Suasana di kawasan Hutan & Goa Batu Karst Maros ( sumber gambar JIBI)

Yuk Jelajahi Hutan & Goa Batu Karst di Desa Hidden Gem Maros

08 August 2022   |   21:00 WIB

Pilar-pilar bebatuan karst  atau kapur menjulang tinggi bagai ditanam di antara kebun dan sawah yang menguning. Ribuan batu karst beraneka bentuk itu bak diukir sebagai sebuah mahakarya Sang Pencipta. Begitulah pesona hutan batu karst yang unik dan menarik untuk dinikmati.

Hutan batu karst itu ada di Rammang-Rammang, bagian gugusan pegunungan kapur yang  membentang di wilayah Kabupaten  Maros hingga Pangkep, Sulawesi  Selatan. Sejumlah literatur menyebutkan Pegunungan Karst di Maros-Pangkep itu merupakan terluas kedua dunia setelah China.

Bahkan, ada pula yang menyebutnya sebagai yang terluas dan terbesar dunia karena pegunungan karst di China telah  berkurang akibat eksploitasi dan penambangan.

Baca juga: Rekomendasi Desa Wisata di Sumatra Barat yang Wajib Kalian Kunjungi!

Literatur lain menyebutkan Taman Hutan Batu Kapur Rammang- Rammang ini merupakan satu-satunya di Indonesia dan terluas ketiga di dunia, setelah Taman Hutan Batu Tsingy di Madagaskar  dan Taman Hutan Batu Shilin di  China. 

Kawasan hutan batu karst  Rammang-Rammang memang unik  dan eksotik. Bebatuan berwarna  hitam dan kelabu itu tersebar di  areal seluas 43.750 hektare di dua  kabupaten. Tepatnya berada di Desa  Salenrang, Kecamatan Bontoa,  Kabupaten Maros, sekitar 40  kilometer dari Makassar.
 

Desa wisata Rammang-Rammang

Suasana di desa wisata Rammang-Rammang (jibi)


Rammang-Rammang, merupakan  dusun yang menjadi salah satu pintu  masuk untuk menikmati kawasan  hutan batu karst. Tampak gugusan  pilar-pilar batu menjulang di areal  persawahan penduduk sebelum memasuki dusun tersebut.

Kata Rammang-Rammang sendiri  berasal dari kata Rammang yang  dalam bahasa daerah setempat  (Makassar) berarti awan atau kabut. Menurut cerita penduduk setempat, lokasi ini mendapat nama Rammang-Rammang lantaran awan atau kabut yang selalu turun terutama pada pagi hari atau ketika  hujan.

Saat berkunjung pada momen libur Lebaran 2015 yang lalu, tak terlihat tanda-tanda bahwa hutan batu itu merupakan kawasan wisata. Terdapat jalanan berkelok di antara  sawah yang menuntun masuk ke  dermaga kecil di bawah sebuah  jembatan di Rammang-Rammang. 

Dari dermaga kecil itu, kita dapat  menikmati pemandangan hutan  batu di Rammang-Rammang.  Penduduk setempat menyediakan  transportasi berupa perahu mini  berkapasitas lima orang untuk  menelusuri sungai di antara  bebatuan karst di Rammang- Rammang.

Sungai Pute yang dangkal dan  berair cukup jernih itu menjadi rute  satu-satunya menuju sebuah  kampung di tengah bukit kapur  bernama Kampung Berua.  Pengunjung dapat merogoh kocek saat itu sekitar Rp150.000-Rp200.000 per perahu atau biasa disebut katinting untuk menuju Kampung Berua.
 

 Suasana di desa wisata Rammang-Rammang (jibi)

Suasana di desa wisata Rammang-Rammang (jibi)


Pemandangan di kiri dan kanan  sungai ditumbuhi pohon lontar di  sela-sela batu-batu karst yang  menjulang. Kelokan air sungai  dengan kedalaman hingga dua  meter menambah suasana semakin seru, terutama saat oleng. Butuh waktu sekitar 15 menit  menyusuri Sungai Pute menaiki  katinting yang digerakkan oleh mesin berbahan bakar bensin. 

Menjelang tiba di Kampung Berua,  air sungai menembus goa batu karst  yang gelap. Batu-batu karst di goa Sungai Pute  itu berbentuk lubang-lubang yang  tersusun rapi. Unik, karena batu- batu itu berlekuk membentuk  sebuah ruang untuk aliran air yang  dapat dilalui menggunakan  katinting.

Keluar dari goa, katinting langsung berlabuh di dermaga kecil  yang terbuat dari kayu. Dermaga itu  merupakan akses sebuah kampung  di tengah bukit kapur, Kampung  Berua. Kampung berpenduduk sekitar 15  kepala keluarga itu istimewa. 

Kampung ini ibarat sebuah  mangkuk dengan dasar berupa  persawahan dan kolam ikan  sekaligus rumah-rumah panggung milik penduduk khas Suku Bugis- Makassar. Rumah panggung bercat warna- warni sungguh kontras dengan  hijaunya persawahan di sekitarnya. 

Ternak sapi milik penduduk yang  digembalakan anak-anak Kampung  Berua menambah susana  pemandangan pedesaan yang asri. Semilir angin yang masuk melalui  sela-sela bukit batu dengan suasana  sunyi melengkapi damainya  kampung.

Sejumlah pengunjung  tampak ikut beraktivitas dengan  penduduk, sekedar membuka bekal  makan siang di tepi sawah, maupun  minum kopi khas Sulawesi Selatan  di kedai yang dibuka oleh warga  setempat.
 

 Suasana di desa wisata Rammang-Rammang (jibi)

Suasana di desa wisata Rammang-Rammang (jibi)

Di Kampung Berua, juga terdapat  goa batu karst dan sumber air yang  keluar dari bebatuan. Wisatawan  dapat menikmati segarnya air dari  sumber air yang disebut ‘berlian’  tanpa perlu ragu. Tidak hanya Kampung Berua,  sejumlah objek wisata alam yang  bisa ditemukan di Rammang- Rammang yakni Telaga Bidadari,  Goa Bulu Barakka, Goa Telapak  Tangan, Goa Pasaung, dan tentu saja  hutan batu.

Seusai berkeliling di Kampung  Berua, Telaga Bidadari dapat  menjadi pilihan berikutnya yang  harus dikunjungi. Telaga ini biasa  juga disebut dengan istilah Taman  Bidadari. Tak banyak yang mengetahui  keberadaan Telaga Bidadari ini.  Telaga ini berada tepat di tengah- tengah bukit kapur, yang  mempunyai lubang besar tepat di  tengahnya dan menjadi tempat  berkumpulnya air sehingga  membentuk sebuah telaga. 

Air dari telaga ini berasal dari  celah bebatuan kapur, dan hanya  bisa dicapai dengan berjalan kaki  dengan melewati jalan setapak berupa pecahan-pecahan batu kapur di sepanjang jalan. Objek wisata ini cukup berbahaya  dan menantang karena pengunjung  harus mendaki bukit kapur dan melewati cukup banyak jalan  setapak yang berada di tepi jurang.  Air yang jernih dan segar menjadikan telaga ini sebagai salah  satu sumber mata air tawar bagi  penduduk setempat.

Baca juga: Intip 5 Desa Wisata yang Pas Buat Healing

Menurut cerita masyarakat  setempat, tempat ini adalah tempat  mandi para bidadari sehingga telaga  ini pun disebut sebagai Telaga atau  Taman Bidadari. Uniknya, air pada  telaga ini akan surut pada musim  hujan, dan air akan tinggi pada  musim kering. 

Untuk menuju Rammang- Rammang dari Kota Makassar, dapat  menggunakan alat transportasi  kendaraan roda dua atau roda  empat. Pengunjung dapat menyusuri  jalan poros Maros-Pangkep,  kemudian berhenti di belokan jalan  masuk menuju pabrik Semen  Bosowa. 

Dari sana, Dusun Rammang- Rammang hanya berjarak beberapa ratus meter. Kalian cukup menggunakan jasa sewa perahu yang ditawarkan masyarakat sekitar, dan pun dapat menikmati keindahan desa hidden gem tersebut. (artikel diambil dari Bisnis Weekend edisi 9 Agustus 2015.)

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Siasati Ruang Sempit dengan Sofa Multifungsi

BERIKUTNYA

Seni dan Gaya dalam Fotografi Fesyen dari Negeri Matador

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: