Memahami Risiko & Pengobatan Radang Sendi, Pola Olahraga yang Keliru Jadi Salah Satu Pemicunya
24 August 2022 |
14:32 WIB
Osteoarthritis (OA) atau peradangan kronis sendi yang terjadi karena adanya kerusakan pada tulang rawan dialami banyak masyarakat Indonesia. Gangguan kesehatan pada persendian ini umumnya terjadi pada orang lanjut usia (lansia), wanita, dan mereka yang mengalami kelebihan berat badan.
Faktor lainnya, kata Medical Executive PT Kalbe Farma Tbk dr. Meilisa Tiffani, yakni pola olahraga yang tidak mempertimbangkan bentuk tubuh dan genetik. Dia menjelaskan bahwa berat badan berlebih akan semakin membebani lutut, terlebih pada wanita.
Baca juga: Begini Cara Ampuh Mengobati Nyeri Otot, Tulang dan Sendi
Di sisi lain, pola olahraga yang tidak disesuaikan dengan bentuk tubuh juga dapat berisiko merusak tulang rawan tubuh, seperti pemilik berat badan berlebih yang memaksakan olahraga lompat-lompat dan berlari. Saat berlari, beban tubuh bertumpu pada lutut atau satu kaki.
Meilisa menambahkan bahwa osteoarthritis bersifat degeneratif, karena terus terjadi dan mengalami perburukan seiring waktu. Ketika ada kerusakan, akan terus terjadi kerusakan tanpa ada perbaikan.
Apabila kondisi peradangannya semakin berat, maka dapat mengganggu aktivitas atau fungsi yang dapat menurunkan kualitas hidup. Namun, jika dilakukan kegiatan atau aktivitas yang tepat, kondisi osteoarthritis dapat dihindari.
“Di antaranya, dengan melakukan olahraga yang tepat dan sesuai, menggunakan alas kaki yang nyaman, hingga menjaga berat badan sesuai indeks massa tubuh dan konsumsi suplemen seperti glukosamin,” tambahnya.
Lebih lanjut Meilisa menerangkan penderita osteoarthritis yang sudah mengalami nyeri atau sakit dapat dibantu dengan obat-obatan anti nyeri, untuk mengatasi gejala nyeri tersebut walaupun tidak memperbaiki kerusakan sendi yang sudah terjadi.
Obat-obatan ini lalu digunakan atau dikonsumsi secara bertahap, mulai dari obat topikal yang dioles seperti krim dengan kandungan methyl salicylate, obat antinyeri yang diminum secara oral, hingga dengan disuntikkan cairan hyaluronic acid untuk mengurangi rasa nyeri. “Bisa sampai dioperasi untuk penggantian lutut,” paparnya.
Namun apabila ada risiko osteoporosis, Ibrahim menyarankan ada baiknya wanita pada usia menginjak 45 tahun atau menjelang menopause, segera memeriksa kepadatan tulang, sementara laki-laki pada usia 50 tahun.
Apabila hasilnya kepadatan tulang masih bagus, pemeriksaan bisa diulang setahun sekali. Pasien juga bisa masuk ke dalam program rehabilitasi yang fokus terhadap latihan fisik dan memperbaiki gaya hidup untuk mempertahankan kepadatan tulang.
"Dasarnya lingkup gerak sendi harus full, kekuatan otot harus baik, keseimbangan harus baik, daya tahan jantung dan paru baik, body composition. Kalau ini sudah baik maka seseorang relatif aman," terangnya.
Namun, jika ternyata sudah ada osteopenia (tahapan sebelum memasuki osteoporosis), pemeriksaan dapat diulang 6 bulan kemudian.
Adapun tanda-tanda osteopenia yakni mulai ada kekeroposan tulang walaupun belum parah. Pada masa ini kata Ibrahim perlu ditangani dengan cepat dengan suplementasi yang cukup, latihan fisik, dan memulai gaya hidup sehat.
Baca juga: Nggak Sekadar Membentuk Otot, Ini Manfaat Olahraga Angkat Beban Menurut Ade Rai
"Kalau tidak terlalu berat, terapi yang bisa dilakukan yakni nutrisi, gaya hidup, dan exercise. Kita jangan tunda-tunda, karena tulang terus dipakai. Semua aktivitas pakai tulang. Kita harus pastikan tulang padat untuk menunjang seluruh aktivitas kita," katanya.
Editor: Dika Irawan
Faktor lainnya, kata Medical Executive PT Kalbe Farma Tbk dr. Meilisa Tiffani, yakni pola olahraga yang tidak mempertimbangkan bentuk tubuh dan genetik. Dia menjelaskan bahwa berat badan berlebih akan semakin membebani lutut, terlebih pada wanita.
Baca juga: Begini Cara Ampuh Mengobati Nyeri Otot, Tulang dan Sendi
Di sisi lain, pola olahraga yang tidak disesuaikan dengan bentuk tubuh juga dapat berisiko merusak tulang rawan tubuh, seperti pemilik berat badan berlebih yang memaksakan olahraga lompat-lompat dan berlari. Saat berlari, beban tubuh bertumpu pada lutut atau satu kaki.
Meilisa menambahkan bahwa osteoarthritis bersifat degeneratif, karena terus terjadi dan mengalami perburukan seiring waktu. Ketika ada kerusakan, akan terus terjadi kerusakan tanpa ada perbaikan.
Apabila kondisi peradangannya semakin berat, maka dapat mengganggu aktivitas atau fungsi yang dapat menurunkan kualitas hidup. Namun, jika dilakukan kegiatan atau aktivitas yang tepat, kondisi osteoarthritis dapat dihindari.
“Di antaranya, dengan melakukan olahraga yang tepat dan sesuai, menggunakan alas kaki yang nyaman, hingga menjaga berat badan sesuai indeks massa tubuh dan konsumsi suplemen seperti glukosamin,” tambahnya.
Lebih lanjut Meilisa menerangkan penderita osteoarthritis yang sudah mengalami nyeri atau sakit dapat dibantu dengan obat-obatan anti nyeri, untuk mengatasi gejala nyeri tersebut walaupun tidak memperbaiki kerusakan sendi yang sudah terjadi.
Obat-obatan ini lalu digunakan atau dikonsumsi secara bertahap, mulai dari obat topikal yang dioles seperti krim dengan kandungan methyl salicylate, obat antinyeri yang diminum secara oral, hingga dengan disuntikkan cairan hyaluronic acid untuk mengurangi rasa nyeri. “Bisa sampai dioperasi untuk penggantian lutut,” paparnya.
Cara Pencegahan
Terpisah, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis di RS Brawijaya Saharjo dr. Ibrahim Agung Cara mencegah osteoarthritis paling utama memang menabung tulang sejak usia dini. Dia menjelaskan pembentukan tulang akan maksimal atau terhenti ketika usia 18-20 tahun. Pada fase usia berikutnya, tulang akan terpakai hingga tutup usia.Namun apabila ada risiko osteoporosis, Ibrahim menyarankan ada baiknya wanita pada usia menginjak 45 tahun atau menjelang menopause, segera memeriksa kepadatan tulang, sementara laki-laki pada usia 50 tahun.
Apabila hasilnya kepadatan tulang masih bagus, pemeriksaan bisa diulang setahun sekali. Pasien juga bisa masuk ke dalam program rehabilitasi yang fokus terhadap latihan fisik dan memperbaiki gaya hidup untuk mempertahankan kepadatan tulang.
"Dasarnya lingkup gerak sendi harus full, kekuatan otot harus baik, keseimbangan harus baik, daya tahan jantung dan paru baik, body composition. Kalau ini sudah baik maka seseorang relatif aman," terangnya.
Namun, jika ternyata sudah ada osteopenia (tahapan sebelum memasuki osteoporosis), pemeriksaan dapat diulang 6 bulan kemudian.
Adapun tanda-tanda osteopenia yakni mulai ada kekeroposan tulang walaupun belum parah. Pada masa ini kata Ibrahim perlu ditangani dengan cepat dengan suplementasi yang cukup, latihan fisik, dan memulai gaya hidup sehat.
Baca juga: Nggak Sekadar Membentuk Otot, Ini Manfaat Olahraga Angkat Beban Menurut Ade Rai
"Kalau tidak terlalu berat, terapi yang bisa dilakukan yakni nutrisi, gaya hidup, dan exercise. Kita jangan tunda-tunda, karena tulang terus dipakai. Semua aktivitas pakai tulang. Kita harus pastikan tulang padat untuk menunjang seluruh aktivitas kita," katanya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.