Simak Histori di Balik Lomba Makan Kerupuk Tiap Agustusan
03 August 2022 |
06:30 WIB
3
Likes
Like
Likes
Sebentar lagi, Indonesia akan merayakan hari jadinya yang ke-77 tahun. Pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI pun biasanya masyarakat akan merayakannya dengan mengadakan perlombaan-perlombaan tradisional, salah satunya lomba makan kerupuk.
Dalam perlombaan tersebut, biasanya beberapa orang akan berlomba untuk menghabiskan kerupuk yang telah digantung berjajar dengan tali. Cara bermainnya, mereka harus bisa memakan kerupuk tanpa menyentuhnya, dengan menyimpan kedua tangan di balik badan. Siapa yang bisa menghabiskan lebih dulu, dialah yang menjadi pemenang.
Meski tampak seperti perlombaan sederhana, lomba makan kerupuk nyatanya memiliki histori tersendiri mengapa kerap hadir dalam setiap perayaan HUT RI. Melansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI, kerupuk merupakan salah satu makanan pelengkap andalan bagi bangsa Indonesia, khususnya pada era 1930 hingga 1940-an.
Baca juga: Simak Tema & Filosofi Logo HUT Kemerdekaan ke-77 RI
Kala itu, krisis ekonomi sedang terjadi di Indonesia dan menyebabkan harga kebutuhan pangan melonjak, sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Akhirnya, kerupuk pun menjadi salah satu panganan alternatif masyarakat kala itu lantaran harganya yang terjangkau.
Pada tahun 1950-an, mulai bermunculan lomba-lomba untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, salah satunya ialah lomba makan kerupuk. Selain itu, ada juga lomba panjat pinang dan tarik tambang yang bertujuan untuk menghibur rakyat setelah masa peperangan berakhir.
Selain untuk menghibur rakyat setelah masa peperangan berakhir, lomba tersebut juga menjadi pengingat bagi masyarakat Indonesia tentang kondisi sulit dan memprihatinkan pada masa perang.
Dahulu, pelaksanaan lomba makan kerupuk hanya dilakukan oleh warga menengah ke bawah, tetapi sekarang tradisi lomba tersebut sudah berkembang dan merambah ke semua golongan masyarakat.
Menurut informasi dari buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia (2016) yang ditulis oleh Sejarawan Kuliner, Fadly Rahman, kerupuk telah ada di Indonesia sejak abad ke-9 atau abad ke-10 masehi.
Kerupuk ada pertama kali di Pulau Jawa dan dibuktikan dengan adanya tulisan pada Prassati Batu Pura. Pada prasasri itu tertulis kerupuk rambak atau kerupuk yang terbuat dari kulit sapi, yang sampai saat ini masih ada dan biasanya menjadi salah satu bahan kuliner krecek.
Pada perkembangannya, kerupuk juga menyebar ke berbagai wilayah pesisir Kalimantan, Sumatera, hingga Semenanjung Melayu. Masyarakat Melayu cenderung menjadikan makanan laut seperti ikan hingga udang diolah menjadi kerupuk.
Hal itu pun tercatat dalam naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi sekitar abad ke-19, yang menyebut keropok (kerupuk). Seiring waktu, kerupuk pun mulai disukai di mancanegara sedari masa kolonialisme Hindia Belanda dan dianggap menjadi pelengkap yang harus ada dalam berbagai kuliner Nusantara yang mereka santap.
Meski awalnya dianggap pelengkap, namun perahan kerupuk mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat bangsa Eropa, sampai-sampai ada ungkapan 'kurang nikmat menyantap makanan Nusantara tanpa kerupuk'.
Editor: Gita Carla
Dalam perlombaan tersebut, biasanya beberapa orang akan berlomba untuk menghabiskan kerupuk yang telah digantung berjajar dengan tali. Cara bermainnya, mereka harus bisa memakan kerupuk tanpa menyentuhnya, dengan menyimpan kedua tangan di balik badan. Siapa yang bisa menghabiskan lebih dulu, dialah yang menjadi pemenang.
Meski tampak seperti perlombaan sederhana, lomba makan kerupuk nyatanya memiliki histori tersendiri mengapa kerap hadir dalam setiap perayaan HUT RI. Melansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI, kerupuk merupakan salah satu makanan pelengkap andalan bagi bangsa Indonesia, khususnya pada era 1930 hingga 1940-an.
Baca juga: Simak Tema & Filosofi Logo HUT Kemerdekaan ke-77 RI
Kala itu, krisis ekonomi sedang terjadi di Indonesia dan menyebabkan harga kebutuhan pangan melonjak, sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Akhirnya, kerupuk pun menjadi salah satu panganan alternatif masyarakat kala itu lantaran harganya yang terjangkau.
Pada tahun 1950-an, mulai bermunculan lomba-lomba untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, salah satunya ialah lomba makan kerupuk. Selain itu, ada juga lomba panjat pinang dan tarik tambang yang bertujuan untuk menghibur rakyat setelah masa peperangan berakhir.
Selain untuk menghibur rakyat setelah masa peperangan berakhir, lomba tersebut juga menjadi pengingat bagi masyarakat Indonesia tentang kondisi sulit dan memprihatinkan pada masa perang.
Dahulu, pelaksanaan lomba makan kerupuk hanya dilakukan oleh warga menengah ke bawah, tetapi sekarang tradisi lomba tersebut sudah berkembang dan merambah ke semua golongan masyarakat.
Baca juga: Simak Asal-Usul Bendera Negara Sang Merah Putih
Sejarah Kerupuk
Menurut informasi dari buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia (2016) yang ditulis oleh Sejarawan Kuliner, Fadly Rahman, kerupuk telah ada di Indonesia sejak abad ke-9 atau abad ke-10 masehi.Kerupuk ada pertama kali di Pulau Jawa dan dibuktikan dengan adanya tulisan pada Prassati Batu Pura. Pada prasasri itu tertulis kerupuk rambak atau kerupuk yang terbuat dari kulit sapi, yang sampai saat ini masih ada dan biasanya menjadi salah satu bahan kuliner krecek.
Pada perkembangannya, kerupuk juga menyebar ke berbagai wilayah pesisir Kalimantan, Sumatera, hingga Semenanjung Melayu. Masyarakat Melayu cenderung menjadikan makanan laut seperti ikan hingga udang diolah menjadi kerupuk.
Hal itu pun tercatat dalam naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi sekitar abad ke-19, yang menyebut keropok (kerupuk). Seiring waktu, kerupuk pun mulai disukai di mancanegara sedari masa kolonialisme Hindia Belanda dan dianggap menjadi pelengkap yang harus ada dalam berbagai kuliner Nusantara yang mereka santap.
Meski awalnya dianggap pelengkap, namun perahan kerupuk mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat bangsa Eropa, sampai-sampai ada ungkapan 'kurang nikmat menyantap makanan Nusantara tanpa kerupuk'.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.