Duh, Hipertensi Bisa Picu Kerusakan Otak, Begini Prosesnya
31 August 2022 |
21:30 WIB
Hipertensi menjadi salah satu penyakit yang diderita masyarakat Indonesia. Prevalensinya cukup tinggi. Sayangnya menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018, dari 34,31 persen pasien, hanya 8,8 persen yang terdiagnosis penyakit tekanan darah tinggi ini.
Penyakit kronik ini terbilang tidak bisa disembuhkan. Dokter Spesialis Saraf RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr. Eka Harmeiwaty menjelaskan kalaupun tekanan darah pasien sudah mencapai target, bukan berarti dia sembuh dari hipertensi melainkan disebut dalam kondisi terkontrol.
Namun demikian, data menunjukkan 32,3 persen pasien hipertensi tidak minum obat secara teratur dan akhirnya kondisi tekanan darah mereka tidak terkontrol hingga menimbulkan komplikasi penyakit, salah satunya kerusakan otak seperti stroke.
“Hipertensi merupakan faktor risiko utama kejadian stroke. Setiap kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg akan meningkatkan risiko Stroke 10 persen pada orang dewasa,” ujar Eka dalam diskusi virtual, Rabu (31/8/2022).
Baca juga: Waspada! Minuman Beralkohol Bikin Otak Menyusut
Eka mengungkapkan hipertensi ditemukan pada 64-70 persen kasus Stroke. Secara mekanisme, tekanan darah tinggi pada dasarnya menyebabkan kerusakan sel dinding pembuluh darah (sel endotel) dan mengganggu fungsi dari otot di dinding pembuluh darah nadi (arteri). Kondisi ini dapat membuat arteri menjadi kaku dan tersumbat.
Apabila arteri yang tersumbat ada di bagian otak, hal ini akan membuat otak tidak mendapatkan aliran darah dan oksigen yang cukup, sehingga semakin lama semakin banyak sel atau jaringan otak yang mulai mati.
Hal ini membuat seseorang berada pada risiko stroke yang jauh lebih tinggi. Mulai dari stroke skala ringan (Transient Ischaemic Attack/TIA), sampai stroke berat yang bisa menyebabkan kecacatan menetap bahkan mengancam jiwa.
Kerusakan endotel dan lapisan otot pembuluh darah arteri karena hipertensi juga dapat menyebabkan penipisan dinding pembuluh darah arteri di otak. “Ini yang dapat mengakibatkan arteri bisa atau mudah pecah dan menyebabkan perdarahan di otak,” jelasnya.
Penyakit stroke sendiri merupakan penyebab kematian kedua dan penyebab disabilitas ketiga di dunia. Pada 2021, secara global, diperkirakan 1 diantara 4 orang dewasa berusia di atas 25 tahun pernah mengalami stroke. Diperkirakan 13,7 juta penduduk dunia mengalami stroke pertama pada tahun tersebut dan lebih dari 5,5 juta meninggal.
Menurut Eka, seringkali seseorang terserang stroke tiba-tiba karena hipertensinya, tetapi si penderita tidak pernah tahu bahwa dirinya memiliki hipertensi. Oleh karenanya, hipertensi sering disebut sebagai pembunuh senyap atau silent killer.
Eka menambahkan, langkah paling awal untuk mencegah stroke adalah mengendalikan tekanan darah. Dia menyampaikan penurunan tekanan sistolik 10 mmHg akan menurunkan risiko stroke hingga 27 persen dan besarnya penurunan tekanan darah secara linear akan mengurangi risiko stroke berulang.
Oleh karena itu, pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah faktor risiko penyebab hipertensi itu sendiri, seperti usia, obesitas, makanan yang terlalu mengandung garam dan sedikit kalium, kurangnya berolahraga, merokok, konsumsi alkohol, hingga stress.
Faktor risiko tersebut mampu membuat tekanan darah tidak stabil. “Saat ini, ada dua faktor risiko tambahan yang juga perlu diperhatikan seperti udara dingin dan polusi udara,” tuturnya.
Ya, kamu tidak salah dengar. Udara dingin juga menyebabkan hipertensi. Hal ini karena suhu rendah bisa membuat pembuluh darah menyempit secara sementara.
Eka menerangkan udara dingin mampu meningkatkan tekanan darah karena akan lebih banyak tekanan yang diperlukan untuk memaksa darah melewati pembuluh darah melalui arteri yang menyempit.
Sedangkan terkait polusi, banyak penelitian menunjukkan selain menyebabkan hipertensi, polusi udara juga meningkatkan risiko terjadinya stroke. Kejadiannya berhubungan dengan lama paparan, usia, dan adanya risiko penyakit kardiovaskular seperti diabetes.
Baca juga: Efek Samping Sering Menggunakan Headset, Salah Satunya Bisa Picu Kerusakan Otak
Dia menjelaskan emisi dari kendaraan bermotor merupakan penyebab utama (lebih dari 90 persen) polusi udara di daerah urban. Sebuah penelitian pada 2020 menunjukkan secara bermakna paparan jangka lama terhadap PM2.5 (partikulat / partikel kecil polusi udara) akan meningkatkan risiko stroke iskemik dan stroke perdarahan.
Risikonya menjadi meningkat ketika gaya hidup masyarakat perkotaan yang buruk, seperti diet yang tidak sehat dan cenderung memiliki gaya hidup yang sedentaei. Oleh karena itu, penting bagi kamu Genhype untuk mengubah pola gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mencegah hipertensi yang berisiko pada stroke.
Editor: Fajar Sidik
Penyakit kronik ini terbilang tidak bisa disembuhkan. Dokter Spesialis Saraf RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr. Eka Harmeiwaty menjelaskan kalaupun tekanan darah pasien sudah mencapai target, bukan berarti dia sembuh dari hipertensi melainkan disebut dalam kondisi terkontrol.
Namun demikian, data menunjukkan 32,3 persen pasien hipertensi tidak minum obat secara teratur dan akhirnya kondisi tekanan darah mereka tidak terkontrol hingga menimbulkan komplikasi penyakit, salah satunya kerusakan otak seperti stroke.
“Hipertensi merupakan faktor risiko utama kejadian stroke. Setiap kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg akan meningkatkan risiko Stroke 10 persen pada orang dewasa,” ujar Eka dalam diskusi virtual, Rabu (31/8/2022).
Baca juga: Waspada! Minuman Beralkohol Bikin Otak Menyusut
Eka mengungkapkan hipertensi ditemukan pada 64-70 persen kasus Stroke. Secara mekanisme, tekanan darah tinggi pada dasarnya menyebabkan kerusakan sel dinding pembuluh darah (sel endotel) dan mengganggu fungsi dari otot di dinding pembuluh darah nadi (arteri). Kondisi ini dapat membuat arteri menjadi kaku dan tersumbat.
Apabila arteri yang tersumbat ada di bagian otak, hal ini akan membuat otak tidak mendapatkan aliran darah dan oksigen yang cukup, sehingga semakin lama semakin banyak sel atau jaringan otak yang mulai mati.
Hal ini membuat seseorang berada pada risiko stroke yang jauh lebih tinggi. Mulai dari stroke skala ringan (Transient Ischaemic Attack/TIA), sampai stroke berat yang bisa menyebabkan kecacatan menetap bahkan mengancam jiwa.
Kerusakan endotel dan lapisan otot pembuluh darah arteri karena hipertensi juga dapat menyebabkan penipisan dinding pembuluh darah arteri di otak. “Ini yang dapat mengakibatkan arteri bisa atau mudah pecah dan menyebabkan perdarahan di otak,” jelasnya.
Penyakit stroke sendiri merupakan penyebab kematian kedua dan penyebab disabilitas ketiga di dunia. Pada 2021, secara global, diperkirakan 1 diantara 4 orang dewasa berusia di atas 25 tahun pernah mengalami stroke. Diperkirakan 13,7 juta penduduk dunia mengalami stroke pertama pada tahun tersebut dan lebih dari 5,5 juta meninggal.
Menurut Eka, seringkali seseorang terserang stroke tiba-tiba karena hipertensinya, tetapi si penderita tidak pernah tahu bahwa dirinya memiliki hipertensi. Oleh karenanya, hipertensi sering disebut sebagai pembunuh senyap atau silent killer.
Cara mencegah stroke
Eka menambahkan, langkah paling awal untuk mencegah stroke adalah mengendalikan tekanan darah. Dia menyampaikan penurunan tekanan sistolik 10 mmHg akan menurunkan risiko stroke hingga 27 persen dan besarnya penurunan tekanan darah secara linear akan mengurangi risiko stroke berulang.Oleh karena itu, pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah faktor risiko penyebab hipertensi itu sendiri, seperti usia, obesitas, makanan yang terlalu mengandung garam dan sedikit kalium, kurangnya berolahraga, merokok, konsumsi alkohol, hingga stress.
Faktor risiko tersebut mampu membuat tekanan darah tidak stabil. “Saat ini, ada dua faktor risiko tambahan yang juga perlu diperhatikan seperti udara dingin dan polusi udara,” tuturnya.
Ya, kamu tidak salah dengar. Udara dingin juga menyebabkan hipertensi. Hal ini karena suhu rendah bisa membuat pembuluh darah menyempit secara sementara.
Eka menerangkan udara dingin mampu meningkatkan tekanan darah karena akan lebih banyak tekanan yang diperlukan untuk memaksa darah melewati pembuluh darah melalui arteri yang menyempit.
Sedangkan terkait polusi, banyak penelitian menunjukkan selain menyebabkan hipertensi, polusi udara juga meningkatkan risiko terjadinya stroke. Kejadiannya berhubungan dengan lama paparan, usia, dan adanya risiko penyakit kardiovaskular seperti diabetes.
Baca juga: Efek Samping Sering Menggunakan Headset, Salah Satunya Bisa Picu Kerusakan Otak
Dia menjelaskan emisi dari kendaraan bermotor merupakan penyebab utama (lebih dari 90 persen) polusi udara di daerah urban. Sebuah penelitian pada 2020 menunjukkan secara bermakna paparan jangka lama terhadap PM2.5 (partikulat / partikel kecil polusi udara) akan meningkatkan risiko stroke iskemik dan stroke perdarahan.
Risikonya menjadi meningkat ketika gaya hidup masyarakat perkotaan yang buruk, seperti diet yang tidak sehat dan cenderung memiliki gaya hidup yang sedentaei. Oleh karena itu, penting bagi kamu Genhype untuk mengubah pola gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mencegah hipertensi yang berisiko pada stroke.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.