Yakin Vape Lebih Aman Ketimbang Rokok?
28 August 2022 |
17:31 WIB
Bagi sebagian orang, mereka menjadikan rokok elektrik atau yang biasa disebut vape sebagai pengganti rokok. Mereka percaya bahwa alat tersebut dapat mengurangi ketergantungan mereka terhadap sigaret. Apa benar demikian?
Vape yang sedang digandrungi masyarakat terutama anak muda di perkotaan ini merupakan rokok elektrik generasi keempat. Tidak seperti rokok konvensional yang mengeluarkan asap, vape justru menghasilkan uap berwarna putih seperti asap. Vape biasanya memiliki berbagai varian rasa sehingga disukai konsumen.
Baca juga: Wahai Pengguna Vape, Waspada Efek Inflamasi di Organ Tubuh
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengategorikan vape sebagai electronic nicotine delivery system (ENDS). Ini merupakan jenis peralatan yang biasa digunakan untuk menghantarkan nikotin ke dalam tubuh pengguna, zat serupa yang terdapat pada rokok konvensional. Di sinilah letak persoalannya.
“Inilah yang menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung koroner, stroke, impotensi pada laki-laki, hingga infertilitas pada perempuan,” tuturnya kepada Bisnis.
Agus menambahkan penggunaan vape secara terus menerus akan menyebabkan risiko yang sama dengan konsumsi rokok konvensional. Selain persoalan nikotin, vape juga berbahaya karena cairannya bisa diisi ulang dengan berbagai rasa sehingga lebih menarik bagi konsumen.
Menurut Agus, potensi bahaya akibat cairan yang mengandung pengawet dan bahan kimia pada vape ini sangat besar. Cairan tersebut biasanya mengandung karsinogen yang ditenggarai bisa menyebabkan kanker. Agus menjelaskan rokok elektrik ini memang tidak mengandung tar seperti pada rokok konvensional. Namun, keberadaan zat karsinogen ini sudah cukup berbahaya bagi tubuh.
Aspek lain yang patut diwaspadai adalah keberadaan partikel uap yang dihirup saat mengonsumsi vape.
“Uap air memiliki partikel yang jauh lebih kecil dari asap sehingga sangat mudah masuk ke saluran napas,” ujarnya.
Agus menjelaskan uap yang dihasilkan vape biasanya mengandung radikal bebas yang bisa menyebabkan berbagai keluhan saluran napas, mulai dari iritasi, tenggorokan yang terasa perih, hingga potensi asma atau kanker paru dalam jangka panjang.
Agus menuturkan, kandungan nikotin dalam vape memang lebih rendah daripada rokok konvensional. Namun, dalam hal ini tidak ada istilah mana yang lebih aman.
Baca juga: Sisa Asap Vape Di Rumah Picu Bronkitis!
Pasalnya, keduanya sebenarnya memiliki kandungan risiko tinggi yang sudah sepantasnya dihindari. Nah, bagi Anda yang masih mengonsumsi vape dengan alasan lebih sehat ketimbang rokok, sudah saatnya untuk mempertimbangkan kembali pendapat tersebut.
Editor: Dika Irawan
Vape yang sedang digandrungi masyarakat terutama anak muda di perkotaan ini merupakan rokok elektrik generasi keempat. Tidak seperti rokok konvensional yang mengeluarkan asap, vape justru menghasilkan uap berwarna putih seperti asap. Vape biasanya memiliki berbagai varian rasa sehingga disukai konsumen.
Baca juga: Wahai Pengguna Vape, Waspada Efek Inflamasi di Organ Tubuh
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengategorikan vape sebagai electronic nicotine delivery system (ENDS). Ini merupakan jenis peralatan yang biasa digunakan untuk menghantarkan nikotin ke dalam tubuh pengguna, zat serupa yang terdapat pada rokok konvensional. Di sinilah letak persoalannya.
Risiko Kesehatan di Balik Vape
Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 15 Januari 2017, Dokter Spesialis Paru Agus Dwi Santoso mengatakan, karena vape tetap menggunakan nikotin, maka tingkat bahayanya tidak jauh berbeda dengan rokok konvensional. Agus menjelaskan nikotin merupakan zat yang bisa menyebabkan ketagihan dan membuat rasa nyaman. Dalam jangka panjang, nikotin berpotensi menyebabkan penggumpalan di pembuluh darah.“Inilah yang menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung koroner, stroke, impotensi pada laki-laki, hingga infertilitas pada perempuan,” tuturnya kepada Bisnis.
Agus menambahkan penggunaan vape secara terus menerus akan menyebabkan risiko yang sama dengan konsumsi rokok konvensional. Selain persoalan nikotin, vape juga berbahaya karena cairannya bisa diisi ulang dengan berbagai rasa sehingga lebih menarik bagi konsumen.
Menurut Agus, potensi bahaya akibat cairan yang mengandung pengawet dan bahan kimia pada vape ini sangat besar. Cairan tersebut biasanya mengandung karsinogen yang ditenggarai bisa menyebabkan kanker. Agus menjelaskan rokok elektrik ini memang tidak mengandung tar seperti pada rokok konvensional. Namun, keberadaan zat karsinogen ini sudah cukup berbahaya bagi tubuh.
Pengawasan Ketat
Agus menambahkan, beberapa negara Eropa sudah mengawasi dengan ketat keberadaan vape tersebut. Pasalnya, dalam beberapa penelitian terbaru di Eropa, terdapat indikasi cairan vape diisi dengan narkoba. Risiko tersebut harus diwaspadai karena di Indonesia pun belum terdapat aturan yang jelas mengenai vape tersebut.Aspek lain yang patut diwaspadai adalah keberadaan partikel uap yang dihirup saat mengonsumsi vape.
“Uap air memiliki partikel yang jauh lebih kecil dari asap sehingga sangat mudah masuk ke saluran napas,” ujarnya.
Agus menjelaskan uap yang dihasilkan vape biasanya mengandung radikal bebas yang bisa menyebabkan berbagai keluhan saluran napas, mulai dari iritasi, tenggorokan yang terasa perih, hingga potensi asma atau kanker paru dalam jangka panjang.
Agus menuturkan, kandungan nikotin dalam vape memang lebih rendah daripada rokok konvensional. Namun, dalam hal ini tidak ada istilah mana yang lebih aman.
Baca juga: Sisa Asap Vape Di Rumah Picu Bronkitis!
Pasalnya, keduanya sebenarnya memiliki kandungan risiko tinggi yang sudah sepantasnya dihindari. Nah, bagi Anda yang masih mengonsumsi vape dengan alasan lebih sehat ketimbang rokok, sudah saatnya untuk mempertimbangkan kembali pendapat tersebut.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.