Sejarah Tarik Tambang, Salah Satu Lomba Wajib 17 Agustusan
07 August 2022 |
20:00 WIB
2
Likes
Like
Likes
Kegiatan 17 Agustusan identik dengan sejumlah permainan dan olahraga tradisional yang dimainkan secara individu maupun tim. Salah satu permainan yang banyak dijadikan perlombaan agustusan adalah tarik tambang. Permainan ini melibatkan dua tim yang saling menarik tali ke arah yang berlawanan dengan tali tambang tebal.
Tarik tambang umumnya melibatkan setidaknya 10 orang hingga belasan atau puluhan orang yang dibagi menjadi dua tim. Dengan mengandalkan kekuatan fisik dan strategi kerja sama antaranggota, kegiatan ini merupakan salah satu lomba yang menguras tenaga hingga fisik. Lantas, bagaimana sejarahnya?
Baca Juga: 6 Ide Lomba Kekinian untuk Memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia
Melansir buku Olahraga dan Permainan Tradisional karangan Ari Wibowo Kurniawan, tarik tambang sendiri sudah ada sejak masa India Kuno. Kisah awalnya melibatkan pertandingan antara Raja Gathkra dari Kerajaan Chandranayan di India Utara yang suka memakan tubuh manusia dan seorang Pandita yang baru selesai bertapa di Himalaya.
Pertandingan ini dipicu oleh sang raja yang hanya memberi rakyatnya makan tambang dan tantangan yang diberikan oleh Pandita untuk menarik tambang. Raja Gathkra menerima tantangan tersebut dan akhirnya kekuatan mulai dikerahkan oleh Pandita yang mengumpulkan rakyat untuk terlibat dalam pertandingan tersebut.
Hari pertandingan tiba dengan Sang Raja yang berdiri sendiri dan Pandita yang berhasil mengumpulkan rakyat yang melawan kekuasaan tirani. Pandita menjelaskan bahwa sistem permainan ini akan selesai jika satu pihak berhasil menarik pihak lain dengan tarik tambang yang tersedia, dengan konsekuensi bahwa kekuasaan Raja Gathkra akan menjadi milik rakyat jika kalah.
Setelah pertandingan, pihak rakyat dan Pandita menang karena kerja sama ditambah dengan bantuan para dewa. Sebagai akibatnya, Raja dan pasukannya yang kalah akhirnya diikat dan diarak keliling kota, lalu dibuang ke laut.
Baca Juga: Simak Histori di Balik Lomba Makan Kerupuk Setiap Agustusan
Tarik tambang bertujuan untuk menunjukkan kerja sama dalam sebuah tim atau regu dengan jumlah anggota yang sama serta meningkatkan kebugaran jasmani, semangat kerja sama, dan menurunkan ketegangan. Bahkan, riset dalam Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi 2016 menunjukkan bahwa tarik tambang bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan otot tungkai.
Permainan ini bisa dilakukan dengan menggunakan tali tambang sepanjang 30-50 meter dengan bagian tengah yang diberikan tanda berupa kain atau cat yang berwarna terang (biasanya merah). Dalam beberapa situasi, para pemain akan memerlukan sarung tangan kain untuk mencegah cedera akibat gesekan tali dengan telapak tangan yang intens.
Untuk arena lapangannya, biasanya tarik tambang dilakukan pada lapangan persegi panjang dengan minimal 20-40 meter dan lebar sekitar delapan meter. Batas wilayahnya ditandai dengan garis kapur atau pembatas seperti tali yang mudah terlihat dengan jelas dengan jarak 2,5 meter dari batas tengah pada tali.
Baca Juga : 14 Hotel Bersejarah di Indonesia untuk Liburan 17 Agustusan
Jumlah pemain untuk tarik tambang bisa dilakukan minimal 20 pemain untuk dua tim, tapi tidak menutup kemungkinan jumlah ini bisa berkembang sampai 60 orang untuk dua tim (satu tim terdiri dari 30 orang). Meski umumnya tidak ada klasifikasi berat atau massa tubuh, kategori ini bisa dibagi ke dalam delapan kelas: Kelas I Putra (50-59 kilogram), Kelas I Putri (30-49 kilogram), Kelas II Putra (60-69 kilogram), Kelas II Putri (50-59 kilogram), Kelas III Putra (70-79 kilogram), Kelas III Putri (60-69 kilogram), Kelas IV Putra (80 kilogram ke atas), dan Kelas IV Putri (70 kilogram ke atas).
Proses permainan akan dilakukan pada lima tahap:
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor : Syaiful Millah
Tarik tambang umumnya melibatkan setidaknya 10 orang hingga belasan atau puluhan orang yang dibagi menjadi dua tim. Dengan mengandalkan kekuatan fisik dan strategi kerja sama antaranggota, kegiatan ini merupakan salah satu lomba yang menguras tenaga hingga fisik. Lantas, bagaimana sejarahnya?
Baca Juga: 6 Ide Lomba Kekinian untuk Memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia
Melansir buku Olahraga dan Permainan Tradisional karangan Ari Wibowo Kurniawan, tarik tambang sendiri sudah ada sejak masa India Kuno. Kisah awalnya melibatkan pertandingan antara Raja Gathkra dari Kerajaan Chandranayan di India Utara yang suka memakan tubuh manusia dan seorang Pandita yang baru selesai bertapa di Himalaya.
Pertandingan ini dipicu oleh sang raja yang hanya memberi rakyatnya makan tambang dan tantangan yang diberikan oleh Pandita untuk menarik tambang. Raja Gathkra menerima tantangan tersebut dan akhirnya kekuatan mulai dikerahkan oleh Pandita yang mengumpulkan rakyat untuk terlibat dalam pertandingan tersebut.
Hari pertandingan tiba dengan Sang Raja yang berdiri sendiri dan Pandita yang berhasil mengumpulkan rakyat yang melawan kekuasaan tirani. Pandita menjelaskan bahwa sistem permainan ini akan selesai jika satu pihak berhasil menarik pihak lain dengan tarik tambang yang tersedia, dengan konsekuensi bahwa kekuasaan Raja Gathkra akan menjadi milik rakyat jika kalah.
Setelah pertandingan, pihak rakyat dan Pandita menang karena kerja sama ditambah dengan bantuan para dewa. Sebagai akibatnya, Raja dan pasukannya yang kalah akhirnya diikat dan diarak keliling kota, lalu dibuang ke laut.
Baca Juga: Simak Histori di Balik Lomba Makan Kerupuk Setiap Agustusan
Aturan permainan
Tarik tambang bertujuan untuk menunjukkan kerja sama dalam sebuah tim atau regu dengan jumlah anggota yang sama serta meningkatkan kebugaran jasmani, semangat kerja sama, dan menurunkan ketegangan. Bahkan, riset dalam Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi 2016 menunjukkan bahwa tarik tambang bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan otot tungkai.
Permainan ini bisa dilakukan dengan menggunakan tali tambang sepanjang 30-50 meter dengan bagian tengah yang diberikan tanda berupa kain atau cat yang berwarna terang (biasanya merah). Dalam beberapa situasi, para pemain akan memerlukan sarung tangan kain untuk mencegah cedera akibat gesekan tali dengan telapak tangan yang intens.
Untuk arena lapangannya, biasanya tarik tambang dilakukan pada lapangan persegi panjang dengan minimal 20-40 meter dan lebar sekitar delapan meter. Batas wilayahnya ditandai dengan garis kapur atau pembatas seperti tali yang mudah terlihat dengan jelas dengan jarak 2,5 meter dari batas tengah pada tali.
Baca Juga : 14 Hotel Bersejarah di Indonesia untuk Liburan 17 Agustusan
Jumlah pemain untuk tarik tambang bisa dilakukan minimal 20 pemain untuk dua tim, tapi tidak menutup kemungkinan jumlah ini bisa berkembang sampai 60 orang untuk dua tim (satu tim terdiri dari 30 orang). Meski umumnya tidak ada klasifikasi berat atau massa tubuh, kategori ini bisa dibagi ke dalam delapan kelas: Kelas I Putra (50-59 kilogram), Kelas I Putri (30-49 kilogram), Kelas II Putra (60-69 kilogram), Kelas II Putri (50-59 kilogram), Kelas III Putra (70-79 kilogram), Kelas III Putri (60-69 kilogram), Kelas IV Putra (80 kilogram ke atas), dan Kelas IV Putri (70 kilogram ke atas).
Proses permainan akan dilakukan pada lima tahap:
- Undian pasangan tim yang akan bertanding
- Pengosongan area lapangan
- Pemanggilan regu yang bertanding
- Persiapan posisi setiap regu dan wasit
- Aba-aba wasit untuk memulai permainan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor : Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.