Profil Bagus Pandega, Seniman Patung Lokal yang Gelar Pameran Hingga ke Mancanegara
26 August 2022 |
22:00 WIB
Dunia seni rupa Indonesia dibanjiri karya-karya lokal yang tak kalah bersaing dengan seni kelas internasional. Seni rupa patung yang cukup masih jarang terisi oleh seniman-seniman muda lokal. Selain bernilai estetika tinggi, seni patung memiliki ciri khas yang berbeda dari seni rupa jenis lainnya.
Bagus Pandega, merupakan salah seorang seniman Indonesia yang dikenal hingga kancah dunia berkat kemampuannya mengekspolari seni patung. Pria asal Jakarta tersebut memiliki cara tersendiri untuk menuangkan kreativitas ke dalam sebuah patung.
Bagus pandega dikenal kerap menampilkan hubungan antara objek dan penikmat karya yang terhubung dalam konsep elektronika. Seniman kelahiran 13 Juni 1985 tersebut menggunakan teknologi berbentuk lampu dan perekam suara untuk menciptakan perspektif.
Baca juga: Art Jakarta 2022: Seniman Heri Dono Sebut Sudah Waktunya Karya Seniman Keluar dari Studio
Karya Bagus Pandega mengajak penikmatnya untuk berinterkasi menggunakan suara dan gerakan. Mengeyam Pendidikan di Institut Teknologi Bandung, Bagus Pandega telah mendapatkan gelar sarjananya pada 2008. Ia menamatkan Pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain dengan jurusan Patung yang saat itu kurang diminati mahasiswa.
Namun kesenangannya pada dunia patung kembali membawanya meneruskan Pendidikan Magister di Institut Teknologi Bandung. Tak hanya memamerkan karyanya pada pameran tingkat nasional, bagus pandega juga menyelesaikan pameran internasional di Singapura, Manila, Amsterdam, Beirut, Utrecht, hingga Stuttgart.
Berkat kerja kerasnya mengeluti dunia patung, bagus pandega telah menerima sejumlah penghargaan diantaranya Prize for Excellence VOCA Museum Royal Ueno 2009, Finalis, Bienalle Indonesian Art Awards 2010, Finalis 25 besar, Bandung Contemporary Art Awards 2011, Nominasi Soewardja Awards 2011, Juara 3 Bandung Contemporary Art Awards 2 2012, hingga Kinutani Koji Award 5 Encouragement Award koran Mainichi Shimbun 2015.
Pada 2019, Bagus Pandega menampilkan karyanya yang berkolaborasi bersama Kei Imazu. Karya bertajuk Artificial Green by Nature Green ini menampilkan beberapa variabel dimensi seperti canvas, hologram, dan pohon palem.
Garis besar dari karya ini adalah fenomena perubahan lingkungan yang terjadi di Indonesia. Kolabariasi karya ini berfokus pada perubahan iklim seperti deforestasi dan penebangan pohon masal di Indonesia.
Dalam instalasinya, karya Pandega dan Imazu ini dilengkapi perangkat mesin lukis yang akan menampilkan karya fenomena faktual hutan dan spesies didalamnya yang perlahan kehilangan habitatnya di hutan Indonesia.
Selain itu sepanjang karirnya, ia juga memperlihatkan karya seperti Absence of Fear(2013), A Man and A Woman(2014, Analogue Living (2014), A Tea Poi on MOO (2016), Autism Spectrum (2011), behind The Movement (2014), Breadman’s Automation (2016), Bygone (2016), Chilhood Mixed Fantasy(2016), Chubibolala (2014), Clandestine Transgression Series: The Anthology, The Lust, The Melody, The Ordinary, The Mind (2015), Delay Relay (2016) dan masih banyak lainnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Bagus Pandega, merupakan salah seorang seniman Indonesia yang dikenal hingga kancah dunia berkat kemampuannya mengekspolari seni patung. Pria asal Jakarta tersebut memiliki cara tersendiri untuk menuangkan kreativitas ke dalam sebuah patung.
Bagus pandega dikenal kerap menampilkan hubungan antara objek dan penikmat karya yang terhubung dalam konsep elektronika. Seniman kelahiran 13 Juni 1985 tersebut menggunakan teknologi berbentuk lampu dan perekam suara untuk menciptakan perspektif.
Baca juga: Art Jakarta 2022: Seniman Heri Dono Sebut Sudah Waktunya Karya Seniman Keluar dari Studio
Karya Bagus Pandega mengajak penikmatnya untuk berinterkasi menggunakan suara dan gerakan. Mengeyam Pendidikan di Institut Teknologi Bandung, Bagus Pandega telah mendapatkan gelar sarjananya pada 2008. Ia menamatkan Pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain dengan jurusan Patung yang saat itu kurang diminati mahasiswa.
Namun kesenangannya pada dunia patung kembali membawanya meneruskan Pendidikan Magister di Institut Teknologi Bandung. Tak hanya memamerkan karyanya pada pameran tingkat nasional, bagus pandega juga menyelesaikan pameran internasional di Singapura, Manila, Amsterdam, Beirut, Utrecht, hingga Stuttgart.
Berkat kerja kerasnya mengeluti dunia patung, bagus pandega telah menerima sejumlah penghargaan diantaranya Prize for Excellence VOCA Museum Royal Ueno 2009, Finalis, Bienalle Indonesian Art Awards 2010, Finalis 25 besar, Bandung Contemporary Art Awards 2011, Nominasi Soewardja Awards 2011, Juara 3 Bandung Contemporary Art Awards 2 2012, hingga Kinutani Koji Award 5 Encouragement Award koran Mainichi Shimbun 2015.
Pada 2019, Bagus Pandega menampilkan karyanya yang berkolaborasi bersama Kei Imazu. Karya bertajuk Artificial Green by Nature Green ini menampilkan beberapa variabel dimensi seperti canvas, hologram, dan pohon palem.
Garis besar dari karya ini adalah fenomena perubahan lingkungan yang terjadi di Indonesia. Kolabariasi karya ini berfokus pada perubahan iklim seperti deforestasi dan penebangan pohon masal di Indonesia.
Dalam instalasinya, karya Pandega dan Imazu ini dilengkapi perangkat mesin lukis yang akan menampilkan karya fenomena faktual hutan dan spesies didalamnya yang perlahan kehilangan habitatnya di hutan Indonesia.
Selain itu sepanjang karirnya, ia juga memperlihatkan karya seperti Absence of Fear(2013), A Man and A Woman(2014, Analogue Living (2014), A Tea Poi on MOO (2016), Autism Spectrum (2011), behind The Movement (2014), Breadman’s Automation (2016), Bygone (2016), Chilhood Mixed Fantasy(2016), Chubibolala (2014), Clandestine Transgression Series: The Anthology, The Lust, The Melody, The Ordinary, The Mind (2015), Delay Relay (2016) dan masih banyak lainnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.