Ilustrasi berkendara sepeda motor tanpa micro sleep. (Unsplash)

Rider Harus Ingat Bahaya Micro Sleep, Yuk Kenali Ciri-Ciri dan Cara Mencegahnya!

30 June 2022   |   23:08 WIB

Suatu ketika, seorang kawan bercerita bahwa dia pernah sempat tertidur sepersekian detik ketika mengendarai motornya. Saat itu dia mengalami kelelahan setelah aktivitas yang panjang dan harus menempuh jarak cukup jauh dari kampus ke rumah.

Meski sadar staminanya menurun, kawan ini tetap memaksakan diri berkendara di tengah malam. Dalam perjalanan, dia mengaku sempat tertidur selama beberapa saat dan terkejut ketika terbangun telah berada beberapa ratus meter dari posisinya semula sebelum jatuh tertidur, dan dalam keadaan motor masih berjalan. Beruntung, kondisi jalanan saat itu sedang sepi sehingga dia selamat.

Kondisi yang dialami rekan tersebut bernama micro sleep atau tidur mikro, yakni keadaan seseorang terlelap dalam waktu sangat singkat, biasanya tidak lebih dari 30 detik.

Meski hanya sesaat, kondisi ini dapat sangat berbahaya terutama bila dialami  oleh seseorang yang sedang berkendara. Sebab, micro sleep sama halnya dengan kehilangan kesadaran. Kendaraan yang sedang ditumpangi berjalan tanpa adanya kendali dari pengemudi.

“Tanda mudah mengenali pengendara yang sedang microsleep, gaya menyetirnya oleng, tidak lurus, dan tidak memperhatikan situasi pengendara lain. Refleks juga berkurang. Kondisi ini jelas berbahaya,” ujar Presiden Direktur Indonesia Defensive Driving Center (IDCC) Bintarto Agung.

Micro sleep dapat terjadi karena kelelahan yang amat sangat atau fatigue. Beberapa faktor yang dapat memicunya antara lain mengemudi jarak jauh, mengemudi di jalan yang sama berulang kali sehingga menjadi jenuh, dan mengemudi di malam hari setelah seharian bekerja.

Berkendara di waktu biasanya kita tidak beraktivitas atau tidak cukup istirahat sebelumnya (kurang dari delapan jam) juga bisa turut memicu micro sleep.  Tidur sesaat saat berkendara juga bisa terjadi apabila sang pengemudi mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat, dalam rentang waktu kurang dari satu jam ketika mengemudi.

“Satu-satunya obat bagi kondisi ini adalah istirahat atau tidur. Bukan mengonsumsi suplemen atau doping apapun. Kalau mengantuk, ya istirahat, titik,” katanya.

Untuk menghindari kantuk sesaat saat berkendara, Anda tidak semestinya mengabaikan sinyal-sinyal kelelahan yang dikeluarkan tubuh. Sebetulnya tak sulit mengenalinya. Gejala kelelahan terjadi secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat sering kita amati.

Ciri-ciri seseorang yang mengalami kelelahan adalah sering menguap, mata terasa panas, kering, dan lelah, persepsi jarak dan kecepatan berkurang, daya konsentrasi dan refleks yang berkurang.

Ciri lain, dan ini paling berbahaya, adalah menyempitnya peripheral vision atau penglihatan tepi, yang berfungsi mendeteksi benda-benda yang berada di luar pusat tatapan mata.  Guna mencegah kelelahan, ada beberapa kiat yang bisa dilakukan.

Pertama, usahakan berstirahat selama dua puluh hingga tiga puluh menit setiap empat jam berkendara. Upayakan juga untuk tidak menyetir lebih dari 12 jam dalam sehari.

Kedua, pastikan tubuh beristirahat selama empat hingga delapan jam setiap hari, sebelum beraktivitas.  Hindari konsumsi alkohol dan obat-obatan selama menyetir. Jika berada dalam masa penyembuhan dan harus mengonsumsi obat, sebaiknya minta bantuan orang lain untuk menyetir.

Ketiga, hindari memakan makanan berkadar lemak tinggi tanpa disertai dengan istirahat yang cukup. Bagaimanapun, keselamatan Anda dan pengguna jalan lainnya tetaplah yang paling utama.

Catatan redaksi: artikel dikutip dari Bi Weekend edisi 21 Juni 2015.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Meraup Rupiah dari Kelom Cantik & Unik

BERIKUTNYA

Begini 3 Cara Jitu Menolak Perjodohan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: