Ilustrasi sekolah inklusi (Sumber gambar - Unsplash - Taylor Fowe)

Berikut Cara Memilih Sekolah yang Tepat bagi Anak Berkebutuhan Khusus  

29 September 2022   |   13:55 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Kesadaran orang tua dalam memilih pendidikan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus dianggap masih kurang. Mereka justru cenderung mengabaikan aspek lain dalam menentukan sekolah bagi anaknya. Bagaimana sebaiknya langkah orang tua dalam menyikapi hal ini?

Psikolog Anastasia Satrio, mengatakan bahwa masih banyak orang tua yang lebih memilih memasukkan anak berkebutuhan khusus ke sekolah biasa, karena mementingkan ijazah. Menurutnya, anak disabilitas seperti anak pada umumnya, mereka berhak mendapat pendidikan. 

“Namun, kalau orang tua tidak tepat mendeteksi kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak,” katanya dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 4 Juni 2017. 

Untuk memilih sekolah yang baik bagi anak berkebutuhan khusus dilihat dari kondisi anak itu sendiri. Anak penyandang disabilitas mental dibagi menjadi berdasarkan tingkat IQ-nya. IQ anak normal berada di atas 90, sedangkan IQ di bawah 40 termasuk down syndrome. Adapun IQ di sekitar 70–80 termasuk IQ border line. 

Untuk itu, bantuan para ahli di bidang psikologi akan sangat membantu orang tua untuk menentukan sekolah yang tepat untuk buah hati. Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah banyak mendengungkan sekolah inklusi, yakni sekolah biasa yang dapat menerima anak-anak berkebutuhan khusus. 

Sekolah ini juga dibekali oleh tenaga khusus yang bertugas mengatur ketertiban kelas, membantu dinamika kelas serta memastikan anak berkebutuhan khusus dapat tertangani. Hal tersebut yang mendorong banyak orang tua yang menyekolahkan anak berkebutuhan khusus ke sekolah inklusi. 

Founder Ohana, Risnawati Utami, mengatakan anak-anak penyandang disabilitas mental yang sekolah di sekolah inklusi akan berdampak positif terhadap anak. “Harapannya adalah stigma yang berkembang di masyarakat tentang anak disabilitas mental ini bisa berkurang. Oleh karena anak disabilitas sama seperti anak lainnya. Yang berbeda adalah cara berjalan, cara melihat, cara bicara, itu saja,” ujarnya. 

Namun, sekolah inklusi hanya sanggup menerima beberapa disabilitas taraf ringan, seperti anak yang menyandang autis ringan atau anak yang bermasalah dengan tumbuh kembang.
 

Down Syndrome

Adapun dalam kondisi khusus seperti down syndrome biasanya hanya dapat diterima di Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun, Anas menyayangkan kenyataan anak-anak yang termasuk IQ border line tidak banyak mendapat tempat pendidikan di sekolah inklusi biasa. 
 

Ilustrasi anak dengan down syndrome/freepik

Ilustrasi anak dengan down syndrome/freepik


 “Memang kalau dari segi jumlah, sekolah inklusi masih relatif sedikit. Lalu ketika saya mengunjungi beberapa sekolah inklusi pun, masih banyak guru yang belum fasih dalam menangani anak-anak ini,” katanya. 

Adanya guru pendamping khusus atau GPK yang sering juga disebut shadow teacher sangatlah penting. Cara mengajar anak dengan disabilitas adalah melalui hal-hal yang konkret, seperti menggunakan visual atau praktik. 

Baca juga: Punya Anak Berkebutuhan Khusus? Pahami Hal Ini Sebelum Belajar di Sekolah Luar Biasa

Selain itu, harus dilakukan secara berulang. Anas mengatakan banyak hal yang perlu diperbaiki untuk sistem pendidikan anak berkebutuhan khusus, terutama kompetensi staf pengajar di sekolah inklusi. 

Terlepas dari itu semua, pendidikan paling dasar bagi anak selalu dimulai dari rumah, sementara sekolah hanya tempat menghabiskan sebagian waktu untuk belajar. 

“Pada akhirnya, pendidikan bertujuan untuk membantu anak untuk menyiapkannya agar mandiri masuk ke dunia dewasa. Kalau dia disekolahkan di sekolah biasa untuk status orang tuanya, sedangkan dia tidak bisa mengikuti pelajaran, buat apa,” ujarnya. 

Editor: M R Purboyo
 

SEBELUMNYA

Ini Sepeda Motor Listrik Volta Mandala Kolaborasi Dengan Bumilangit

BERIKUTNYA

Bos, Ini loh Ruang Nego Jika Karyawan Izin Studi!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: