Kenali Penyebab Tantrum pada Anak & Cara Menghadapinya
13 July 2022 |
08:30 WIB
Tak sedikit orang tua mungkin merasa panik saat anak tantrum di tempat umum. Saat tantrum, anak bisa menendang, menangis, bahkan berguling-guling di lantai sampai membuat orang sekitarnya tidak nyaman. Meski begitu, tantrum sebenarnya termasuk dalam proses tumbuh kembang anak.
Melansir situs kidshealth.org, Psikolog Elizabeth M. Schilling, mengatakan tantrum adalah istilah yang digunakan saat anak merengek dan menangis hingga berteriak, menendang, memukul hingga menahan napas. Hal ini biasanya terjadi pada anak usia 1 hingga 3 tahun.
Beberapa anak mungkin sering mengalami tantrum, dan sebagian lainnya jarang. Namun, Elizabeth menerangkan bahwa tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak. "Begitulah cara anak kecil menunjukkan bahwa mereka kesal atau frustasi," kata Elizabeth.
Baca juga: Dampak Positif & Negatif Jika Orang Tua Memperlihatkan Kesedihan di Depan Anak-anak
Lebih lanjut, Elizabeth menjelaskan tantrum bisa terjadi ketika anak sedang lelah, lapar, atau tidak nyaman. Mereka mengalami frustasi karena tidak dapat memiliki sesuatu yang mereka inginkan (seperti mainan atau permen), atau tidak dapat membuat seseorang melakukan seperti yang mereka inginkan.
"Belajar mengatasi frustasi adalah keterampilan yang diperoleh anak-anak dari waktu ke waktu," terangnya.
Psikolog Anak dan Keluarga, Samanta Elsener, mengatakan alasan lain anak sering tantrum dan marah karena terpicu oleh emosi negatif yang sedang anak rasakan, seperti marah, kecewa dan frustasi. Selain itu, bisa juga karena anak kelelahan fisik dan overstimulasi.
Namun, fakta dan mitos tentang tantrum pun masih diyakini oleh banyak orang tua. Samanta menerangkan bahwa perilaku marah anak merupakan keturunan atau genetik dari orang tuanya, dan saat anak tantrum sebaiknya dibiarkan merupakan mitos.
"Faktanya, saat anak tantrum, anak belum tahu bagaimana meregulasi atau mengelola emosinya. Umumnya, tantrum anak hanya terjadi selama 15 menit," katanya dalam siaran pers Tentang Anak yang diterima Hypeabis.id, Rabu (13/7/2022).
Samanta pun membagikan beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dapat meregulasi atau mengatur emosinya seperti berikut ini.
Selain itu, Samanta juga memberikan beberapa kiat untuk melakukan komunikasi efektif dengan anak saat tantrum seperti berikut ini.
Melansir situs kidshealth.org, Psikolog Elizabeth M. Schilling, mengatakan tantrum adalah istilah yang digunakan saat anak merengek dan menangis hingga berteriak, menendang, memukul hingga menahan napas. Hal ini biasanya terjadi pada anak usia 1 hingga 3 tahun.
Beberapa anak mungkin sering mengalami tantrum, dan sebagian lainnya jarang. Namun, Elizabeth menerangkan bahwa tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak. "Begitulah cara anak kecil menunjukkan bahwa mereka kesal atau frustasi," kata Elizabeth.
Baca juga: Dampak Positif & Negatif Jika Orang Tua Memperlihatkan Kesedihan di Depan Anak-anak
Lebih lanjut, Elizabeth menjelaskan tantrum bisa terjadi ketika anak sedang lelah, lapar, atau tidak nyaman. Mereka mengalami frustasi karena tidak dapat memiliki sesuatu yang mereka inginkan (seperti mainan atau permen), atau tidak dapat membuat seseorang melakukan seperti yang mereka inginkan.
"Belajar mengatasi frustasi adalah keterampilan yang diperoleh anak-anak dari waktu ke waktu," terangnya.
Ilustrasi anak sedang marah (Sumber gambar: Keira Burton/Pexels)
Namun, fakta dan mitos tentang tantrum pun masih diyakini oleh banyak orang tua. Samanta menerangkan bahwa perilaku marah anak merupakan keturunan atau genetik dari orang tuanya, dan saat anak tantrum sebaiknya dibiarkan merupakan mitos.
"Faktanya, saat anak tantrum, anak belum tahu bagaimana meregulasi atau mengelola emosinya. Umumnya, tantrum anak hanya terjadi selama 15 menit," katanya dalam siaran pers Tentang Anak yang diterima Hypeabis.id, Rabu (13/7/2022).
Samanta pun membagikan beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dapat meregulasi atau mengatur emosinya seperti berikut ini.
- Bangun kepercayaan dengan anak
- Kenalkan berbagai jenis emosi pada anak baik itu emosi positif maupun negatif sedini mungkin
- Cek apakah anak mengalami sensory processing disord (SPD), gangguan perilaku anak
- Hadir bersama anak dan narasikan perasaannya
Selain itu, Samanta juga memberikan beberapa kiat untuk melakukan komunikasi efektif dengan anak saat tantrum seperti berikut ini.
- Memberikan validasi terhadap yang sedang dirasakan oleh anak
- Temani anak selama mereka mengalami tantrum
- Berikan air mineral saat sudah berhenti menangis untuk menghindari dehidrasi
- Peluk anak atau sentuh dengan halus untuk menenangkan anak
- Hindari membentak anak ketika tantrum.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.