Biaya Sekolah Makin Mahal, Begini Kiat Menyusun Dana Pendidikan Anak
20 July 2022 |
22:38 WIB
Kita semua tahu pentingnya pendidikan untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan hidup. Namun seiring waktu dan inflasi, biaya pendidikan turut mengalami peningkatan sehingga penting bagi orang tua agar menyiapkan dana pendidikan anak sejak dini.
Perencana Keuangan dari OneShildt Budi Raharjo menyampaikan bahwa dana pendidikan anak adalah salah satu pengeluaran dasar yang penting untuk dipersiapkan jauh-jauh hari oleh orang tua. Hal ini untuk memudahkan ketersediaan biaya pendidikan, terutama uang pangkal yang seringkali lebih besar daripada penghasilan bulanan.
"Perencanaan keuangan sejak dini adalah kunci, yang meliputi rencana akumulasi, perhitungan kebutuhan dana, investasi, dan proteksi dana pendidikan," ujarnya saat diwawancarai Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Baca juga: Bingung Mau Pilih Asuransi atau Tabungan Pendidikan? Yuk Kenali 5 Perbedaannya!
Lebih lanjut dia menuturkan, pendidikan anak dan jenjang pendidikannya adalah kebutuhan dasar anak untuk menghadapi tantangan dan persaingan kehidupan di masa depan.
Dengan adanya persiapan dana pendidikan yang baik sejak dini, orang tua terhindar dari masalah cash flow dan masalah berhutang untuk menyediakan dana pendidikan anak.
Selain itu, persiapan yang matang dapat menjamin kesediaan dana pendidikan meskipun orang tua sebagai pencari nafkah sudah tidak hadir lagi di tengah keluarga.
Perencanaan dana pendidikan ini bisa dilakukan dengan menyisihkan sekitar 15-20 persen dari pendapatan rutin orang tua. Penyisihan uang tersebut harus dimulai sejak anak lahir dan diletakkan pada suatu rekening khusus untuk memudahkan pengawasan dan agar tidak bercampur dengan kebutuhan pengeluaran lainnya.
"Untuk mengantisipasi kenaikan biaya pendidikan dan risiko maka perlu sekali untuk membuat perencanaan investasi sesuai kebutuhan dan proteksi jiwa," imbuhnya.
Sementara itu, Founder PT Solusi Finansialku Indonesia Melvin Mumpuni menilai pendidikan memang harus menjadi prioritas dan disiapkan secara matang dalam sebuah keluarga. Sebab pendidikan merupakan satu hal yang diwariskan kepada anak.
"Ketika anak itu sekolah, pintar, dia bisa hidup layak, kerja, mandiri, dan beri pemasukan untuk diri sendiri, bahkan keluarga. Ini bekal hidup," tegasnya.
Dengan demikian, antisipasi biaya pendidikan yang diprediksi terus meningkat, terutama sekolah swasta, perlu dilakukan agar beban orang tua tidak semakin tinggi dan berat di masa mendatang.
Melvin menyebutkan waktu yang paling ideal untuk merencanakan biaya pendidikan adalah ketika anak berusia 1-2 tahun. Namun tidak apa-apa jika persiapan dana tersebut terlambat, atau anak sudah berusia di atas itu.
Pertama yakni riset mengenai harga sekolah. Tentu dengan estimasi biaya sekolah di tempat tersebut akan naik setiap tahunnya. Orang tua pasti punya gambaran tentang sekolah dan jenjang pendidikan anak dalam menempuh pendidikannya.
Kedua, hitung berapa biaya yang harus diinvestasikan, berapa target investasinya, dan berapa lama investasinya. "Ada di aplikasi Finansialku, tapi memang perlu dihitung dan setiap anak perhitungannya berbeda. Apalagi kalau keluarga punya 2-3 anak dan selisih usianya dekat, itu pasti berat," sebutnya.
Sebagai contoh, untuk orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke tingkat perguruan tinggi, Melvin memberi gambaran biaya yang diperhitungkan mulai dari estimasi uang pangkal senilai Rp50 juta. Jika uang sekolah saat ini Rp1,5 juta per bulan dan uang yang dimiliki Rp50 juta, ada dana yang dapat diinvestasikan setiap bulannya sebesar Rp5 juta.
Dari estimasi tersebut, melalui perhitungan, akan didapatkan biaya pendidikan pada jenjang sarjana (S1) sebesar Rp594,7 juta. Itupun dengan asumsi kenaikan biaya pendidikan 10% per tahun.
Baca juga: Pahami Tiga Risiko Saat Menyiapkan Dana Pendidikan Anak
Langkah ketiga yakni proteksi dana pendidikan tersebut. Ini penting agar ketika orang tua meninggal, anak tetap bisa terpenuhi pendidikannya alias tidak putus sekolah.
Keempat yakni investasi. Bicara soal investasi dana pendidikan, periodenya pasti berbeda-beda. Masih berkaitan dengan perhitungan terkait harga sekolah, Melvin mengumpamakan ketika anak usia 3 tahun namun ingin menyiapkan dana pendidikan hingga jenjang sarjana, orang tua punya punya periode menyiapkan investasi selama 15 tahun karena biasanya usia masuk kuliah yakni 18 tahun.
"Kalau target segitu, cari investasi 12 persen per tahun, tinggi risikonya tidak apa-apa. Contoh di saham dan P2P Lending. Berbeda cerita kalau tahun depan mau masuk TK. Bisa di reksa dana pasar uang, tabungan, atau deposito yang fleksibel," jelas Melvin.
Namun yang pasti dia menegaskan investasi pendidikan bukan terpaku pada produknya, tetapi lebih ke kebutuhannya terlebih dulu. "Percuma masukkin ke produk, tidak dihitung, dan hasilnya tidak cukup, akhirnya nombok. Hitung saja dulu, kalau mau hitung sendiri boleh, dibantu perencana keuangan juga bisa," sebut Melvin.
Langkah kelima yakni meninjau investasi secara berkala. Ini dimaksudkan agar tabungan dana pendidikan anak bisa disesuaikan dan memang investasi yang dipilih sudah tepat.
Editor: Nirmala Aninda
Perencana Keuangan dari OneShildt Budi Raharjo menyampaikan bahwa dana pendidikan anak adalah salah satu pengeluaran dasar yang penting untuk dipersiapkan jauh-jauh hari oleh orang tua. Hal ini untuk memudahkan ketersediaan biaya pendidikan, terutama uang pangkal yang seringkali lebih besar daripada penghasilan bulanan.
"Perencanaan keuangan sejak dini adalah kunci, yang meliputi rencana akumulasi, perhitungan kebutuhan dana, investasi, dan proteksi dana pendidikan," ujarnya saat diwawancarai Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Baca juga: Bingung Mau Pilih Asuransi atau Tabungan Pendidikan? Yuk Kenali 5 Perbedaannya!
Lebih lanjut dia menuturkan, pendidikan anak dan jenjang pendidikannya adalah kebutuhan dasar anak untuk menghadapi tantangan dan persaingan kehidupan di masa depan.
Dengan adanya persiapan dana pendidikan yang baik sejak dini, orang tua terhindar dari masalah cash flow dan masalah berhutang untuk menyediakan dana pendidikan anak.
Selain itu, persiapan yang matang dapat menjamin kesediaan dana pendidikan meskipun orang tua sebagai pencari nafkah sudah tidak hadir lagi di tengah keluarga.
Perencanaan dana pendidikan ini bisa dilakukan dengan menyisihkan sekitar 15-20 persen dari pendapatan rutin orang tua. Penyisihan uang tersebut harus dimulai sejak anak lahir dan diletakkan pada suatu rekening khusus untuk memudahkan pengawasan dan agar tidak bercampur dengan kebutuhan pengeluaran lainnya.
"Untuk mengantisipasi kenaikan biaya pendidikan dan risiko maka perlu sekali untuk membuat perencanaan investasi sesuai kebutuhan dan proteksi jiwa," imbuhnya.
Sementara itu, Founder PT Solusi Finansialku Indonesia Melvin Mumpuni menilai pendidikan memang harus menjadi prioritas dan disiapkan secara matang dalam sebuah keluarga. Sebab pendidikan merupakan satu hal yang diwariskan kepada anak.
"Ketika anak itu sekolah, pintar, dia bisa hidup layak, kerja, mandiri, dan beri pemasukan untuk diri sendiri, bahkan keluarga. Ini bekal hidup," tegasnya.
Dengan demikian, antisipasi biaya pendidikan yang diprediksi terus meningkat, terutama sekolah swasta, perlu dilakukan agar beban orang tua tidak semakin tinggi dan berat di masa mendatang.
Melvin menyebutkan waktu yang paling ideal untuk merencanakan biaya pendidikan adalah ketika anak berusia 1-2 tahun. Namun tidak apa-apa jika persiapan dana tersebut terlambat, atau anak sudah berusia di atas itu.
Ilustrasi. (Sumber gambar: Unsplash/Aaron Burden)
Nah, untuk menyiapkan dana pendidikan anak ini, Melvin menjabarkan lima langkah yang harus diperhatikan:
Pertama yakni riset mengenai harga sekolah. Tentu dengan estimasi biaya sekolah di tempat tersebut akan naik setiap tahunnya. Orang tua pasti punya gambaran tentang sekolah dan jenjang pendidikan anak dalam menempuh pendidikannya.
Kedua, hitung berapa biaya yang harus diinvestasikan, berapa target investasinya, dan berapa lama investasinya. "Ada di aplikasi Finansialku, tapi memang perlu dihitung dan setiap anak perhitungannya berbeda. Apalagi kalau keluarga punya 2-3 anak dan selisih usianya dekat, itu pasti berat," sebutnya.
Sebagai contoh, untuk orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke tingkat perguruan tinggi, Melvin memberi gambaran biaya yang diperhitungkan mulai dari estimasi uang pangkal senilai Rp50 juta. Jika uang sekolah saat ini Rp1,5 juta per bulan dan uang yang dimiliki Rp50 juta, ada dana yang dapat diinvestasikan setiap bulannya sebesar Rp5 juta.
Dari estimasi tersebut, melalui perhitungan, akan didapatkan biaya pendidikan pada jenjang sarjana (S1) sebesar Rp594,7 juta. Itupun dengan asumsi kenaikan biaya pendidikan 10% per tahun.
Baca juga: Pahami Tiga Risiko Saat Menyiapkan Dana Pendidikan Anak
Langkah ketiga yakni proteksi dana pendidikan tersebut. Ini penting agar ketika orang tua meninggal, anak tetap bisa terpenuhi pendidikannya alias tidak putus sekolah.
Keempat yakni investasi. Bicara soal investasi dana pendidikan, periodenya pasti berbeda-beda. Masih berkaitan dengan perhitungan terkait harga sekolah, Melvin mengumpamakan ketika anak usia 3 tahun namun ingin menyiapkan dana pendidikan hingga jenjang sarjana, orang tua punya punya periode menyiapkan investasi selama 15 tahun karena biasanya usia masuk kuliah yakni 18 tahun.
"Kalau target segitu, cari investasi 12 persen per tahun, tinggi risikonya tidak apa-apa. Contoh di saham dan P2P Lending. Berbeda cerita kalau tahun depan mau masuk TK. Bisa di reksa dana pasar uang, tabungan, atau deposito yang fleksibel," jelas Melvin.
Namun yang pasti dia menegaskan investasi pendidikan bukan terpaku pada produknya, tetapi lebih ke kebutuhannya terlebih dulu. "Percuma masukkin ke produk, tidak dihitung, dan hasilnya tidak cukup, akhirnya nombok. Hitung saja dulu, kalau mau hitung sendiri boleh, dibantu perencana keuangan juga bisa," sebut Melvin.
Langkah kelima yakni meninjau investasi secara berkala. Ini dimaksudkan agar tabungan dana pendidikan anak bisa disesuaikan dan memang investasi yang dipilih sudah tepat.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.