Ilustrasi foto anak (Sumber gambar - Unsplash - Caleb Woods)

Mewaspadai Gagal Ginjal pada Anak

17 August 2022   |   15:32 WIB

Gagal ginjal seringkali disebut dengan gejala awalnya sulit untuk diketahui. Gagal ginjal adalah kondisi yang berlang-sung seumur hidup dan silent disease karena tidak bisa disembuhkan. Kendati demikian, terhadap beberapa tipe gagal ginjal dapat dilakukan perawatan, terutama jika diketahui lebih awal. Gagal ginjal biasanya banyak menyerang orang dewasa. 

Namun, beberapa kasus menunjukkan kondisi ini juga bisa dialami oleh anak-anak. Berdasarkan laporan dari National Institute of Diebetes and Digestive and Kidney Disease dari US Department of Health and Human Services pada Maret 2014, penyebab gagal ginjal pada anak usia di bawah 4 tahun karena adanya kelainan ginjal dan riwayat keturunan gagal ginjal. Pada usia 5–14 tahun, gagal ginjal disebabkan oleh penyakit keturunan, sindrom nefrotik, dan penyakit sistemik.

Baca juga: Alternatif Pengobatan Batu Ginjal Tanpa Operasi
 

Gejala Gagal Ginjal pada Anak 

Dihimpun dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 13 Agustus 2017, Cahyani Gita Ambarsari, dokter spesialis nefrologi pediatrik, mengatakan beberapa gejala gagal ginjal pada anak antara lain: 
• Tangan dan kaki membengkak, area sekitar mata membengkak. 
• Tidak nafsu makan. 
• Frekuensi buang air kecil yang menurun atau bahkan meningkat. 
• Berubahnya warna urin menjadi kemerahan dalam waktu lama, hal ini mengindikasikan adanya darah, biasanya urin akan berbusa karena adanya protein. 
• Pusing karena tekanan darah yang tinggi. 
• Gejala seperti flu, mual, muntah, lesu, kelelahan. 
• Pertumbuhan cenderung lambat dibandingkan dengan anak seusia lainnya. 
• Kesulitan berkonsentrasi dan prestasi yang buruk di sekolah. 

“Apabila anak mengalami gejala-gejala tersebut, orang tua harus segera membawanya ke dokter spesialis nefrologi anak,” ungkapnya. 
 

Tahap Gagal Ginjal Kronis

Cahyani menjelaskan, gagal ginjal kronis (GGK) adalah penyakit progresif yang terbagi menjadi lima tahap. Tahap pertama adalah yang paling ringan, sedangkan tahap 5 biasa disebut End Stage Renal Disease (ESRD) adalah tahap yang paling akut. 

Pasien ESRD wajib menjalankan cuci darah agar tubuh tetap seimbang. Saat ini dkenal terdapat tiga metode perawatan bagi pasien gagal ginjal yakni hemodialisis (HD), peritoneal dialisis (PD), dan transplantasi ginjal. 

HD dan PD adalah opsi untuk terapi cuci darah selama menunggu waktu untuk dapat melakukan transplantasi ginjal. 
 

Perawatan pada Anak 

Pada anak penderita ESRD, metode cuci darah dengan peritoneal dialisis bisa menjadi pilihan perawatan yang tepat. Cahyani menjelaskan metode PD bekerja dengan membersihkan racun dalam darah dan membuang cairan berlebih menggunakan membran pada tubuh, yaitu peritoneal membran (lapisan pada perut), sebagai penyaring racun. 

Membran peritoneal menyaring racun serta cairan dari darah melalui cairan. Cairan yang mengandung racun akan dikeringkan dari rongga peritoneal setelah beberapa jam dan berganti dengan cairan baru. Berbeda dengan HD yang harus dilakukan sebanyak 2-3 kali seminggu di rumah sakit, PD bisa dilakukan sendiri oleh pasien di rumah. 

Pada umumnya pasien membutuhkan tiga sampai empat kali pergantian di setiap hari dengan waktu selama 30 menit. Pada saat proses penggantian, pasien dapat menjalani aktivitas dengan normal. 

“Metode PD merupakan pilihan banyak pasien ESRD anak-anak di beberapa negara Eropa dan penggunaannya terus menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. PD dapat digunakan untuk pasien anak-anak usia berapapun untuk mendapatkan perawatan dengan baik dalam menunggu tujuan utama perawatan yaitu transplantasi ginjal”, jelasnya.  

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Anak Menjadi Saksi Perundungan, Ini Langkah yang Harus Diambil Orang Tua

BERIKUTNYA

Apa Itu Femilift? Teknik Meremajakan Organ Intim Wanita

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: