menarik dan telah diuji coba di berbagai negara. 

Alih-alih kerja lima hari dalam sepekan, kerja empat hari dalam satu minggu memang terdengar seru. Pemangkasan hari kerja membuat kehidupan kantor dan kehidupan pribadi jadi lebih tertata. Seruan work life balance yang sering digalakkan anak muda pun jadi makin dekat terwujud.

Namun, apakah bekerja selama empat hari dalam seminggu akan jadi konsep yang benar-benar menarik? Sebab, meski sudah diuji coba di berbagai negara, nyatanya konsep ini masih menimbulkan pro dan kontra. Praktik empat hari kerja dalam seminggu pun masih jarang di banyak tempat. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan konsep empat hari kerja dalam seminggu punya dampak positif dan negatif. Dari segi positif, pekerja bisa bekerja lebih efektif. Tentu hal itu akan membuat produktivitas juga cenderung mengalami peningkatan. 

Baca juga5 Bahaya Overwork Bagi Kesehatan Tubuh


Kelebihan 

Bhima menuturkan di banyak negara Eropa, hari kerja yang makin pendek telah meningkatkan produktivitas para pekerjanya. Selain itu, karyawan di perusahaan yang menerapkan konsep ini juga merasa lebih bahagia karena ada keseimbangan antara kehidupan di tempat kerja dan urusan personal.

“Pekerja jadi punya banyak waktu untuk bermain dengan anak, keluarga, atau rekreasi yang lebih sering,” ujar Bhima kepada Hypeabis.id.

Bhima mengatakan keuntungan juga tidak hanya didapat oleh pekerja. Perusahaan yang menerapkan konsep empat hari kerja juga bisa diuntungkan. Pasalnya, akan jadi incaran para pekerja milenial. Banyak Milenial dan Gen Z menyukai pekerjaan yang dilakukan secara fleksibel dan hari kerja yang lebih pendek. Dengan demikian, perusahaan akan lebih leluasa dalam memilih karyawan terbaik mana yang layak bergabung.

Bagi milenial, pekerjaan yang fleksibel seolah sudah jadi tujuan. Mereka menyukai tempat kerja yang memanusiakan. Jadi, tema soal kesehatan mental dan work life balance bisa terpenuhi. “Milenial bukan hanya memikirkan gaji tinggi, jenjang karier, atau jaminan pekerjaan saja, melainkan juga tentang kesehatan mental di tempat kerja. Kalau hari kerja hanya 4 hari, berarti ada waktu banyak untuk milenial melakukan kreativitas lain di luar pekerjaannya,” imbuhnya.
 

Kekurangan

Meskipun demikian, Bhima menyebut konsep empat hari kerja juga memiliki kekurangan. Konsep tersebut tidak bisa diterapkan pada semua jenis pekerjaan. Untuk perusahaan teknologi, startup, digital, lembaga konsultan, dan penelitian mungkin masih bisa menerapkan pola ini. 

Namun, empat hari kerja dalam seminggu tentu tidak bisa diterapkan pada jenis pekerjaan pelayanan publik, seperti rumah sakit, pekerja di jalan tol, atau layanan yang berkaitan dengan perizinan. Jenis pekerjaan yang berhubungan dengan masyarakat luas sebaiknya tidak menggunakan konsep kerja tersebut.

Bhima mengatakan konsep empat hari kerja dalam seminggu juga punya sisi tricky. Sebab, bisa jadi seseorang yang bekerja selama empat hari dan lima hari memiliki jam kerja yang sama. Bukan tidak mungkin ada tuntutan dari perusahaan karena hari kerja makin pendek, maka jam kerja hariannya yang diperpanjang. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Viral Punya Gaji Miliaran, Cek Keuntungan Bekerja di Bisnis Asuransi

BERIKUTNYA

Lima Ide Seru Rayakan Ulang tahun di Rumah

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: