Penyakit jantung koroner dan stroke penyebab kematian utama di dunia. (Sumber gambar ilustrasi : pexels/ Karolina Grabowska)

Morbiditas Tinggi, Perki Hadapi Sejumlah Tantangan Tanggulangi Penyakit Kardiovaskular

04 August 2022   |   17:22 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) menuturkan sejumlah tantangan masih dihadapi terkait dengan penyakit kardiovaskular.  Penyakit kardiovaskular merupakan serangkaian gangguan yang menyerang jantung dan pembuluh darah, antara lain jantung koroner, hipertensi, dan  deep vein thrombosis.

Ketua Umum PERKI Radityo Prakoso mengatakan bahwa tantangan pertama yang dihadapi oleh organisasi terkait dengan penyakit kardiovaskular adalah masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas dari penyakit kardiovaskular. 

“Hal ini juga diperparah dengan munculnya emerging disease," katanya.

Dia menjelaskan bahwa data terbaru dari WHO menunjukkan penyakit jantung koroner dan stroke masih menduduki peringkat pertama dan kedua penyebab kematian utama di dunia dengan jumlah kematian global 18,6 juta orang setiap tahunnya. 

Angka ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 20,5 juta pada  2020 dan 24,2 juta pada 2030 seiring dengan peningkatan kualitas hidup. Di Indonesia, paparnya, penyakit jantung dan stroke juga menduduki peringkat pertama dan kedua penyebab kematian paling tinggi dengan membebani BPJS hingga Rp10 triliun.

Angka morbiditas dan mortalitas dari penyakit kardiovaskular, lanjut Radityo, membuat Perki akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam mengawal transformasi kesehatan di bidang layanan rujukan untuk cita-cita besar. "Yaitu untuk mewujudkan seluruh provinsi mampu pasang ring jantung dan bedah jantung terbuka," katanya. 

Menurut Radityo, tantangan kedua, adalah pesatnya perkembangan teknologi, transportasi, serta komunikasi pada era globalisasi ini serta perdagangan bebas menciptakan masalah baru, yakni peluang masuknya tenaga spesialis jantung dan pembuluh darah asing ke Indonesia.

Dia menuturkan bahwa jumlah pusat pendidikan dan pelatihan spesialis jantung dan pembuluh darah yang masih belum memadai di Indonesia turut memperbesar risiko bertambahnya tenaga asing yang akan masuk ke Indonesia. 

Perki, lanjutnya, akan bersinergi dengan Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan transformasi kesehatan di bidang Sumber Daya Manusia untuk mengakselerasi penambahan jumlah dokter umum, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, serta pendidikan berkelanjutan dan pelatihan-pelatihan di bidang kardiovaskular. 

"Selain penambahan SDM secara kuantitas dan kualitas, akan didorong pula pemerataan spesialis jantung dan pembuluh darah di seluruh penjuru Tanah Air," katanya. 

Dia menuturkan tantangan lainnya adalah regulasi yang ada masih belum memfasilitasi pemenuhan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk pelayanan kardiovaskular serta peran Perki sebagai advokator dan kolaborator yang sejauh ini masih terbatas. 

Perki, kata Radityo, akan melakukan kolaborasi dengan Kemenkes dalam transformasi kesehatan di bidang pembiayaan kesehatan untuk mewujudkan pembiayaan yang transparan dan berkeadilan. 

Sementara itu, terkait permasalahan advokator dan kolaborator yang masih terbatas, lanjutnya, Perki akan berkontribusi pada transformasi kesehatan layanan primer untuk meningkatkan usaha promotif, preventif, dan pemerataan layanan kesehatan khususnya di bidang kardiovaskular.

Tantangan terakhir yang perlu dihadapi, lanjutnya, adalah Perki belum memiliki registri nasional penyakit kardiovaskular. 

Permasalahan belum tersedianya registri nasional ini, paparnya, dapat diselesaikan melalui transformasi kesehatan di bidang teknologi yang dicanangkan oleh Kemenkes. "Perki akan turut mendorong terbentuknya registri nasional di Indonesia," kata Radiyo.


Editor: Indyah Sutriningrum
 

SEBELUMNYA

Serba Ungu, Intip Produk Kolaborasi antara BT21 dengan Chatime yang Rilis Hari Ini

BERIKUTNYA

Inilah 5 Film Terlaris Dunia Sepanjang 2022

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: