Ilustrasi sapi (Sumber gambar - Unsplash - Angelina Litvin)

Mengonsumsi Susu Sapi Bikin Gemuk? Simak Fakta-faktanya

02 August 2022   |   16:21 WIB

Susu sapi, dikenal sebagai minuman yang  kaya akan kalsium untuk membantu pertumbuhan dan kepadatan tulang. Lebih dari itu, ada sederetan manfaat baik lainnya untuk kesehatan. Selain kalsium susu juga mengandung komposisi asam lemak yang unik dan kompleks jika dibandingkan dengan bahan pangan lainnya.

Komposisi asam lemak itulah yang dinilai penting dalam membantu menyehatkan tubuh, termasuk untuk mencegah tubuh dari risiko terpapar penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes.

Baca juga: Jaga Daya Tahan Tubuh, Simak Resep Olahan Susu Sapi Segar yang Lezat
 

Susu tidak tergantikan

Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi Mei 2018, Ahli Gizi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Marudut mengatakan, komposisi asam lemak yang unik dan kompleks tersebut dapat memjadi alasan  bahwa susu tidak dapat digantikan oleh bahan pangan lainnya. 

“Makanan mungkin sama-sama mengandung protein, namun dia terikat dalam matrix pangan sehingga perlu dipecah terlebih dahulu,” katanya. 
 

Kandungan susu

Sebagai  informasi, protein yang terkandung dalam susu antara lain kasein, whey, dann lainnya. Jumlah yang terbanyak adalah kasein dengan jumlah mencapai 80 persen. Kasein baik untuk pertumbuhan tulang. Sedangkan whey dan protein lainnya memiliki manfaat untuk kekhususan tertentu. Susu juga mengandung asam lemak yang unik dan kompleks. 

Susu memiliki komposisi asam lemak yang unik dan kompleks lantaran tersusun atas lebih dari 50 jenis asam lemak, selain itu juga memiliki kandungan karbon ganjil yakni asam pentadecanoat dan asam heptacecanoat atau asam lemak trans pada pangan olahan lainnya, yang dihasilkan lewat proses hidrogenasi atau penambahan atom hidorgen.
 

Manfaat susu bagi kesehatan

Keunikan dan kekomplekan asam lemak tersebut akan memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Segelas susu rata-rata mengandung 3-4 persen lemak susu dan dari jumlah lemak tersebut terdiri 90 persen lemak jenuh, 3,7 asam lemak trans, dan 5,3 asam lemak jenuh. 

“Meskipun susu mengandung asam lemak trans, tapi karena susu yang dikonsumsi melalui proses biohidrogenasi, jadi malah bermanfaat bagi tubuh.Tidak banyak terdapat penjelasan tentang hal tersebut, ini yang harus juga dipahami,” katanya.

Berdasarkan penelitian pada orang dewasa multi etnik kohort di Amerika Serikat ditemukan hasil bahwa semakin tinggi sirkulasi asam trans palmitoleat merupakan biomarker risiko diabetes yang lebih rendah.  Konsentrasi asam lemak trans palmitoleat  berhubungan dengan penurunan trigliserida sebesar 19 persen, menurunkan insulin puasa hingga 9,1  persen, menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 2,4 mm Hg, dan menurunkan resiko diabetes.
 

Susu bikin gemuk?

Hasil penelitian itu konsisten dengan metaanalisis dan sistematik review yang telah dipublikasikan pada 2015, bahwa asam lemak trans khususnya asam trans palmitoleat dapat menurunkan risiko terkena diabetes melitus. Bahkan selain untuk mencegah tubuh terkena penyakit-penyakit tidak menular, asupan susu yang tepat dapat menolong untuk menstabilkan berat badan.

“Jadi mengonsumsi tidak bikin gemuk, orang minum susu bisa gemuk itu dari mana. Itu jelasa saya bantah,” tambahnya.

Selain itu, Marudut mengatakan peran susu dapat membantu percepatan perbaikan gizi serta investasi kesehatan di Indonesia. Susu merupakan salah satu sumber zat gizi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, serta sebagai upaya peningkatan kualitas gizi.

Dia mengatakan kandungan protein, kalsium, fosfor dan vitamin D yang terdapat pada susu sangat bermanfaat, khususnya di masa pertumbuhan. Marudut mengungkapkan, berbagai penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara konsumsi susu rutin sesuai takaran dengan kepadatan tulang.

Baca juga: 7 Mitos & Fakta Menarik Seputar Produk Susu

“Bahkan pediatri atau lansia tetap mendapatkan manfaat susu meskipun secara fisiologis degenarisi absorbsi zat gizi berbeda, balita bisa mengabsorbsi kalsium sebesar 60 persen, sedangkan lansia 10 persen,” jelasnya.

Editor: Dika Irawan
 

SEBELUMNYA

Gamers Merapat, Steam Hingga DOTA Sudah Bisa Diakses Lagi

BERIKUTNYA

Ada Kasus Kematian Pertama MonkeyPox di Asia, Bagaimana Kesiapan Indonesia?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: