Sutradara Fonnyta Amran Membentuk Breaking Barriers Initiative
11 August 2022 |
23:00 WIB
Sutradara seni pertunjukan teater Fonnyta Amran membentuk Breaking Barriers Initiative atau Inisiatif Mendobrak Batas. Inisiatif ini merupakan bentuk kepedulian sang sutradara terhadap perempuan pelaku seni di dalam negeri dan akan mengerjakan 4 workshop dengan 2 master class dan sharing season.
Fonnyta menuturkan inisiatif ini adalah untuk membantu perempuan pelaku seni di Indonesia agar memiliki ruang yang lebih besar dalam berkolaborasi, belajar bersama, dan membangun jaringan untuk berproses berkarya para perempuan pelaku seni dan mempersiapkan
"Saya harap dapat menjadi langkah awal untuk berbagai kerja sama dan kolaborasi yang mendobrak batasan yang dihadapi perempuan dalam berkarya seni teater," katanya.
Dia menilai pada saat ini jumlah perempuan yang menjadi pencipta karya seperti koreografer, penulis naskah, dan sebagainya masih sangat sedikit. Padahal dari segi keahlian dan kemampuan, paparnya, perempuan pencipta karya seni teater di dalam negeri cukup mumpuni.
Inisiatif ini, lanjutnya, akan melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi tujuan memberdayakan perjalanan kreatif para perempuan pelaku seni di dalam negeri dalam berkarya.
Kegiatan-kegiatan itu, paparnya, antara lain melakukan diskusi tentang perkembangan seni teater dengan menghadirkan sejumlah pihak seperti penulis naskah, pelaku seni, dan sebagainya. Tidak hanya itu, lanjutnya, inisiatif ini juga akan melakukan kegiatan workshop atau pelatihan, dan kerja kolaborasi.
Sampai Desember tahun ini, lanjut Fonnyta, Breaking Barriers Initiative akan mengerjakan 4 workshop dengan 2 master class dan sharing season. Dalam kegiatan master class, penulis naskah pertunjukan teater musikal monolog Inggit Garnasih, yakni Ratna Ayu Budhiarti akan berbagi pengalamannya.
Dia menuturkan target perempuan pelaku seni yang akan ikut dalam pelatihan adalah perempuan muda dengan rentang usia 15 - 25 tahun.
Dia juga berharap inisiatif ini dapat melahirkan banyak karya dari perempuan seniman yang merepresentasikan cerita dari sudut pandang wanita dan juga wanita muda. Menurutnya, banyak cerita yang dapat diangkat oleh perempuan pelaku seni teater untuk dijadikan cerita mengingat banyak isu yang berkaitan dengan usia muda dengan rentang 15-25 tahun, seperti perundungan atau bullying.
Cerita seni pertunjukan teater yang memiliki kedekatan dengan para penonton muda, paparnya, dapat membuat para penonton muda mau datang untuk menyaksikan seni pertunjukan teater.
Fonnyta menuturkan bahwa minat atau animo anak muda terhadap seni pertunjukan teater sangat tinggi. Animo itu dapat terlihat saat dirinya bersama dengan kedutaan Amerika Serikat melakukan sebuah kegiatan terkait seni pertunjukan. Saat itu, lanjutnya, banyak anak muda dengan rentang usia 15 - 25 tahun yang datang.
Jadi, lanjutnya, anggapan bahwa minat anak muda menonton seni pertunjukan sedikit adalah keliru. Namun, paparnya, industri seni pertunjukan di dalam negeri harus memiliki pendekatan yang berbeda agar generasi muda tertarik menonton seni pertunjukan teater.
Pendekatan seni pertunjukan, paparnya, jangan pendekatan tradisional agar anak muda tertarik untuk menyaksikan seni pertunjukan teater. Salah satu yang industri dapat lakukan adalah dengan membaw topik yang ringan dan dekat dengan anak muda sehingga generasi muda mau menyaksikan seni pertunjukan teater.
Editor: M R Purboyo
Fonnyta menuturkan inisiatif ini adalah untuk membantu perempuan pelaku seni di Indonesia agar memiliki ruang yang lebih besar dalam berkolaborasi, belajar bersama, dan membangun jaringan untuk berproses berkarya para perempuan pelaku seni dan mempersiapkan
"Saya harap dapat menjadi langkah awal untuk berbagai kerja sama dan kolaborasi yang mendobrak batasan yang dihadapi perempuan dalam berkarya seni teater," katanya.
Dia menilai pada saat ini jumlah perempuan yang menjadi pencipta karya seperti koreografer, penulis naskah, dan sebagainya masih sangat sedikit. Padahal dari segi keahlian dan kemampuan, paparnya, perempuan pencipta karya seni teater di dalam negeri cukup mumpuni.
Inisiatif ini, lanjutnya, akan melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi tujuan memberdayakan perjalanan kreatif para perempuan pelaku seni di dalam negeri dalam berkarya.
Kegiatan-kegiatan itu, paparnya, antara lain melakukan diskusi tentang perkembangan seni teater dengan menghadirkan sejumlah pihak seperti penulis naskah, pelaku seni, dan sebagainya. Tidak hanya itu, lanjutnya, inisiatif ini juga akan melakukan kegiatan workshop atau pelatihan, dan kerja kolaborasi.
Sampai Desember tahun ini, lanjut Fonnyta, Breaking Barriers Initiative akan mengerjakan 4 workshop dengan 2 master class dan sharing season. Dalam kegiatan master class, penulis naskah pertunjukan teater musikal monolog Inggit Garnasih, yakni Ratna Ayu Budhiarti akan berbagi pengalamannya.
Fonnyta Amran/Tangkapan layar Youtube
Dia menuturkan target perempuan pelaku seni yang akan ikut dalam pelatihan adalah perempuan muda dengan rentang usia 15 - 25 tahun.
Dia juga berharap inisiatif ini dapat melahirkan banyak karya dari perempuan seniman yang merepresentasikan cerita dari sudut pandang wanita dan juga wanita muda. Menurutnya, banyak cerita yang dapat diangkat oleh perempuan pelaku seni teater untuk dijadikan cerita mengingat banyak isu yang berkaitan dengan usia muda dengan rentang 15-25 tahun, seperti perundungan atau bullying.
Cerita seni pertunjukan teater yang memiliki kedekatan dengan para penonton muda, paparnya, dapat membuat para penonton muda mau datang untuk menyaksikan seni pertunjukan teater.
Fonnyta menuturkan bahwa minat atau animo anak muda terhadap seni pertunjukan teater sangat tinggi. Animo itu dapat terlihat saat dirinya bersama dengan kedutaan Amerika Serikat melakukan sebuah kegiatan terkait seni pertunjukan. Saat itu, lanjutnya, banyak anak muda dengan rentang usia 15 - 25 tahun yang datang.
Jadi, lanjutnya, anggapan bahwa minat anak muda menonton seni pertunjukan sedikit adalah keliru. Namun, paparnya, industri seni pertunjukan di dalam negeri harus memiliki pendekatan yang berbeda agar generasi muda tertarik menonton seni pertunjukan teater.
Pendekatan seni pertunjukan, paparnya, jangan pendekatan tradisional agar anak muda tertarik untuk menyaksikan seni pertunjukan teater. Salah satu yang industri dapat lakukan adalah dengan membaw topik yang ringan dan dekat dengan anak muda sehingga generasi muda mau menyaksikan seni pertunjukan teater.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.