Mengenal Kanker Kerongkongan dan 5 Risikonya, Bisa Karena Cedera
04 October 2022 |
22:30 WIB
Dalam situs Cancer.org dijabarkan, ada dua jenis utama kanker esofagus. Pertama, adalah karsinoma sel skuamosa. Seperti namanya, kanker ini dimulai dari sel skuamosa yang melapisi dalam kerongkongan (mukosa). Karsinoma sel skuamosa paling sering terjadi di daerah leher esofagus dan di dua pertiga bagian atas rongga dada (kerongkongan toraks atas dan tengah).
Kedua, yakni adenokarsinoma. Kanker ini berasal dari jaringan kelenjar (sel yang membuat lendir) di esofagus. Adenokarsinoma sering ditemukan pada sepertiga bagian bawah esofagus.
Baca juga: Waspada, Diet Tinggi Serat Picu Kanker Hati pada Orang dengan Kondisi Ini
Sejauh ini belum diketahui pasti penyebab dari kanker esofagus. Namun demikian, para ilmuan percaya ada beberaa faktor risiko yang meningkatkan peluang terkena kanker ini. Berikut daftar faktor risiko kanker esofagus menurut Cancer.org.
Peluang terkena kanker esofagus meningkat seiring bertambahnya usia. Kurang dari 15 persen kasus ini ditemukan pada orang di bawah usia 55 tahun. Sementara itu, dari beberapa penelitian, pria lebih berisiko terkena kanker esofagus.
Produk tembakau, terutama rokok bisa dikatakan sebagai faktor risiko utama untuk kanker esofagus. Mereka yang merokok satu bungkus bahkan lebih dalam sehari, risiko terkena adenokarsinoma esofagus dua kali lebih tinggi dibandingkan yang bukan perokok.
Risiko ini pun tidak hilang walaupun penggunaan tembakau dihentikan. Namun buat mereka yang berhenti merokok, risiko terkena karsinoma sel skuamosa bisa lebih rendah.
Selain rokok, minuman beralkohol juga meningkatkan risiko kanker kerongkongan. Alkohol meningkatkan risiko karsinoma sel skuamosa lebih dari risiko adenokarsinoma.
Apabila kamu suka minum alkohol dan merokok, risiko karsinoma sel skuamosa jauh lebih tinggi.
Istilah medis untuk ini adalah penyakit refluks gastroesofageal (GERD), atau hanya refluks . Pada banyak orang, refluks menyebabkan gejala seperti mulas atau nyeri yang seolah-olah berasal dari tengah dada. Namun, dalam beberapa kasus, refluks tidak menimbulkan gejala sama sekali.
Orang dengan penyakit refluks gastroesofageal (GERD) memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena adenokarsinoma esofagus. Risiko meningkat bagi mereka yang memiliki gejala lebih sering.
GERD merupakan kondisi keluarnya zat asam dari lambung dan naik ke bagian bawah kerongkongan. Hal ini terjadi karena katup yang membatasi lambung dan kerongkongan lemah, alhasil tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Kendati demikian, GERD sangat umum, dan sebagian besar kondisi ini tidak berkembang menjadi kanker esofagus.
Orang yang kelebihan berat bada atau obesitas memiliki peluang lebih tinggi terkena adenokarsinoma esofagus. Hal ini karena orang dengan obesitas lebih mungkin mengalami refluks gastroesofageal.
Biasanya disebabkan oleh Lye, bahan kimia yang ditemukan dalam pembersih industri dan rumah tangga yang kuat seperti pembersih saluran pembuangan. Lye adalah agen korosif yang dapat membakar dan menghancurkan sel.
Secara tidak sengaja meminum pembersih berbahan dasar alkali ini dapat menyebabkan luka bakar kimiawi yang parah di kerongkongan. Saat cedera sembuh, jaringan parut dapat menyebabkan area kerongkongan menjadi sangat sempit (striktur). Orang dengan striktur ini memiliki peningkatan risiko kanker esofagus sel skuamosa, yang sering terjadi bertahun-tahun bahkan puluhan tahun kemudian.
Kondisi ini ditemukan pada orang dengan penyakit GERD kronik. Refluks asam lambung ke kerongkongan bagian bawah yang berlangsung lama dapat merusak lapisan dalam kerongkongan. Hal ini menyebabkan sel-sel skuamosa yang biasanya melapisi kerongkongan diganti dengan sel-sel kelenjar.
Sel-sel kelenjar tersebut biasanya terlihat seperti sel-sel yang melapisi lambung dan usus kecil, dan lebih tahan terhadap asam lambung. Kondisi ini dikenal sebagai kerongkongan Barrett (atau Barrett esophagus).
Semakin lama seseorang mengalami refluks, semakin besar kemungkinan mereka mengembangkan kerongkongan Barrett. Kebanyakan orang dengan kerongkongan Barrett memiliki gejala mulas, tetapi banyak yang tidak memiliki gejala sama sekali.
Sel-sel kelenjar di kerongkongan Barrett bisa menjadi lebih abnormal dari waktu ke waktu. Hal ini dapat mengakibatkan displasia, suatu kondisi pra-kanker. Namun demikian, tidak semua mereka yang mengalami kerongkongan Barrett terkena kanker esofagus.
Editor: Dika Irawan
Kedua, yakni adenokarsinoma. Kanker ini berasal dari jaringan kelenjar (sel yang membuat lendir) di esofagus. Adenokarsinoma sering ditemukan pada sepertiga bagian bawah esofagus.
Baca juga: Waspada, Diet Tinggi Serat Picu Kanker Hati pada Orang dengan Kondisi Ini
Sejauh ini belum diketahui pasti penyebab dari kanker esofagus. Namun demikian, para ilmuan percaya ada beberaa faktor risiko yang meningkatkan peluang terkena kanker ini. Berikut daftar faktor risiko kanker esofagus menurut Cancer.org.
1. Usia dan jenis kelamin
Peluang terkena kanker esofagus meningkat seiring bertambahnya usia. Kurang dari 15 persen kasus ini ditemukan pada orang di bawah usia 55 tahun. Sementara itu, dari beberapa penelitian, pria lebih berisiko terkena kanker esofagus.
2. Tembakau dan alkohol
Produk tembakau, terutama rokok bisa dikatakan sebagai faktor risiko utama untuk kanker esofagus. Mereka yang merokok satu bungkus bahkan lebih dalam sehari, risiko terkena adenokarsinoma esofagus dua kali lebih tinggi dibandingkan yang bukan perokok. Risiko ini pun tidak hilang walaupun penggunaan tembakau dihentikan. Namun buat mereka yang berhenti merokok, risiko terkena karsinoma sel skuamosa bisa lebih rendah.
Selain rokok, minuman beralkohol juga meningkatkan risiko kanker kerongkongan. Alkohol meningkatkan risiko karsinoma sel skuamosa lebih dari risiko adenokarsinoma.
Apabila kamu suka minum alkohol dan merokok, risiko karsinoma sel skuamosa jauh lebih tinggi.
3. Penyakit refluks gastroesofagus dan obesitas
Istilah medis untuk ini adalah penyakit refluks gastroesofageal (GERD), atau hanya refluks . Pada banyak orang, refluks menyebabkan gejala seperti mulas atau nyeri yang seolah-olah berasal dari tengah dada. Namun, dalam beberapa kasus, refluks tidak menimbulkan gejala sama sekali.Orang dengan penyakit refluks gastroesofageal (GERD) memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena adenokarsinoma esofagus. Risiko meningkat bagi mereka yang memiliki gejala lebih sering.
GERD merupakan kondisi keluarnya zat asam dari lambung dan naik ke bagian bawah kerongkongan. Hal ini terjadi karena katup yang membatasi lambung dan kerongkongan lemah, alhasil tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Kendati demikian, GERD sangat umum, dan sebagian besar kondisi ini tidak berkembang menjadi kanker esofagus.
Orang yang kelebihan berat bada atau obesitas memiliki peluang lebih tinggi terkena adenokarsinoma esofagus. Hal ini karena orang dengan obesitas lebih mungkin mengalami refluks gastroesofageal.
4. Cedera pada kerongkongan
Biasanya disebabkan oleh Lye, bahan kimia yang ditemukan dalam pembersih industri dan rumah tangga yang kuat seperti pembersih saluran pembuangan. Lye adalah agen korosif yang dapat membakar dan menghancurkan sel. Secara tidak sengaja meminum pembersih berbahan dasar alkali ini dapat menyebabkan luka bakar kimiawi yang parah di kerongkongan. Saat cedera sembuh, jaringan parut dapat menyebabkan area kerongkongan menjadi sangat sempit (striktur). Orang dengan striktur ini memiliki peningkatan risiko kanker esofagus sel skuamosa, yang sering terjadi bertahun-tahun bahkan puluhan tahun kemudian.
5. Barrett esophagus
Kondisi ini ditemukan pada orang dengan penyakit GERD kronik. Refluks asam lambung ke kerongkongan bagian bawah yang berlangsung lama dapat merusak lapisan dalam kerongkongan. Hal ini menyebabkan sel-sel skuamosa yang biasanya melapisi kerongkongan diganti dengan sel-sel kelenjar. Sel-sel kelenjar tersebut biasanya terlihat seperti sel-sel yang melapisi lambung dan usus kecil, dan lebih tahan terhadap asam lambung. Kondisi ini dikenal sebagai kerongkongan Barrett (atau Barrett esophagus).
Semakin lama seseorang mengalami refluks, semakin besar kemungkinan mereka mengembangkan kerongkongan Barrett. Kebanyakan orang dengan kerongkongan Barrett memiliki gejala mulas, tetapi banyak yang tidak memiliki gejala sama sekali.
Sel-sel kelenjar di kerongkongan Barrett bisa menjadi lebih abnormal dari waktu ke waktu. Hal ini dapat mengakibatkan displasia, suatu kondisi pra-kanker. Namun demikian, tidak semua mereka yang mengalami kerongkongan Barrett terkena kanker esofagus.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.