54 Film Terbaik Ajang IMAJITARI 2022 Bakal Diputar secara Maraton
29 September 2022 |
12:12 WIB
Penyelenggara ajang IMAJITARI 2022 telah memilih 54 karya film yang akan ditayangkan secara maraton pada 29 September sampai dengan 2 Oktober 2022 di Kineforum, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Film tersebut hasil kurasi dari 1.145 film karya peserta dari lebih 80 negara yang masuk ke tim seleksi kompetisi bagi para insan sineas tersebut.
Programmer IMAJITARI 2022, Akbar Yumi mengatakan bahwa penyelenggara akan memutar 54 karya terpilih yang beragam dan menunjukkan kreativitas karya orisinal dari para insan perfilman, khususnya generasi muda.
“Adapun, dari perhelatan IMAJITARI yang memutar 54 karya film tari ini, para tim juri IMAJITARI 2022 akan memilih 6 karya terbaik yang akan mendapatkan penghargaan,” katanya dalam rilis yang diterima Hypeabis.id.
Baca juga: 6 Film Indonesia Tayang Oktober 2022, Genre Horor Mendominasi
Dia menuturkan bahwa keragaman menjadi tantangan utama dalam memilih karya-karya yang akan diputar pada sesi kompetisi IMAJITARI.
Kemudian, berangkat dari semangat keragaman tersebut, karya-karya film tari pada sesi kompetisi yang dipilih oleh tim seleksi menjadi semacam perwakilan gambaran kecenderungan umum dari seribu karya yang masuk.
Menurutnya, keragaman tetap menjadi sebuah tantangan yang besar bagi para penyelenggara dalam ajang ini, khususnya dalam mengakomodir keragaman wilayah dari produksi film tari di dunia saat ini selain unusr kebaruan dan kekinian dalam praktik artistik film tari.
Kondisi ini dapat terjadi karena istilah estetika sendiri tidak lagi memiliki pengertian yang esensial. Kemudian, praktiknya yang juga sentralistik. Tidak hanya itu, pertumbuhannya juga semakin cair sehingga membentuk bahasa film tari yang lebih beragam.
“Dunia digital bukan saja menjembatani pengalaman praktik artistik di masa pandemi Covid 19, namun juga turut membentuk perluasan dan kemungkinan-kemungkinan baru yang dimungkinkan dari pengertian tubuh yang termediasi dalam praktik film tari,” ujarnya.
Menurutnya, praktik perluasan dan kemungkinan tubuh yang termediasi secara digital masih turut mewarnai karya-karya di dalam situasi pandemi yang sudah mulai melonggar.
Dia menuturkan praktik medium digital semata-mata bukan dalam pengertian kebaruan secara an sich, tapi juga terhubung dengan praktik film tari dalam kerangka dari penggunaan arsip sampai dengan pendekatan algoritma dalam menghubungkan anasir-anasir yang klasik dan kontemporer di dalam tari.
“FIlm tari hari ini, khususnya di dalam IMAJITARI 2022, sudah tidak memadai lagi bersandar pada pengertian-pengertian yang esensialis lagi. Keragaman di dalam film tari, bahkan di dalam seni itu niscaya memang ada, karena semakin luas dan beragamnya praktik, pelaku, dan juga isu yang diangkat di dalam karya-karya film tari hari ini,” katanya.
Dia menuturkan IMAJITARI sebagai sebuah perhelatan internasional yang telah berlangsung selama 4 kali ini adalah sebuah program yang diinisiasi oleh Komite Tari, DKJ (Dewan Kesenian Jakarta). Ajang ini merupakan bentuk penggunaan media lain dari praktik koreografi dan tari, yakni media film.
Adapun sebagai sebuah festival, IMAJITARI juga mengakomodir pembacaan khusus pada karya-karya film tari dari Indonesia, sebagai sebuah program yang mencoba melihat pertumbuhan dan peta artistik para pembuat film tari di Indonesia.
Program khusus ini bernama Film Tari Indonesia, adalah karya-karya film tari dari Indonesia yang tidak lolos ke sesi kompetisi, namun masuk ke dalam sesi program khusus Film Tari Indonesia.
“Program khusus ini sudah berlangsung selama dua tahun, di mana film tari Indonesia sudah mulai tumbuh, dengan melihat cukup banyaknya karya-karya film tari dari yang masuk di IMAJITARI 2022 ini,” katanya.
Dia mengatakan bahwa program lainnya di dalam perhelatan IMAJITARI 2022 ini adalah diskusi setelah sesi pemutaran, sebagai sebuah usaha membangun produksi pengetahuan, dan membangun jembatan antara wacana film tari yang diputar dan para penonton.
Baca juga: Tudum Umumkan Daftar Film & Series Netflix Terbaru di Akhir Tahun 2022
Sebagai sebuah perhelatan yang sederhana, IMAJITARI sebagai sebuah festival selalu membangun keintiman di antara pihak festival dan penonton, yang salah satunya adalah membangun ruang diskusi setelah acara pemutaran. Dalam program diskusi ini, diharapkan menjadi jembatan yang mendekatkan penonton dengan festival IMAJITARI, termasuk juga jembatan wacana tentang film tari hari ini di dunia global.
“1145 karya film tari yang masuk ke IMAJITARI 2022 ini, adalah pantulan dari isu-isu sosial, budaya dan politik kekiniaan yang berlangsung di masing-masing negara. Spasialitas menjadi penanda yang cukup kuat dari para pembuat film tari hari ini,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Programmer IMAJITARI 2022, Akbar Yumi mengatakan bahwa penyelenggara akan memutar 54 karya terpilih yang beragam dan menunjukkan kreativitas karya orisinal dari para insan perfilman, khususnya generasi muda.
“Adapun, dari perhelatan IMAJITARI yang memutar 54 karya film tari ini, para tim juri IMAJITARI 2022 akan memilih 6 karya terbaik yang akan mendapatkan penghargaan,” katanya dalam rilis yang diterima Hypeabis.id.
Baca juga: 6 Film Indonesia Tayang Oktober 2022, Genre Horor Mendominasi
Dia menuturkan bahwa keragaman menjadi tantangan utama dalam memilih karya-karya yang akan diputar pada sesi kompetisi IMAJITARI.
Kemudian, berangkat dari semangat keragaman tersebut, karya-karya film tari pada sesi kompetisi yang dipilih oleh tim seleksi menjadi semacam perwakilan gambaran kecenderungan umum dari seribu karya yang masuk.
Menurutnya, keragaman tetap menjadi sebuah tantangan yang besar bagi para penyelenggara dalam ajang ini, khususnya dalam mengakomodir keragaman wilayah dari produksi film tari di dunia saat ini selain unusr kebaruan dan kekinian dalam praktik artistik film tari.
Kondisi ini dapat terjadi karena istilah estetika sendiri tidak lagi memiliki pengertian yang esensial. Kemudian, praktiknya yang juga sentralistik. Tidak hanya itu, pertumbuhannya juga semakin cair sehingga membentuk bahasa film tari yang lebih beragam.
“Dunia digital bukan saja menjembatani pengalaman praktik artistik di masa pandemi Covid 19, namun juga turut membentuk perluasan dan kemungkinan-kemungkinan baru yang dimungkinkan dari pengertian tubuh yang termediasi dalam praktik film tari,” ujarnya.
Menurutnya, praktik perluasan dan kemungkinan tubuh yang termediasi secara digital masih turut mewarnai karya-karya di dalam situasi pandemi yang sudah mulai melonggar.
Dia menuturkan praktik medium digital semata-mata bukan dalam pengertian kebaruan secara an sich, tapi juga terhubung dengan praktik film tari dalam kerangka dari penggunaan arsip sampai dengan pendekatan algoritma dalam menghubungkan anasir-anasir yang klasik dan kontemporer di dalam tari.
“FIlm tari hari ini, khususnya di dalam IMAJITARI 2022, sudah tidak memadai lagi bersandar pada pengertian-pengertian yang esensialis lagi. Keragaman di dalam film tari, bahkan di dalam seni itu niscaya memang ada, karena semakin luas dan beragamnya praktik, pelaku, dan juga isu yang diangkat di dalam karya-karya film tari hari ini,” katanya.
Dia menuturkan IMAJITARI sebagai sebuah perhelatan internasional yang telah berlangsung selama 4 kali ini adalah sebuah program yang diinisiasi oleh Komite Tari, DKJ (Dewan Kesenian Jakarta). Ajang ini merupakan bentuk penggunaan media lain dari praktik koreografi dan tari, yakni media film.
Adapun sebagai sebuah festival, IMAJITARI juga mengakomodir pembacaan khusus pada karya-karya film tari dari Indonesia, sebagai sebuah program yang mencoba melihat pertumbuhan dan peta artistik para pembuat film tari di Indonesia.
Program khusus ini bernama Film Tari Indonesia, adalah karya-karya film tari dari Indonesia yang tidak lolos ke sesi kompetisi, namun masuk ke dalam sesi program khusus Film Tari Indonesia.
“Program khusus ini sudah berlangsung selama dua tahun, di mana film tari Indonesia sudah mulai tumbuh, dengan melihat cukup banyaknya karya-karya film tari dari yang masuk di IMAJITARI 2022 ini,” katanya.
Dia mengatakan bahwa program lainnya di dalam perhelatan IMAJITARI 2022 ini adalah diskusi setelah sesi pemutaran, sebagai sebuah usaha membangun produksi pengetahuan, dan membangun jembatan antara wacana film tari yang diputar dan para penonton.
Baca juga: Tudum Umumkan Daftar Film & Series Netflix Terbaru di Akhir Tahun 2022
Sebagai sebuah perhelatan yang sederhana, IMAJITARI sebagai sebuah festival selalu membangun keintiman di antara pihak festival dan penonton, yang salah satunya adalah membangun ruang diskusi setelah acara pemutaran. Dalam program diskusi ini, diharapkan menjadi jembatan yang mendekatkan penonton dengan festival IMAJITARI, termasuk juga jembatan wacana tentang film tari hari ini di dunia global.
“1145 karya film tari yang masuk ke IMAJITARI 2022 ini, adalah pantulan dari isu-isu sosial, budaya dan politik kekiniaan yang berlangsung di masing-masing negara. Spasialitas menjadi penanda yang cukup kuat dari para pembuat film tari hari ini,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.