Sejauh Mata Memandang Buka Instalasi Kisah Punah Kita di ARTJOG MMXXII
09 July 2022 |
18:49 WIB
1
Like
Like
Like
Bagi Genhype yang berdomisili di Yogyakarta, acara ARTJOG MMXXII: Arts in Common - Expanding Awareness sudah resmi dibuka sejak Kamis (7/7/2022). Dengan karya dari 61 seniman individu dan kelompok, tahun ini ARTJOG MMXXII mengangkat tentang perluasan kesadaran terhadap seni rupa yang inklusif.
Salah satu karya yang hadir dalam ARTJOG MMXXII adalah instalasi seni kontemporer Kisah Punah Kita dari merek pakaian dan gaya hidup slow living Sejauh Mata Memandang milik Chitra Subyakto. Hadir dalam rupa instalasi media campuran, Chitra memperkenalkan karyanya yang identik dengan konsep keberlanjutan dan respons terhadap lingkungan.
Baca Juga : Kolaborasi Budaya Tradisional dalam Desain Modern
Dibuka sejak Jumat (8/7/2022), pameran dengan media video dan kain daur ulang yang disirkulasi ini awalnya melibatkan Heri Pemad, Direktur ARTJOG, dengan Chitra sebagai Pemilik dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang.
Menurut Agung Hujatnikajennong, kurator ARTJOG, pemilihan rumah mode sejak 2014 ini dipertimbangkan atas kontribusi produk-produk kreatif ramah lingkungan dan prioritas keberlanjutan alam di masa depan.
"Visi dan proyek-proyek Sejauh Mata Memandang sejalan dengan konsep besar arts-in-common yang berhubungan dengan cita-cita untuk terciptanya ‘dunia bersama’," tambah Agung dalam wawancara kepada Hypeabis.id, Sabtu (9/7/2022).
Sementara itu, Chitra menjelaskan bahwa Kisah Punah Kita memiliki tema tentang realitas Bumi tempat tinggal manusia yang sudah mulai rusak dan hewan-hewan yang sudah mulai terganggu, sebagai dampak dari perbuatan manusia. Hal ini ditunjukkan dalam lima video yang bekerja sama dengan Haka Sumatera dan Forum Konservasi Leuser.
Video-video itu memperlihatkan empat hewan khas Indonesia yang sudah langka, yaitu Badak Sumatra, Orangutan, Harimau Sumatra, dan Gajah Sumatra, serta langkah yang bisa dilakukan masyarakat di perkotaan untuk menyelamatkan lingkungan dari risiko kepunahan. Selain itu, pameran ini turut memberikan fakta bahwa manusia menjadi penyebab dari krisis iklim dan kerusakan lingkungan.
Baca Juga : Nikmati 5 Kolaborasi Keren Film Thor: Love and Thunder dengan Seniman Lokal
Pameran ini juga menjadi pengingat bahwa manusia dan seluruh makhluk hidup kini dekat dengan kepunahan keenam, di mana kepunahan ini disebabkan karena perbuatan eksploitatif manusia dan polusi yang ditimbulkan.
Instalasi seni ini punya pendekatan yang cukup sederhana, yaitu dengan beberapa tayangan video, segmen interaktif dengan umpan balik dan pesan kepada bumi, serta interaksi dan refleksi bahwa manusia menjadi penyebab dari kepunahan tersebut.
"Industrialisasi dan modernisasi cenderung menempatkan manusia sebagai pusat, atau penguasa, sekaligus perusak alam dan penyebab kepunahan itu. Karya ini menyampaikan pesan dengan cara-cara yang puitik dan tidak menggurui," tambah Agung.
Di saat yang sama, Kisah Punah Kita juga mengajak pengunjung sebagai bagian dari solusi perubahan sebelum Bumi semakin rusak dan hewan-hewan semakin kesulitan untuk tinggal di alam bebas. Harapannya, kontribusi dari individu terhadap lingkungan bisa memberikan dampak bagi sesama makhluk hidup pada masa yang akan datang.
Selain pameran Kisah Punah Kita, Sejauh Mata Memandang juga mengadakan sentra kegiatan komunitas dengan nama Sejauh Rumah Kita yang berlokasi di Rumah Simbah Studio, di NG I / 1301 Jl Kp. Ngadiwinatan, Ngampilan, Yogyakarta.
Chitra bercerita bahwa ini merupakan upaya yang diselenggarakan sebagai kelanjutan dari pameran tersebut, di mana program ini biasanya mengadakan berbagai rangkaian lokakarya atau workshop dengan tema-tema seputar slow living.
"Kegiatan ini memberi jawaban atas pertanyaan ‘setelah sadar, kegiatan nyata apa yang bisa kita lakukan?’ yakni dengan melibatkan berbagai komunitas yang telah menjalani slow living dan berbagi ilmu serta berbagai tips dalam merawat bumi yang bisa diaplikasikan sehari-hari," jelas Chitra dalam konferensi pers pada pekan ini.
Pemilihan lokasi di Yogyakarta didasarkan pada pertimbangan implementasi slow living yang sudah dilakukan sejak lama di Kota Pelajar itu. Dengan tujuan memperlambat kerusakan bumi, beberapa acara workshop yang diselenggarakan di lokasi ini meliputi cara memanfaatkan sampah jadi buku, membuat sabun sederhana di rumah, pengolahan makanan, dan lainnya dengan jadwal setiap hari Sabtu atau akhir pekan.
Pameran Kisah Punah Kita dan destinasi workshop Sejauh Rumah Kita akan diadakan sampai 4 September 2022 di Yogyakarta.
Editor : Syaiful Millah
Salah satu karya yang hadir dalam ARTJOG MMXXII adalah instalasi seni kontemporer Kisah Punah Kita dari merek pakaian dan gaya hidup slow living Sejauh Mata Memandang milik Chitra Subyakto. Hadir dalam rupa instalasi media campuran, Chitra memperkenalkan karyanya yang identik dengan konsep keberlanjutan dan respons terhadap lingkungan.
Baca Juga : Kolaborasi Budaya Tradisional dalam Desain Modern
Dibuka sejak Jumat (8/7/2022), pameran dengan media video dan kain daur ulang yang disirkulasi ini awalnya melibatkan Heri Pemad, Direktur ARTJOG, dengan Chitra sebagai Pemilik dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang.
Menurut Agung Hujatnikajennong, kurator ARTJOG, pemilihan rumah mode sejak 2014 ini dipertimbangkan atas kontribusi produk-produk kreatif ramah lingkungan dan prioritas keberlanjutan alam di masa depan.
"Visi dan proyek-proyek Sejauh Mata Memandang sejalan dengan konsep besar arts-in-common yang berhubungan dengan cita-cita untuk terciptanya ‘dunia bersama’," tambah Agung dalam wawancara kepada Hypeabis.id, Sabtu (9/7/2022).
Sementara itu, Chitra menjelaskan bahwa Kisah Punah Kita memiliki tema tentang realitas Bumi tempat tinggal manusia yang sudah mulai rusak dan hewan-hewan yang sudah mulai terganggu, sebagai dampak dari perbuatan manusia. Hal ini ditunjukkan dalam lima video yang bekerja sama dengan Haka Sumatera dan Forum Konservasi Leuser.
Video-video itu memperlihatkan empat hewan khas Indonesia yang sudah langka, yaitu Badak Sumatra, Orangutan, Harimau Sumatra, dan Gajah Sumatra, serta langkah yang bisa dilakukan masyarakat di perkotaan untuk menyelamatkan lingkungan dari risiko kepunahan. Selain itu, pameran ini turut memberikan fakta bahwa manusia menjadi penyebab dari krisis iklim dan kerusakan lingkungan.
Baca Juga : Nikmati 5 Kolaborasi Keren Film Thor: Love and Thunder dengan Seniman Lokal
Tampak keseluruhan pameran Kisah Punah Kita di ARTJOG MMXXII. (Sumber gambar: Sejauh Mata Memandang/ARTJOG)
Bagian instalasi dari pameran Kisah Punah Kita di ARTJOG MMXXII. (Sumber gambar: Sejauh Mata Memandang/ARTJOG)
Pameran ini juga menjadi pengingat bahwa manusia dan seluruh makhluk hidup kini dekat dengan kepunahan keenam, di mana kepunahan ini disebabkan karena perbuatan eksploitatif manusia dan polusi yang ditimbulkan.
Instalasi seni ini punya pendekatan yang cukup sederhana, yaitu dengan beberapa tayangan video, segmen interaktif dengan umpan balik dan pesan kepada bumi, serta interaksi dan refleksi bahwa manusia menjadi penyebab dari kepunahan tersebut.
"Industrialisasi dan modernisasi cenderung menempatkan manusia sebagai pusat, atau penguasa, sekaligus perusak alam dan penyebab kepunahan itu. Karya ini menyampaikan pesan dengan cara-cara yang puitik dan tidak menggurui," tambah Agung.
Di saat yang sama, Kisah Punah Kita juga mengajak pengunjung sebagai bagian dari solusi perubahan sebelum Bumi semakin rusak dan hewan-hewan semakin kesulitan untuk tinggal di alam bebas. Harapannya, kontribusi dari individu terhadap lingkungan bisa memberikan dampak bagi sesama makhluk hidup pada masa yang akan datang.
Sentra Kegiatan Sejauh Rumah Kita
Tampak luar dari sentra kegiatan Sejauh Rumah Kita di Yogyakarta. (Sumber gambar: Sejauh Mata Memandang)
Tampak dalam dari sentra kegiatan Sejauh Rumah Kita di Yogyakarta. (Sumber gambar: Sejauh Mata Memandang)
Selain pameran Kisah Punah Kita, Sejauh Mata Memandang juga mengadakan sentra kegiatan komunitas dengan nama Sejauh Rumah Kita yang berlokasi di Rumah Simbah Studio, di NG I / 1301 Jl Kp. Ngadiwinatan, Ngampilan, Yogyakarta.
Chitra bercerita bahwa ini merupakan upaya yang diselenggarakan sebagai kelanjutan dari pameran tersebut, di mana program ini biasanya mengadakan berbagai rangkaian lokakarya atau workshop dengan tema-tema seputar slow living.
"Kegiatan ini memberi jawaban atas pertanyaan ‘setelah sadar, kegiatan nyata apa yang bisa kita lakukan?’ yakni dengan melibatkan berbagai komunitas yang telah menjalani slow living dan berbagi ilmu serta berbagai tips dalam merawat bumi yang bisa diaplikasikan sehari-hari," jelas Chitra dalam konferensi pers pada pekan ini.
Pemilihan lokasi di Yogyakarta didasarkan pada pertimbangan implementasi slow living yang sudah dilakukan sejak lama di Kota Pelajar itu. Dengan tujuan memperlambat kerusakan bumi, beberapa acara workshop yang diselenggarakan di lokasi ini meliputi cara memanfaatkan sampah jadi buku, membuat sabun sederhana di rumah, pengolahan makanan, dan lainnya dengan jadwal setiap hari Sabtu atau akhir pekan.
Pameran Kisah Punah Kita dan destinasi workshop Sejauh Rumah Kita akan diadakan sampai 4 September 2022 di Yogyakarta.
Editor : Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.