Contoh obat-obat oral untuk Covid-19. (Sumber gambar : Freepik)

7 Fakta Obat Covid-19 Paxlovid yang Disetujui BPOM

18 July 2022   |   18:15 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) untuk Paxlovid sebagai obat Covid-19. Dengan demikian, semakin banyak opsi dalam pengobatan virus ini selain Favipiravir dan Remdesivir (2020), antibodi monoklonal Regdanvimab (2021), serta Molnupiravir (2022). 

Paxlovid merupakan terapi antivirus inhibitor protease SARS-CoV-2 yang dikembangkan dan diproduksi oleh Pfizer. Berikut ini fakta-fakta seputar Paxlovid:
 

1. Terdiri dari dua obat

Kepala Badan POM Penny K. Lukito, menerangkan Paxlovid yang disetujui berupa tablet salut selaput dalam bentuk kombipak. Paxlovid adalah kombinasi dari 2 obat yang disebut nirmatrelvir dan ritonavir. 

Baca juga: Luhut Pastikan Obat Covid-19 Molnupiravir & Paxlovid Diproduksi di Indonesia

Nirmatrelvir menghentikan virus agar tidak tumbuh dan menyebar, dan ritonavir membantu nirmatrelvir dipecah dalam tubuh cukup lama untuk melakukan tugasnya.

“Terdiri dari Nirmatrelvir 150 mg dan Ritonavir 100 mg obat dengan indikasi untuk mengobati Covid-19 pada orang dewasa yang tidak memerlukan oksigen tambahan dan yang berisiko tinggi terjadi progresivitas menuju Covid-19 berat,” ujarnya dikutip dari siaran pers, Senin (18/7/2022). 
 

2. Dosis

Penny menyampaikan untuk dosis yang dianjurkan adalah 300 mg Nirmatrelvir (dua tablet 150 mg) dengan 100 mg Ritonavir (satu tablet 100 mg). Obat ini diminum bersama-sama dua kali sehari selama 5 hari.
 

3. Cocok untuk komorbid

Dari sisi efikasi, hasil uji klinik fase 2 dan 3 menunjukkan Paxlovid dapat menurunkan risiko hospitalisasi atau kematian sebesar 89 persen pada pasien dewasa Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit dengan komorbid (penyakit penyerta).

Komorbid yang berkaitan dengan peningkatan risiko ini seperti lansia, obesitas, perokok aktif, riwayat penyakit jantung, diabetes, atau gangguan ginjal.

Selain itu, menurut Pelayanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) Paxlovid bisa digunakan pada penderita down syndrome, kanker, penyakit hati, autoimun, HIV/AIDS, hingga kondisi neurologis langka seperti multiple sclerosis. 
 

4. Efek samping

Berdasarkan hasil kajian terkait dengan keamanannya, secara umum pemberian Paxlovid aman dan dapat ditoleransi. Efek samping tingkat ringan hingga sedang yang paling sering dilaporkan pada kelompok yang menerima obat adalah dysgeusia (gangguan indra perasa) sebanyak 5,6 persen, diare 3,1 persen, sakit kepala 1,4 persen, dan muntah 1,1 persen.

NHS mencatat tidak ada efek samping yang serius ditemukan saat penggunaan obat Paxlovid.
 

5. Tidak boleh digunakan ibu hamil dan menyusui

NHS menegaskan Paxlovid tidak dianjurkan pada ibu hamil karena dapat berdampak pada bayi. Begitu pula dengan ibu menyusui. Ritonavir masuk ke dalam ASI dalam jumlah kecil, tetapi tidak diketahui berapa banyak nirmatrelvir yang masuk ke dalam ASI.


6. Cara membeli

Penny menyarankan agar membeli obat secara resmi di apotek, toko obat, puskesmas, atau rumah sakit terdekat atau secara online di apotek yang telah memiliki izin Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi (PSEF). “Untuk mendapatkan obat keras tentunya tetap harus berdasarkan resep dokter,” tegasnya. 
 

7. Jangan dicampur obat ini

Beberapa obat tidak cocok dengan Paxlovid. NHS mengimbau jika ingin menggunakan Paxlovid, perlu waspada jika kamu sedang mengkonsumsi obat jenis amfetamin, obat penghilang rasa sakit seperti morfin, fentanil, metadon, petidin, buprenorfin. 

Kemudian obat-obatan untuk kondisi jantung dan detak jantung tidak teratur, serta obat kanker dan obat pembekuan darah.


Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

TXT Rilis Cuplikan Lagu Valley of Lies di Tiktok & Instagram Reels

BERIKUTNYA

Apa Itu Kebijakan Penyelenggaraan Sistem Elektronik? Simak Penjelasannya Berikut Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: