Ini Pekerjaan Rumah Industri Film Indonesia Menurut Produser
30 March 2022 |
21:57 WIB
Industri film di Indonesia terus berkembang dengan berbagai karya terbaiknya. Meski begitu, sejumlah kendala masih dihadapi para pelaku sineas di Tanah Air dalam upaya mengembangkan karya-karya film yang lebih berkualitas. Selain faktor pandemi Covid-19 yang memukul semua sektor industri, ada beberapa faktor fundamental yang perlu dibenahi.
Edwin Nazir, Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi), menuturkan tantangan utama di industri perfilman Indonesia, di luar kendala akibat pandemi Covid-19, adalah sumber daya manusia. “SDM. Kita masih kekurangan SDM,” katanya dalam acara daring Hari Film Nasional: Film Indonesia Makin Keren, Yes or No?.
Dia menuturkan pintu terbuka sangat lebar untuk siapa pun yang ingin masuk industri film di dalam negeri mengingat sumber daya manusia di industri perfilman di Indonesia masih kekurangan.
Meskipun begitu, lanjutnya, regenerasi di industri ini terus berjalan. Sejumlah sutradara muda bermunculan dan menghasilkan karya yang bagus.
Tantangan lainnya pembajakan sebagai masalah utama yang cukup klasik. Dalam sebuah riset di 4 kota yang pernah dilakukan oleh Bekraf dengan LPM Universitas Indonesia, kerugian yang diakibatkan oleh pembajakan untuk film nasional mencapai Rp1,4 triliun.
Menurutnya, jika dihitung seluruh kota di Indonesia mungkin nilai kerugian itu bisa mencapai Rp5 triliun. Angka tersebut merupakan potensi ekonomi yang hilang akibat pembajakan.
"Nilai potensi ekonomi tersebut dapat membuat industri film makin maju dan produksi film oleh sutradara dan para pembuat film bisa bagus-bagus, jika dana itu masuk dalam ekosistem film," ujarnya.
Dia mengatakan tidak ada alasan untuk menonton film-film bajakan pada saat ini, terlebih platform film streaming sudah makin banyak dengan biaya berlangganan yang bersaing.
Menurutnya, menonton film dari platform-platform digital streaming resmi lebih nyaman, tenang, dan bebas virus mengingat hampir semua situs bajakan memiliki spam dan virus.
Editor: Fajar Sidik
Edwin Nazir, Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi), menuturkan tantangan utama di industri perfilman Indonesia, di luar kendala akibat pandemi Covid-19, adalah sumber daya manusia. “SDM. Kita masih kekurangan SDM,” katanya dalam acara daring Hari Film Nasional: Film Indonesia Makin Keren, Yes or No?.
Dia menuturkan pintu terbuka sangat lebar untuk siapa pun yang ingin masuk industri film di dalam negeri mengingat sumber daya manusia di industri perfilman di Indonesia masih kekurangan.
Meskipun begitu, lanjutnya, regenerasi di industri ini terus berjalan. Sejumlah sutradara muda bermunculan dan menghasilkan karya yang bagus.
Tantangan lainnya pembajakan sebagai masalah utama yang cukup klasik. Dalam sebuah riset di 4 kota yang pernah dilakukan oleh Bekraf dengan LPM Universitas Indonesia, kerugian yang diakibatkan oleh pembajakan untuk film nasional mencapai Rp1,4 triliun.
Menurutnya, jika dihitung seluruh kota di Indonesia mungkin nilai kerugian itu bisa mencapai Rp5 triliun. Angka tersebut merupakan potensi ekonomi yang hilang akibat pembajakan.
"Nilai potensi ekonomi tersebut dapat membuat industri film makin maju dan produksi film oleh sutradara dan para pembuat film bisa bagus-bagus, jika dana itu masuk dalam ekosistem film," ujarnya.
Dia mengatakan tidak ada alasan untuk menonton film-film bajakan pada saat ini, terlebih platform film streaming sudah makin banyak dengan biaya berlangganan yang bersaing.
Menurutnya, menonton film dari platform-platform digital streaming resmi lebih nyaman, tenang, dan bebas virus mengingat hampir semua situs bajakan memiliki spam dan virus.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.