Waspadai, Ini Tipe-tipe Hepatitis
28 July 2022 |
18:59 WIB
Dunia memperingati tanggal 28 Juli sebagai Hari Hepatitis Dunia (World Hepatitis Day). Penyakit ini sudah menjadi masalah kesehatan global. Setiap 30 menit, satu orang pasien meninggal karena penyakit hepatitis. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati, secara umum disebabkan oleh infeksi virus.
Ada lima jenis hepatitis, yaitu tipe A, B, C, D, dan E. Kelima tipe ini menjadi perhatian utama karena beban penyakit dan kematian, serta berpotensi menjadi wabah hingga epidemik. Hepatitis dapat menularkan ke orang lain, terutama pada orang atau komunitas yang tidak pendapat pelayanan kesehatan yang baik. Namun, penyakit ini dapat dicegah antara lain dengan vaksinasi dan perilaku hidup sehat.
Dikutip dari www.worldhepatitisday.org, berikut tipe-tipe hepatitis.
Penyakit ini sangat terkait dengan makanan atau air yang tidak kotor, sanitasi yang tidak memadai, tidak menjaga higienitas, dan seks oral-anal. Tidak seperti B dan C, hepatitis A tidak menyebabkan penyakit liver kronis, tapi bisa menyebabkan gagal hati akut yang seringkali fatal.
Gejala hepatitis A dari ringan hingga berat, mulai dari demam, lelah, nafsu makan berkurang, diare, mual, perut tidak nyaman, urin gelap dan kulit dan mata menguning. Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami gejala itu. Tidak ada perawatan khusus untuk hepatitas A. Pemulihan gejala infeksi bisa agak lama dan perlu beberapa hari atau bulan.
Sanitasi yang baik, makanan yang aman, imunisasi, merupakan cara efektif untuk melawan hepatitis A. Penyebaran hepatitis A dapat dikurangi dengan penggunaan air bersih dan pembuangan sampah yang baik.
Vaksinasi dapat melindungi hepatitis B secara efektif sebanyak 98 persen-100 persen. Hepatitis B umumnya menular dari ibu ke anak saat melahirkan, atau transmisi horisontal (eksposur dari darah yang terinfeksi).
Hepatitis B juga bisa menyebar melalui jarum suntik, tato, tindik telinga, dan infeksi darah dan cairan badan seperti saliva. Penularan juga terjadi dari penggunaan kembali jarum dan injeksi atau objek tajam yang sudah terkontaminasi di di fasilitas kesehatan, atau komunitas yang banyak mengunakan injeksi obat-obatan, serta perilaku seksual yang tidak sehat.
Baca juga: Keracunan Makanan Tingkatkan Risiko Hepatitis A & Demam Tifoid
Banyak yang tidak mengalami gejala saat baru terifeksi. Namun, sebagian mengalami gejala seperti sakit akut beberapa minggu dengan gejala kulit kuning dan mata kuning (jaundice), urin gelap, kelelahan, mual, muntah dan sakit perut. WHO merekomendasikan semua bayi menerima vaksin sesegera mungkin setelah lahir, dalam jangka waktu 24 jam, diikuti 2-3 dosis dalam 4 minggu. Vaksin itu dapat melidungi selama 20 tahun, bahkan bisa seumur hidup.
Hepatitis C juga bisa menularkan dari ibu ke bayinya, atau aktivitas seksual yang mengakibatkan eksposur darah. Namun demikian, hepatitis C tidak menyebar melalui ASI, makanan, kontak biasa seperti berpelukan, berciuman, atau makan minum dalam wadah yang sama dengan orang yang terinfeksi.
Tidak ada vaksin efektif untuk melawan hepatitis C, sehingga untuk menjaga agar tidak terinfeksi tergantung dari upaya mengurangi eksposur virus di layanan kesehatan dan populasi dengan risiko tinggi.
Pencegahan hepatitis C dapat dilakukan melalui pengunaan injeksi yang aman di fasilitas kesehatan, penanganan sampah yang aman, mengetes darah untuk HBV dan HCV (termasuk HIV dan sipilis), melatih petugas kesehatan, dan menjaga tidak terjadi keluar darah saat berhubungan seks.
Transmisi HDV seperti halnya HBV, melalui luka kulit seperti injeksi, tato, tindik, atau kontak darah atau produk darah yang sudah terinfeksi. Penularan antara ibu dan bayi mungkin tetapi jarang terjadi. Vaksinasi hepatitis B dapat mencegah infeksi bersama HBV dan HDV.
Pengidap HBV memiliki risiko terkena HDV. Orang yang tidak imun terhadap HBV berisiko terkena HBV, yang berpotensi terkena HDV. Risiko infeksi bersama bisa terjadi akibat injeksi obat-obatan, dan orang dengan HCV atau infeksi HIV. Selain itu risiko juga mucul pada penerima hemodialisa, seks sesama jenis, atau pekerja seks komersial.
Gejala hepatitis E antara lain, pada fase awal demam sedang, nafsu makan berkurang, mual, muntah dalam beberapa hari; perut nyeri, bersin, ruam kulit; jaundice, urin gelap dan pucat; dan liver agak membesar.
Pencegahan merupakan pendekatan yang efektif untuk menghindari infeksi hepatitis E. Transmisi HEV di tingkat komunitas dapat dikurangi dengan menjaga standar pasokan air dan sanitasi yang baik. Sedangkan pada tingkat individu dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan menghindari konsumsi air dan es yang diragukan kemurniannya.
Editor: M R Purboyo
Ada lima jenis hepatitis, yaitu tipe A, B, C, D, dan E. Kelima tipe ini menjadi perhatian utama karena beban penyakit dan kematian, serta berpotensi menjadi wabah hingga epidemik. Hepatitis dapat menularkan ke orang lain, terutama pada orang atau komunitas yang tidak pendapat pelayanan kesehatan yang baik. Namun, penyakit ini dapat dicegah antara lain dengan vaksinasi dan perilaku hidup sehat.
Dikutip dari www.worldhepatitisday.org, berikut tipe-tipe hepatitis.
Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (hepatitis A virus/HAV). Virus ini utamanya menyebar saat orang yang belum terinfeksi dan belum divaksinasi, menelan makanan atau sampah yang terkontaminasi feses dari orang yang terinfeksi.Penyakit ini sangat terkait dengan makanan atau air yang tidak kotor, sanitasi yang tidak memadai, tidak menjaga higienitas, dan seks oral-anal. Tidak seperti B dan C, hepatitis A tidak menyebabkan penyakit liver kronis, tapi bisa menyebabkan gagal hati akut yang seringkali fatal.
Gejala hepatitis A dari ringan hingga berat, mulai dari demam, lelah, nafsu makan berkurang, diare, mual, perut tidak nyaman, urin gelap dan kulit dan mata menguning. Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami gejala itu. Tidak ada perawatan khusus untuk hepatitas A. Pemulihan gejala infeksi bisa agak lama dan perlu beberapa hari atau bulan.
Sanitasi yang baik, makanan yang aman, imunisasi, merupakan cara efektif untuk melawan hepatitis A. Penyebaran hepatitis A dapat dikurangi dengan penggunaan air bersih dan pembuangan sampah yang baik.
Ilustrasi Hepatitis B/Istimewa
Hepatitis B
Hepatitis B berpotensi menyerang hati seumur hidup penderita, yang disebabkan virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B sudah menjadi masalah kesehatan dunia. Hepatitis B dapat menyebabkan infeksi kronis dan menjadikan penderitanya terkena sirosis hati dan kanker hati.Vaksinasi dapat melindungi hepatitis B secara efektif sebanyak 98 persen-100 persen. Hepatitis B umumnya menular dari ibu ke anak saat melahirkan, atau transmisi horisontal (eksposur dari darah yang terinfeksi).
Hepatitis B juga bisa menyebar melalui jarum suntik, tato, tindik telinga, dan infeksi darah dan cairan badan seperti saliva. Penularan juga terjadi dari penggunaan kembali jarum dan injeksi atau objek tajam yang sudah terkontaminasi di di fasilitas kesehatan, atau komunitas yang banyak mengunakan injeksi obat-obatan, serta perilaku seksual yang tidak sehat.
Baca juga: Keracunan Makanan Tingkatkan Risiko Hepatitis A & Demam Tifoid
Banyak yang tidak mengalami gejala saat baru terifeksi. Namun, sebagian mengalami gejala seperti sakit akut beberapa minggu dengan gejala kulit kuning dan mata kuning (jaundice), urin gelap, kelelahan, mual, muntah dan sakit perut. WHO merekomendasikan semua bayi menerima vaksin sesegera mungkin setelah lahir, dalam jangka waktu 24 jam, diikuti 2-3 dosis dalam 4 minggu. Vaksin itu dapat melidungi selama 20 tahun, bahkan bisa seumur hidup.
Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus HCV yang bisa menyebabkan infeksi kronis dan akut. Hepatitis C menular melalui darah, secara umum terjadi karena penggunaan ulang peralatan medis yang tidak tersterisasi dengan baik, khususnya injeksi dan jarum; transfusi darah dan produk darah yang tidak tersaring dengan baik; dan injeksi obat-obatan yang menggunakan peralatan injeksi bersama.Hepatitis C juga bisa menularkan dari ibu ke bayinya, atau aktivitas seksual yang mengakibatkan eksposur darah. Namun demikian, hepatitis C tidak menyebar melalui ASI, makanan, kontak biasa seperti berpelukan, berciuman, atau makan minum dalam wadah yang sama dengan orang yang terinfeksi.
Tidak ada vaksin efektif untuk melawan hepatitis C, sehingga untuk menjaga agar tidak terinfeksi tergantung dari upaya mengurangi eksposur virus di layanan kesehatan dan populasi dengan risiko tinggi.
Pencegahan hepatitis C dapat dilakukan melalui pengunaan injeksi yang aman di fasilitas kesehatan, penanganan sampah yang aman, mengetes darah untuk HBV dan HCV (termasuk HIV dan sipilis), melatih petugas kesehatan, dan menjaga tidak terjadi keluar darah saat berhubungan seks.
Hepatitis D
Hepatitis D membutuhkan virus hepatitis B untuk replikasi. Hepatitis D tidak akan terjadi tanpa hepatitis B. Infeksi bersama HDV dan HBV merupakan bentuk yang ganas dari hepatitis kronik karena berkembang sangat pesat menjadi kanker hati dan kematian akibat penyakit hati.Transmisi HDV seperti halnya HBV, melalui luka kulit seperti injeksi, tato, tindik, atau kontak darah atau produk darah yang sudah terinfeksi. Penularan antara ibu dan bayi mungkin tetapi jarang terjadi. Vaksinasi hepatitis B dapat mencegah infeksi bersama HBV dan HDV.
Pengidap HBV memiliki risiko terkena HDV. Orang yang tidak imun terhadap HBV berisiko terkena HBV, yang berpotensi terkena HDV. Risiko infeksi bersama bisa terjadi akibat injeksi obat-obatan, dan orang dengan HCV atau infeksi HIV. Selain itu risiko juga mucul pada penerima hemodialisa, seks sesama jenis, atau pekerja seks komersial.
Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatits E ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang sehat melalui usus, dan menular melalui air minum yang terkontamiasi virus. Infeksi ini bisa sembuh sendiri dalam kurun waktu 2-6 minggu. Kadang-kadang menjadi gagal hati akut yang dapat berakibat fatal.Gejala hepatitis E antara lain, pada fase awal demam sedang, nafsu makan berkurang, mual, muntah dalam beberapa hari; perut nyeri, bersin, ruam kulit; jaundice, urin gelap dan pucat; dan liver agak membesar.
Pencegahan merupakan pendekatan yang efektif untuk menghindari infeksi hepatitis E. Transmisi HEV di tingkat komunitas dapat dikurangi dengan menjaga standar pasokan air dan sanitasi yang baik. Sedangkan pada tingkat individu dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan menghindari konsumsi air dan es yang diragukan kemurniannya.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.