5 Desainer Berkreasi dengan Wastra Etnik Nusantara
01 August 2022 |
18:55 WIB
Fashion First menghadirkan koleksi busana yang mengombinasikan sisi etnik dan modern bertajuk The Legacy, yang merupakan buah karya gabungan lima desainer. Adapun, kelima desainer yang terlibat memamerkan karyanya yaitu Amelia Kartikasari, Anthony Tandiyono, Aulia Rusdy, Krishandi Hartanto, dan Luthfia Tjakraamidjaja.
Koleksi busana perempuan siap pakai tersebut menggunakan kain batik tenun Nusantara, yang pada saat itu sekaligus dipersembahkan untuk memeriahkan HUT ke-70 Kemerdekaan Indonesia pada 2015.
Project Director Fashion First Deli Makmur mengatakan tema tersebut berangkat dari penerusan tongkat estafet anggota baru di Fashion First.
Baca juga: Unik, Desainer Prettycia Haqni Tampilkan Koleksi Bertema Zodiak
“The Legacy juga merujuk pada peninggalan sejarah bangsa dalam bentuk kain tradisional Indonesia yang dikemas modern dan stylish. Ini sekaligus mejawab tantangan pasar yang menginginkan fesyen modern dari kain lokal,” kata Deli, dikutip dari Bisnis Weekend edisi 10 Agustus 2015.
Koleksi busana yang dipamerkan dalam peragaan busana yang bertempat di Skye Jakarta, tampil modern dengan kombinasi motif berbeda. Seperti salah satu busana yang menampilkan midi dress batik bermotif bunga dengan dasar putih.
Busana ini dipadukan dengan luaran bermotif Batik Parang. Motif Parang yang biasanya tampil dengan warna tanah seperti cokelat, kini hadir dengan paduan warna kuning pucat, dusty pink, dan hijau alpukat.
Desainer Krishandi Hartanto, menghadirkan koleksi busana dengan memadukan kain batik tradisional Cirebon yang dibuat menjadi pakaian berpotongan modern dan tailored dengan volume yang dramatis.
Koleksinya menggunakan warna pastel yang lembut dipadukan secara kontras dengan warna hitam serta beragam applique mewah seperti beads atau manik-manik, rhinestones, lempengan metal, dan lainnya.
Selanjutnya, desainer Amelia Kartikasari memamerkan koleksi yang terinspirasi dari spirit romantisme lukisan beraliran Mooi Indie. Lukisan tersebut menggambarkan tentang kekaguman bangsa barat akan keindahan negeri timur.
Keseluruhan koleksi yang dipamerkan tersebut menggunakan bahan katun batik tulis yang langsung diambil dari Kota Cirebon dan Solo. Pada koleksi kali ini, Amelia berupaya memadupadankan motif tradisional seperti bambu dengan motif yang modern seperti parang.
“Intinya aku mau sampaikan tentang keindahan Indonesia, juga menekankan warna batik yang selama ini dianggap harus konvensional padahal bisa lebih bebas” kata desainer lulusan Esmod Jakarta 2001.
Baca juga: Desainer Phillip Iswardono Tampilkan Koleksi Busana Lurik
Motif klasik Jawa seperti parang dan lace cantik digunakan dengan sentuhan modern melalui warna-warna yang lebih cerah. Palet warna yang digunakannya kali ini adalah warna hitam, putih, cokelat yang diselingi dengan warna cerah seperti pink, hijau dan kuning.
Amelia banyak mengaplikasikan pada bawahan celana, long sleeve, skirt dan aneka jaket. Selanjutnya, ada koleksi dari desainer
Anthony Tandiyono yang memadukan pengaruh budaya era peranakan dan barat pada 1960-an, dengan siluet yang feminin dan anggun tetapi dengan warna dan potongan yang berani agar pemakainya tetap dapat bebas bergerak dan beraktivitas.
“Jadi tema ini ceritain era glora 1960 yang terbagi menjadi dua pandangan antara internasional global dan peranakan. Pada waktu yang sama itu ada konsep kehidupan yang berbeda antara kebebasan dan kedisiplinan,” kata desainer lulus dari Royal Melbourne Institute of Technology itu.
Keseluruhan koleksinya menggunakan batik tulis lasem yang diolah menggunakan zero waste approach, sehingga menghasilkan pola dan bentuk yang menawan. Keseluruhan 11 koleksi batik pertamanya ini menggunakan batik tulis dengan material katun.
Dengan batik tulis ini Anthony tertantang untuk membuat model yang menarik dengan kain yang minimalis. Koleksi ini juga menekankan pada busana sehari-hari yang bisa dipakai nyaman kemana saja.
Selanjutnya, koleksi dari desainer Luthfia Tjakraamidjaja yang memadukan batik bewarna-warni dengan potongan nyaman dan bisa dipakai kapan saja. Kali ini, Almaina by Luthfia menggunakan batik tasik bewarna senada agar tetap terlihat simpel minimalis namun tetap mempertahankan sentuhan tradisional.
Koleksinya menampilkan potongan atasan asimetris yang dipadukan dengan bawahan kain dengan tujuan untuk memperkenalkan gaya etnik Indonesia di kalangan anak muda.
Luthfia mengaku semua koleksinya memang dibuat loose, sehingga banyak yang beranggapan seperti kaftan. Konsep ini dipilih untuk kenyamanan yang memakainya.
Baca juga: Desainer Didiet Maulana Berikan Pelatihan pada Komunitas Tenun Sikka
Terakhir, ada desainer aksesoris Aulia Rusdi yang memadukan kecantikan dan kekayaan beragam tenun dari Indonesia dengan sentuhan kekinian yang sangat fashionable.
Koleksi yang diciptakan khusus untuk Fashion First kali ini menggunakan kain songket Minangkabau dengan corak dan motif tradisional dalam palet warna merah, peach, dan ungu.
Editor: Fajar Sidik
Koleksi busana perempuan siap pakai tersebut menggunakan kain batik tenun Nusantara, yang pada saat itu sekaligus dipersembahkan untuk memeriahkan HUT ke-70 Kemerdekaan Indonesia pada 2015.
Project Director Fashion First Deli Makmur mengatakan tema tersebut berangkat dari penerusan tongkat estafet anggota baru di Fashion First.
Baca juga: Unik, Desainer Prettycia Haqni Tampilkan Koleksi Bertema Zodiak
“The Legacy juga merujuk pada peninggalan sejarah bangsa dalam bentuk kain tradisional Indonesia yang dikemas modern dan stylish. Ini sekaligus mejawab tantangan pasar yang menginginkan fesyen modern dari kain lokal,” kata Deli, dikutip dari Bisnis Weekend edisi 10 Agustus 2015.
Koleksi busana yang dipamerkan dalam peragaan busana yang bertempat di Skye Jakarta, tampil modern dengan kombinasi motif berbeda. Seperti salah satu busana yang menampilkan midi dress batik bermotif bunga dengan dasar putih.
Busana ini dipadukan dengan luaran bermotif Batik Parang. Motif Parang yang biasanya tampil dengan warna tanah seperti cokelat, kini hadir dengan paduan warna kuning pucat, dusty pink, dan hijau alpukat.
Desainer Krishandi Hartanto, menghadirkan koleksi busana dengan memadukan kain batik tradisional Cirebon yang dibuat menjadi pakaian berpotongan modern dan tailored dengan volume yang dramatis.
Koleksinya menggunakan warna pastel yang lembut dipadukan secara kontras dengan warna hitam serta beragam applique mewah seperti beads atau manik-manik, rhinestones, lempengan metal, dan lainnya.
Selanjutnya, desainer Amelia Kartikasari memamerkan koleksi yang terinspirasi dari spirit romantisme lukisan beraliran Mooi Indie. Lukisan tersebut menggambarkan tentang kekaguman bangsa barat akan keindahan negeri timur.
Keseluruhan koleksi yang dipamerkan tersebut menggunakan bahan katun batik tulis yang langsung diambil dari Kota Cirebon dan Solo. Pada koleksi kali ini, Amelia berupaya memadupadankan motif tradisional seperti bambu dengan motif yang modern seperti parang.
“Intinya aku mau sampaikan tentang keindahan Indonesia, juga menekankan warna batik yang selama ini dianggap harus konvensional padahal bisa lebih bebas” kata desainer lulusan Esmod Jakarta 2001.
Baca juga: Desainer Phillip Iswardono Tampilkan Koleksi Busana Lurik
Motif klasik Jawa seperti parang dan lace cantik digunakan dengan sentuhan modern melalui warna-warna yang lebih cerah. Palet warna yang digunakannya kali ini adalah warna hitam, putih, cokelat yang diselingi dengan warna cerah seperti pink, hijau dan kuning.
Amelia banyak mengaplikasikan pada bawahan celana, long sleeve, skirt dan aneka jaket. Selanjutnya, ada koleksi dari desainer
Anthony Tandiyono yang memadukan pengaruh budaya era peranakan dan barat pada 1960-an, dengan siluet yang feminin dan anggun tetapi dengan warna dan potongan yang berani agar pemakainya tetap dapat bebas bergerak dan beraktivitas.
“Jadi tema ini ceritain era glora 1960 yang terbagi menjadi dua pandangan antara internasional global dan peranakan. Pada waktu yang sama itu ada konsep kehidupan yang berbeda antara kebebasan dan kedisiplinan,” kata desainer lulus dari Royal Melbourne Institute of Technology itu.
Keseluruhan koleksinya menggunakan batik tulis lasem yang diolah menggunakan zero waste approach, sehingga menghasilkan pola dan bentuk yang menawan. Keseluruhan 11 koleksi batik pertamanya ini menggunakan batik tulis dengan material katun.
Dengan batik tulis ini Anthony tertantang untuk membuat model yang menarik dengan kain yang minimalis. Koleksi ini juga menekankan pada busana sehari-hari yang bisa dipakai nyaman kemana saja.
Selanjutnya, koleksi dari desainer Luthfia Tjakraamidjaja yang memadukan batik bewarna-warni dengan potongan nyaman dan bisa dipakai kapan saja. Kali ini, Almaina by Luthfia menggunakan batik tasik bewarna senada agar tetap terlihat simpel minimalis namun tetap mempertahankan sentuhan tradisional.
Koleksinya menampilkan potongan atasan asimetris yang dipadukan dengan bawahan kain dengan tujuan untuk memperkenalkan gaya etnik Indonesia di kalangan anak muda.
Luthfia mengaku semua koleksinya memang dibuat loose, sehingga banyak yang beranggapan seperti kaftan. Konsep ini dipilih untuk kenyamanan yang memakainya.
Baca juga: Desainer Didiet Maulana Berikan Pelatihan pada Komunitas Tenun Sikka
Terakhir, ada desainer aksesoris Aulia Rusdi yang memadukan kecantikan dan kekayaan beragam tenun dari Indonesia dengan sentuhan kekinian yang sangat fashionable.
Koleksi yang diciptakan khusus untuk Fashion First kali ini menggunakan kain songket Minangkabau dengan corak dan motif tradisional dalam palet warna merah, peach, dan ungu.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.