Belajar di Sekolah Kopi, Penjualan Petani Kopi Meningkat Signifikan
19 August 2022 |
17:19 WIB
1
Like
Like
Like
Kopi menjadi komoditas penting di sejumlah wilayah, bahkan memiliki peran yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan perekonomian di wilayah tersebut. Hal ini seiring dengan banyaknya kafe dan kedai kopi yang menawarkan kopi arabika khas Indonesia.
Salah satu wilayah penghasil kopi di Indonesia adalah kawasan Danau Toba. Tak sedikit petani kopi yang merasakan tingginya permintaan komoditas yang mereka produksi, seperti yang dirasakan oleh Reni Marpaung, petani kopi yang tinggal di Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Reni mengakui saat ini tidak mengalami kesulitan untuk menjual kopi-kopi yang dihasilkan dari lahan keluarganya. Karena itu pula, kopi yang ditanamnya perlahan-lahan menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga.
Apalagi, mereka juga bisa memanenan 2 minggu sekali seiring dengan peremajaan tanaman kopi dengan memanfaatkan varietas unggul yakni jenis Komasti. Sebelumnya, para petani tidak bisa berharap banyak ketika mereka menanam varietas lokal, yakni kopi sigarar utang.
Baca juga: Mengenal Kopi Flores Manggarai yang Kaya Rasa
“Kami sekarang sangat terbantu dengan kopi. Dulu kopi hanya sebagai tanaman pelengkap, yang ditanam di sela-sela tanaman lain seperti jagung, cabai, dan sebagainya. Sekarang, kopi justru yang paling menguntungkan dibandingkan dengan tanaman lain, terlebih setelah kami dibina oleh PT Toba Pulp Lestari Tbk,” ujarnya.
Dia menyebutkan, dalam 2 minggu sekali, setidaknya bisa memanen kopi di lahannya seluas sekitar 4.000 meter persegi. Dari panen itu, Reni bisa meraup sekurang-kurangnya Rp 1,5 juta dari penjualan kopi yang telah menjadi green bean.
Para petani lain juga memperoleh hasil yang kurang lebih sama dengan yang diperoleh Reni karena para petani kopi di wilayah tersebut menggunakan varietas kopi Komasti yang berasal dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Jawa Timur.
Adapun varietas kopi yang saat ini mulai banyak ditanam oleh petani kopi di desa ini adalah Komasti. Varietas tersebut saat ini menjadi primadona petani karena bisa berbuah hanya dalam rentang waktu 1,5 tahun sejak penanaman.
Sementara itu, benih lokal baru bisa berbuah paling cepat 2 tahun. Itu pun jika tidak terkena penyakit yang kerap menyerang tanaman kopi, seperti karat daun.
Baca juga: Bukan Cuma Robusta dan Arabika, Ini Jenis Kopi yang Ada di Dunia
Sementara itu petani lainnya, Fitri Barimbing (38), menyebutkan bahwa pendapatan keluarganya saat ini lebih stabil dari hasil penjualan kopi. “Bahkan kalaupun anak ingin sekolah tinggi, kami sudah siap karena kopi yang kami tanam ini bisa diandalkan hasilnya,” ujarnya.
Community Development / Corporate Social Responsibility Officer PT Toba Pulp Lestari Tbk Tasya Sirait mengungkapkan bahwa perusahaan memang memiliki program untuk memberdayakan para petani kopi di kawasan Danau Toba yakni Sekolah Kopi.
Tak hanya mengajarkan cara roasting dan penyajiannya, Sekolah Kopi TPL juga mengajarkan para petani kopi teknik menanam yang baik agar kopi yang ditanam bisa menghasilkan lebih maksimal.
“Sebelum kami memberikan bantuan, kami melakukan survei dulu ke lahan yang digunakan oleh petani, serta melihat berbagai kendala yang dihadapi. Setelah itu, kami memberikan bantuan sekaligus pelatihan dan pendampingannya,” kata Tasya.
Beberapa teknik yang diajarkan oleh TPL ke petani kopi adalah penanaman dan pemeliharaan. Bagaimanapun, agar lebih produktif, tanaman kopi harus dikelola dengan baik.
Hingga saat ini PT TPL membina tak kurang dari 200 petani kopi yang ada di sekitar Danau Toba, seperti halnya di Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba, Kabupaten Humbang Hasundutan, serta Kabupaten Tapanuli Utara.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Salah satu wilayah penghasil kopi di Indonesia adalah kawasan Danau Toba. Tak sedikit petani kopi yang merasakan tingginya permintaan komoditas yang mereka produksi, seperti yang dirasakan oleh Reni Marpaung, petani kopi yang tinggal di Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Reni mengakui saat ini tidak mengalami kesulitan untuk menjual kopi-kopi yang dihasilkan dari lahan keluarganya. Karena itu pula, kopi yang ditanamnya perlahan-lahan menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga.
Apalagi, mereka juga bisa memanenan 2 minggu sekali seiring dengan peremajaan tanaman kopi dengan memanfaatkan varietas unggul yakni jenis Komasti. Sebelumnya, para petani tidak bisa berharap banyak ketika mereka menanam varietas lokal, yakni kopi sigarar utang.
Baca juga: Mengenal Kopi Flores Manggarai yang Kaya Rasa
“Kami sekarang sangat terbantu dengan kopi. Dulu kopi hanya sebagai tanaman pelengkap, yang ditanam di sela-sela tanaman lain seperti jagung, cabai, dan sebagainya. Sekarang, kopi justru yang paling menguntungkan dibandingkan dengan tanaman lain, terlebih setelah kami dibina oleh PT Toba Pulp Lestari Tbk,” ujarnya.
Dia menyebutkan, dalam 2 minggu sekali, setidaknya bisa memanen kopi di lahannya seluas sekitar 4.000 meter persegi. Dari panen itu, Reni bisa meraup sekurang-kurangnya Rp 1,5 juta dari penjualan kopi yang telah menjadi green bean.
Para petani lain juga memperoleh hasil yang kurang lebih sama dengan yang diperoleh Reni karena para petani kopi di wilayah tersebut menggunakan varietas kopi Komasti yang berasal dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Jawa Timur.
Adapun varietas kopi yang saat ini mulai banyak ditanam oleh petani kopi di desa ini adalah Komasti. Varietas tersebut saat ini menjadi primadona petani karena bisa berbuah hanya dalam rentang waktu 1,5 tahun sejak penanaman.
Sementara itu, benih lokal baru bisa berbuah paling cepat 2 tahun. Itu pun jika tidak terkena penyakit yang kerap menyerang tanaman kopi, seperti karat daun.
Baca juga: Bukan Cuma Robusta dan Arabika, Ini Jenis Kopi yang Ada di Dunia
Sementara itu petani lainnya, Fitri Barimbing (38), menyebutkan bahwa pendapatan keluarganya saat ini lebih stabil dari hasil penjualan kopi. “Bahkan kalaupun anak ingin sekolah tinggi, kami sudah siap karena kopi yang kami tanam ini bisa diandalkan hasilnya,” ujarnya.
Community Development / Corporate Social Responsibility Officer PT Toba Pulp Lestari Tbk Tasya Sirait mengungkapkan bahwa perusahaan memang memiliki program untuk memberdayakan para petani kopi di kawasan Danau Toba yakni Sekolah Kopi.
Tak hanya mengajarkan cara roasting dan penyajiannya, Sekolah Kopi TPL juga mengajarkan para petani kopi teknik menanam yang baik agar kopi yang ditanam bisa menghasilkan lebih maksimal.
“Sebelum kami memberikan bantuan, kami melakukan survei dulu ke lahan yang digunakan oleh petani, serta melihat berbagai kendala yang dihadapi. Setelah itu, kami memberikan bantuan sekaligus pelatihan dan pendampingannya,” kata Tasya.
Beberapa teknik yang diajarkan oleh TPL ke petani kopi adalah penanaman dan pemeliharaan. Bagaimanapun, agar lebih produktif, tanaman kopi harus dikelola dengan baik.
Hingga saat ini PT TPL membina tak kurang dari 200 petani kopi yang ada di sekitar Danau Toba, seperti halnya di Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba, Kabupaten Humbang Hasundutan, serta Kabupaten Tapanuli Utara.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.