Kirab Budaya dan Rapat Raksasa bertajuk Nyawiji Nunggal Rasa di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah (Sumber gambar: Kemdikbud RI)

2.000 Warga Meriahkan Kirab Budaya G20 di Borobudur

13 September 2022   |   10:51 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyelenggarakan Kirab Budaya dan Rapat Raksasa bertajuk Nyawiji Nunggal Rasa pada Senin (12/9/2022). Kirab yang melibatkan 2.000 warga perwakilan dari 20 desa di Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, itu jadi bagian dalam presidensi G20 di bidang kebudayaan.

Seperti namanya, Nyawiji Nunggal Rasa yang diambil dari bahasa Jawa berarti semangat kebersamaan masyarakat yang bahu membahu untuk bisa kembali bekerja dan berkarya, untuk pulih kembali kepada kondisi yang selaras dengan alam.

Kirab Budaya dan Rapat Raksasa G20 terdiri dari empat segmen kegiatan yakni Ritus 'Bangun Tuwuh' di Candi Pawon, Kirab Budaya 'Mulih Pulih' dari Candi Pawon menuju Candi Borobudur, Rapat Raksasa 'Nyawiji' di Taman Lumbini Candi Borobudur, dan Parade Seni 'Golong Gilig'.'

Ritus Bangun Tuwuh merupakan simbol dari harapan seluruh kalangan masyarakat untuk sebuah awal yang baru setelah dua tahun pandemi terjadi. Biji tanaman yang didoakan akan dibawa pulang dan ditanam, dengan harapan akan tumbuh subur bersama dengan makmurnya kehidupan masyarakat.

Baca juga: Deretan Musisi Indonesia & Dunia yang Bakal Tampil di G20 Orchestra Borobudur

Ritus doa bersama ini akan menjadi pembuka rangkaian kegiatan kirab dan akan dilakukan oleh perwakilan dari 20 desa, perwakilan pemuka agama, dan pemuka adat nusantara.

Sementara itu, kirab Budaya Mulih Pulih adalah kirab massal yang melibatkan 2000 warga desa yang bergerak dari Candi Pawon ke Lapangan Lumbini, Borobudur. Gerakan menari warga ditata secara koreografis menurut gagasan dan tradisi masing-masing desa namun dalam irama yang sama dipimpin oleh direktur artistik R.M Altiana dan diiringi arasemen musik oleh Trie Utami.

Karya-karya instalasi fauna Borobudur, karya-karya limbah dan tetumbuhan, menemani gerak kirab ini. Keharmonisan ini adalah gambaran semangat masyarakat untuk bergerak bersama membangun masa depan yang cerah dan berkelanjutan.
 

"Kirab Budaya dan Rapat Raksasa ini menjadi wujud nyata keterlibatan masyarakat desa dalam upaya bersama merayakan kehidupan dan diharapkan dapat kembali pulih tidak hanya lebih kuat namun juga tepat guna dan bermanfaat," ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid.

Kisah Jataka yang terpahat dalam relief Candi Borobudur diambil sebagai tema Kirab Budaya yang menginspirasi warga tiap-tiap desa dalam penciptaan karya instalasi ragam fauna, yang nantinya diusung dalam gerak bersama barisan kirab. 

Hal itu merupakan salah satu cara warga Borobudur melestarikan dan merayakan Candi Borobudur, sehingga filosofi positif dan nilai spiritual yang dimiliki ikon fauna tersebut menjadi bagian dari kehidupan warga untuk kembali bangkit dan pulih.

Selain itu, warga juga mempersiapkan berbagai makanan tradisional dan produk kuliner lokal andalan desa masing-masing untuk ikut diusung disaat kirab dan disajikan pada saat Kembul Bujana (Upacara Makan Bersama).

Adapun, rapat Raksasa 'Nyawiji' merupakan simbol solidaritas dengan sesama dan menyampaikan aspirasi melalui rangkaian pertunjukan, dan merupakan adaptasi artistik dari aneka isu yang telah didiskusikan dalam rangkaian kegiatan yang melibatkan pelaku budaya.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, mengapresiasi kegiatan kirab ini yang tidak hanya menekankan pada budaya namun juga lingkungan. Dia mengatakan bahwa material yang digunakan dalam kegiatan kebudayaan itu menggunakan bahan yang ramah lingkungan.

"Hal itu sejalan dengan apa yang kita dorong dalam agenda G20 bidang Kebudayaan," katanya.

Nadiem pun menjelaskan bahwa Kirab Budaya dan Rapat Raksasa ini merupakan bagian Program Pemajuan Kebudayaan Desa, salah satu program prioritas Direktorat Jendral Kebudayaan yang menitikberatkan pada proses pemberdayaan masyarakat yang melibatkan warga sebagai pemilik budaya.

Tahun ini merupakan kedua kalinya Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbudristek, mendampingi warga Kawasan Borobudur untuk menemukan dan mengenal kembali potensi budayanya, guna membuat program pengembangan sekaligus bagaimana pemanfaatannya untuk kehidupan berkelanjutan. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Kolaborasi Klamby dan Tenun Garut Melenggang ke London Fashion Week 2022

BERIKUTNYA

Preview One Piece Film: Red Angkat Masa Lalu Shanks dalam Festival Musik

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: