Yuk Tangkal Asma dengan Terapi yang Tepat
03 July 2022 |
14:59 WIB
Genhype mulai aktif berolahraga? Bagi kalian yang memiliki stamina fit dan tidak mempunyai gejala atau riwayat penyakit, tentu hal ini bukan lagi masalah. Namun, bagi yang memiliki riwayat menderita asmatik, boleh jadi ada kalanya lupa dengan penyakit asma yang dideritanya. Asma dapat kambuh sewaktu-waktu terutama setelah beraktivitas olahraga berlebihan dari biasanya.
Pelega saluran pembuluh pernapasan atau inhaler mungkin dapat menjadi "obat" selama kondisi darurat. Namun, inhaler yang disebut sebagai peranti wajib bagi penderita asma atau asmatik tentu bukan sebagai satu-satunya cara untuk mengendalikan derita kesulitan bernapas yang tidak dapat disembuhkan ini.
Menurut referensi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, seperti dilansir Bisnis Weekend, asma sebagai salah satu penyakit saluran pernapasan yang banyak ditemukan di Indonesia masih dapat ditangani secara efektif.
Baca juga: Penderita Gangguan Pernapasan Wajib Penuhi Hal Ini
Salah satu riset bahkan menunjukkan bahwa terapi yang tepat dapat membantu penderita mengelola penyakit ini dengan baik. Beberapa pilihan terapi asma di antaranya adalah menggunakan obat pelega (bronko dilator) ketika serangan asmatik terjadi.
Di samping itu, obat pengendali asma juga diberikan berupa glukokortikosteroid untuk mengatasi peradangan pada bronkus. Penatalaksanaan asma juga dilakukan untuk mengendalikan dan memelihara asma yang terkendali dengan baik dan meminimalkan risiko terjadinya serangan.
Baca juga: Penderita Asma, Ini Efek Samping Penggunaan Inhaler
Selain penatalaksanaan asma secara total, perusahaan farmasi juga terus melakukan pengembangan untuk memberikan pendekatan baru pada metode terapi penyakit asma. Salah satunya adalah menggabungkan budesonide dan formoterol ke dalam satu inhaler. Tujuan dari kombinasi tersebut adalah untuk melegakan pernapasan sekaligus mengatasi peradangan.
Namun, meskipun sudah ada terobosan dalam penanganan asma, tentu akan lebih baik jika penderita mampu mencegah gejala maupun mengantisipasi eksaserbasi atau kekambuhan asma dalam jangka panjang. Pasalnya, tanpa langkah pencegahan atau terlambat bertindak, serangan asma dapat mengancam jiwa.
Pelega saluran pembuluh pernapasan atau inhaler mungkin dapat menjadi "obat" selama kondisi darurat. Namun, inhaler yang disebut sebagai peranti wajib bagi penderita asma atau asmatik tentu bukan sebagai satu-satunya cara untuk mengendalikan derita kesulitan bernapas yang tidak dapat disembuhkan ini.
Menurut referensi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, seperti dilansir Bisnis Weekend, asma sebagai salah satu penyakit saluran pernapasan yang banyak ditemukan di Indonesia masih dapat ditangani secara efektif.
Baca juga: Penderita Gangguan Pernapasan Wajib Penuhi Hal Ini
Salah satu riset bahkan menunjukkan bahwa terapi yang tepat dapat membantu penderita mengelola penyakit ini dengan baik. Beberapa pilihan terapi asma di antaranya adalah menggunakan obat pelega (bronko dilator) ketika serangan asmatik terjadi.
Di samping itu, obat pengendali asma juga diberikan berupa glukokortikosteroid untuk mengatasi peradangan pada bronkus. Penatalaksanaan asma juga dilakukan untuk mengendalikan dan memelihara asma yang terkendali dengan baik dan meminimalkan risiko terjadinya serangan.
Baca juga: Penderita Asma, Ini Efek Samping Penggunaan Inhaler
Selain penatalaksanaan asma secara total, perusahaan farmasi juga terus melakukan pengembangan untuk memberikan pendekatan baru pada metode terapi penyakit asma. Salah satunya adalah menggabungkan budesonide dan formoterol ke dalam satu inhaler. Tujuan dari kombinasi tersebut adalah untuk melegakan pernapasan sekaligus mengatasi peradangan.
Namun, meskipun sudah ada terobosan dalam penanganan asma, tentu akan lebih baik jika penderita mampu mencegah gejala maupun mengantisipasi eksaserbasi atau kekambuhan asma dalam jangka panjang. Pasalnya, tanpa langkah pencegahan atau terlambat bertindak, serangan asma dapat mengancam jiwa.
Tip Mencegah Inflamasi Kronis
Berikut ini adalah tip untuk mencegah kondisi inflamasi kronis di saluran pernapasan yang biasa ditandai dengan gejala sesak, mengi atau napas berbunyi, dada terasa berat, dan batuk.
- Minum air putih sebanyak-banyaknya. Untuk menjaga agar sekresi tidak menggumpal (2—3 liter per hari)
- Mencari penyebab asma dan menghindari atau menghilangkan alergen atau iritan baik di rumah atau di kantor.
- Mengambil langkah-langkah khusus untuk menjaga agar tempat tidur bebas dari alergen.
- Tidur dengan menggunakan bantal sintetis, bukan bantal bulu.
- Tidak merokok dan hindari diri dari polusi udara
- Memakai cadar di mulut dan hidung ketika berjalan atau berolah raga di tengah kondisi udara dingin untuk memanaskan udara sebelum udara mencapai saluran di dalam tubuh yang sensitif.
- Tidak melanjutkan olahraga ketika Anda sadar sering bersin-bersin.
- Menghindari makanan dan obat-obatan yang mengandung sulfit, yang biasa digunakan sebagai pengawet makanan dan sering dijumpai pada kerang dan anggur. (Sulfit bisa memicu serangan asma, angkanya kira-kira 10 persen penderita asma).
- Duduklah selama serangan asma, tidak berbaring.
- Selalu mengusahakan kotak obat asma tetap terbuka untuk meredahkan serangan asma sedini mungkin.
- Selalu berhati-hati dalam menggunakan aspirin, beberapa asmatik sangat alergi terhadap aspirin. Alternatifnya gunakan asetaminopen
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.