Ini 5 Jenis Hewan Langka yang Banyak Dipelihara
25 June 2022 |
15:30 WIB
Selama ini perhatian para pencinta satwa memang tercurah pada hewan peliharaan terpopuler, yakni kucing trah tertentu (persia, siam, manx, dan sphinx), serta berbagai jenis anjing dan ikan spesies tertentu. Namun, belakangan ini, tren binatang peliharaan ini tertuju pada hewan-hewan eksotis yang unik dan langka.
Selain secara fisik hewan-hewan eksotis tersebut unik dan lucu, beberapa jenis hewan memang untuk dipelihara dan tidak bisa dilepas ke luar. Apalagi, hewan-hewan piaraan ini biasanya juga berukuran kecil, sehingga tidak membutuhkan tempat yang luas.
Selain secara fisik hewan-hewan eksotis tersebut unik dan lucu, beberapa jenis hewan memang untuk dipelihara dan tidak bisa dilepas ke luar. Apalagi, hewan-hewan piaraan ini biasanya juga berukuran kecil, sehingga tidak membutuhkan tempat yang luas.
1. Landak mini (hedgehog)
Seperti halnya landak mini (hedgehog). Secara fisik, kata Wakil Ketua Komunitas Landak Mini (Hedgehog Lover Indonesia/ HeLI) Tommy Ignatius Halim, landak mini begitu unik dengan ukuran tubuh yang kecil dan ada durinya. Apalagi, hewannya tergolong langka dan bisa juga untuk mainan karena tidak berbahaya, sehingga orang tertarik untuk memeliharanya.
Berbeda dengan Landak Jawa yang ada di Indonesia, nenek moyang landak mini berasal dari Afrika. Awalnya, hewan ini tergolong liar, tetapi setelah melewati proses persilangan menjadi landak mini yang banyak dipelihara. Untuk pemeliharaan, biaya satu ekor landak mini sekitar Rp80.000 per bulan, termasuk untuk makanan dan kandang.
Makanan landak mini bisa divariasikan dengan makanan kucing yang biasa ditemukan di pet shop. Kalaupun ada tambahan, bisa diberi jangkrik dan ulat yang banyak dijual di kios burung. Begitu juga untuk kandang, cukup diberi serbuk kayu yang biasa digunakan untuk mainan hamster dan air putih matang.
Untuk perawatan juga termasuk mudah karena habitatnya yang tinggal dipermukaan tanah dan harus selalu kering, membuat landak mini tidak perlu dimandikan terlalu sering. Landak mini juga tidak mudah sakit, asalkan dijaga kebersihan kandang dan makanannnya secara teratur.
Hanya saja, saat ini sangat sulit mencari dokter hewan khusus landak mini karena di Indonesia belum ada dokter khusus yang menangani landak mini. Buat kalian yang tertarik memelihara landak mini, bisa dengan mudah mendapatkannya tanpa harus mengimpor dari Thailand atau Amerika Serikat, karena sudah banyak peternaknya di Indonesia.
Apalagi, landak mini bukanlah hewan langka, sehingga memang dikembangbiakkan sebagai hewan peliharaan. Seekor landak mini dihargai mulai Rp200.000 hingga Rp1 juta untuk usia 2 bulan [pada 2015]. Harga hewan peliharaan ini tergantung dengan jenis dan warna duri.
Berbeda dengan Landak Jawa yang ada di Indonesia, nenek moyang landak mini berasal dari Afrika. Awalnya, hewan ini tergolong liar, tetapi setelah melewati proses persilangan menjadi landak mini yang banyak dipelihara. Untuk pemeliharaan, biaya satu ekor landak mini sekitar Rp80.000 per bulan, termasuk untuk makanan dan kandang.
Makanan landak mini bisa divariasikan dengan makanan kucing yang biasa ditemukan di pet shop. Kalaupun ada tambahan, bisa diberi jangkrik dan ulat yang banyak dijual di kios burung. Begitu juga untuk kandang, cukup diberi serbuk kayu yang biasa digunakan untuk mainan hamster dan air putih matang.
Untuk perawatan juga termasuk mudah karena habitatnya yang tinggal dipermukaan tanah dan harus selalu kering, membuat landak mini tidak perlu dimandikan terlalu sering. Landak mini juga tidak mudah sakit, asalkan dijaga kebersihan kandang dan makanannnya secara teratur.
Hanya saja, saat ini sangat sulit mencari dokter hewan khusus landak mini karena di Indonesia belum ada dokter khusus yang menangani landak mini. Buat kalian yang tertarik memelihara landak mini, bisa dengan mudah mendapatkannya tanpa harus mengimpor dari Thailand atau Amerika Serikat, karena sudah banyak peternaknya di Indonesia.
Apalagi, landak mini bukanlah hewan langka, sehingga memang dikembangbiakkan sebagai hewan peliharaan. Seekor landak mini dihargai mulai Rp200.000 hingga Rp1 juta untuk usia 2 bulan [pada 2015]. Harga hewan peliharaan ini tergantung dengan jenis dan warna duri.
2. Sugar glider
Ada hewan eksotis lainnya yang menjadi idola pencinta hewan, yakni sugar glider (petaurus breviceps) yang merupakan sejenis tupai pohon dengan ukuran badan kira-kira 24 - 30 cm dengan berat 4 - 6 ons. Saking kecilnya, hewan ini sering disebut hewan peliharaan dalam saku.
Koordinator Komunitas Pencinta Sugar Glider Indonesia (KPSGI) Wilayah Bekasi Ahmad Romeli mengatakan KPSGI sudah tersebar di Jakarta, Bekasi, Bandung, Depok, Tangerang, Padang, Palangkaraya, hingga Semarang dan Solo.
Harga sugar glider dibagi berdasarkan warna, ada classis grey dengan harga Rp350.000-Rp450.000 per ekornya, dan ada warna mozaik dan white face dengan rentang harga Rp2 juta-Rp3,5 juta. Untuk sugar glider dengan karakter unik seperti albino bisa ditaksir dari harga Rp6 juta hingga puluhan juta [pada 2015].
Ketersediaan hewan ini sudah banyak, bahkan Indonesia tak jarang menjadi pengimpor ke negara lain seperti Thailand dan Malaysia. Untuk merawat sugar glider, budget paling besar dikeluarkan hanya pada saat pertama kali mulai memeliharanya. Setelah itu, hanya pengeluaran rutin untuk makanan sehari- hari.
Yang wajib tersedia adalah tisu basah dan kering untuk membersihkan sugar glider dan makanan berupa bubur bayi atau aneka sayuran dan buah untuk setiap pagi dan sore hari. Tertarik memelihara hewan ini, Anda bisa mendapatkannya melalui forum jual beli online. Namun, disarankan untuk membeli hasil ternakan, bukan di pasar hewan yang kebanyakan masih mengambil dari alam.
Koordinator Komunitas Pencinta Sugar Glider Indonesia (KPSGI) Wilayah Bekasi Ahmad Romeli mengatakan KPSGI sudah tersebar di Jakarta, Bekasi, Bandung, Depok, Tangerang, Padang, Palangkaraya, hingga Semarang dan Solo.
Harga sugar glider dibagi berdasarkan warna, ada classis grey dengan harga Rp350.000-Rp450.000 per ekornya, dan ada warna mozaik dan white face dengan rentang harga Rp2 juta-Rp3,5 juta. Untuk sugar glider dengan karakter unik seperti albino bisa ditaksir dari harga Rp6 juta hingga puluhan juta [pada 2015].
Ketersediaan hewan ini sudah banyak, bahkan Indonesia tak jarang menjadi pengimpor ke negara lain seperti Thailand dan Malaysia. Untuk merawat sugar glider, budget paling besar dikeluarkan hanya pada saat pertama kali mulai memeliharanya. Setelah itu, hanya pengeluaran rutin untuk makanan sehari- hari.
Yang wajib tersedia adalah tisu basah dan kering untuk membersihkan sugar glider dan makanan berupa bubur bayi atau aneka sayuran dan buah untuk setiap pagi dan sore hari. Tertarik memelihara hewan ini, Anda bisa mendapatkannya melalui forum jual beli online. Namun, disarankan untuk membeli hasil ternakan, bukan di pasar hewan yang kebanyakan masih mengambil dari alam.
3. Musang
Di sisi lain, Wakil Ketua Komunitas Musang Lovers Depok Affar Prayanto mengungkapkan dirinya secara pribadi tertarik menjadikan musang sebagai hewan peliharaan karena visinya membudidayakan hewan tersebut. Bagi petani, katanya, musang termasuk hama, sehingga sering diburu dan dibunuh.
Untuk perawatan seekor bayi musang yang bisa dibeli secara online ini, diperlakukan layaknya bayi manusia, yakni diberi susu, vitamin yang untuk manusia, dan makanan bayi. Sedangkan untuk musang dewasa rata-rata makan nasi dicampur susu kaleng kental manis.
Ada juga musang dewasa yang mau makan nasi campur kecap atau hati dan kepala ayam, sedangkan buahnya bisa pisang. Tak jarang musang-musang peliharaan ini juga makan makanan anjing atau kucing.
Untuk perawatan seekor bayi musang yang bisa dibeli secara online ini, diperlakukan layaknya bayi manusia, yakni diberi susu, vitamin yang untuk manusia, dan makanan bayi. Sedangkan untuk musang dewasa rata-rata makan nasi dicampur susu kaleng kental manis.
Ada juga musang dewasa yang mau makan nasi campur kecap atau hati dan kepala ayam, sedangkan buahnya bisa pisang. Tak jarang musang-musang peliharaan ini juga makan makanan anjing atau kucing.
4. Kukang
Hewan eksotis lainnya yang juga menjadi incaran pencinta binatang, yakni kukang. Kendati hewan primata yang sering disebut pemalu dan pemalas ini merupakan salah satu satwa yang dilindungi, tak jarang kukang diperjualbelikan secara terbuka.
Seorang pencinta kukang Niki Ananda Prasanati mengatakan sebenarnya kukang itu hewan yang penurut, sehingga tidak susah merawatnya. Untuk perawatan kukang juga terbilang mudah, asalkan kandang bersih dan makanan diberikan secara rutin. Di Pasar Jatinegara, seekor kukang usia empat bulan bisa didapatkan seharga Rp500.000. [pada 2015]
Seorang pencinta kukang Niki Ananda Prasanati mengatakan sebenarnya kukang itu hewan yang penurut, sehingga tidak susah merawatnya. Untuk perawatan kukang juga terbilang mudah, asalkan kandang bersih dan makanan diberikan secara rutin. Di Pasar Jatinegara, seekor kukang usia empat bulan bisa didapatkan seharga Rp500.000. [pada 2015]
5. Ular dan iguana
Hewan unik lainnya yang banyak dipelihara, adalah kelompok reptil. Bahkan, para pencinta hewan yang tergolong ganas ini juga memiliki komunitas sendiri dengan nama Komunitas Aspera. Aspera diambil dari salah satu nama ular endemik dari Papua.
Martina Roynatta Elfrida Silalahi yang merupakan Ketua Komunitas Aspera mengatakan ular paling banyak menjadi favorit meskipun ada juga beberapa pemelihara kadal, biawak, iguana, dan lainnya. Menurutnya, memelihara ular juga membutuhkan bujet khusus untuk membeli makanannya (tikus putih/ayam/ burung puyuh) sesuai dengan kebutuhannya.
Begitu juga kalau ingin memelihara hewan reptil lainnya, kecuali iguana yang pemakan sayuran. Untuk memperoleh hewan reptil ini bisa membeli langsung ke pet shop yang sekarang banyak menyediakan reptil untuk peliharaan, atau ekspo-ekspo yang diadakan komunitas-komunitas, atau bisa juga secara online.
Menurut Direktur Rumah Sakit Hewan Jakarta Husnul Hamdi, kelompok hewan eksotis bisa dibilang sudah hampir tidak layak untuk dipelihara, mengingat penyakitnya yang juga sulit dikenali karena sedikit sekali literatur yang membahasnya.
Untuk musang, misalnya, bisa menularkan penyakit cacingan ke manusia, tetapi litelaturnya tidak ada. Musang juga bisa kena distemper (dengan gejalan batuk, pilek, diare, muntah berdarah, dan bisa menyebabkan kematian) karena virus. Begitu juga dengan kukang, yang kasusnya gigi rusak karena ulah pemburu atau landak putih yang kutuan.
Agar kelompok hewan eksotis yang jadi piaraan tetap bisa sehat dan terbebas dari penyakit, kata Husnul, sebaiknya diberikan makanan yang baik dan cocok untuk mereka.
Di sisi lain, Kepala Humas Taman Margasatwa Ragunan Wahyudi Bambang mengatakan ada beberapa pihak yang menyerahkan hewan peliharaannya ke Ragunan dengan dalih sudah terlalu besar sehingga kesulitan memelihara, padahal seharusnya ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Catatan redaksi: artikel diambil dari BI Weekend edisi 7 Juni 2015.
Editor: Fajar Sidik
Martina Roynatta Elfrida Silalahi yang merupakan Ketua Komunitas Aspera mengatakan ular paling banyak menjadi favorit meskipun ada juga beberapa pemelihara kadal, biawak, iguana, dan lainnya. Menurutnya, memelihara ular juga membutuhkan bujet khusus untuk membeli makanannya (tikus putih/ayam/ burung puyuh) sesuai dengan kebutuhannya.
Begitu juga kalau ingin memelihara hewan reptil lainnya, kecuali iguana yang pemakan sayuran. Untuk memperoleh hewan reptil ini bisa membeli langsung ke pet shop yang sekarang banyak menyediakan reptil untuk peliharaan, atau ekspo-ekspo yang diadakan komunitas-komunitas, atau bisa juga secara online.
Menurut Direktur Rumah Sakit Hewan Jakarta Husnul Hamdi, kelompok hewan eksotis bisa dibilang sudah hampir tidak layak untuk dipelihara, mengingat penyakitnya yang juga sulit dikenali karena sedikit sekali literatur yang membahasnya.
Untuk musang, misalnya, bisa menularkan penyakit cacingan ke manusia, tetapi litelaturnya tidak ada. Musang juga bisa kena distemper (dengan gejalan batuk, pilek, diare, muntah berdarah, dan bisa menyebabkan kematian) karena virus. Begitu juga dengan kukang, yang kasusnya gigi rusak karena ulah pemburu atau landak putih yang kutuan.
Agar kelompok hewan eksotis yang jadi piaraan tetap bisa sehat dan terbebas dari penyakit, kata Husnul, sebaiknya diberikan makanan yang baik dan cocok untuk mereka.
Di sisi lain, Kepala Humas Taman Margasatwa Ragunan Wahyudi Bambang mengatakan ada beberapa pihak yang menyerahkan hewan peliharaannya ke Ragunan dengan dalih sudah terlalu besar sehingga kesulitan memelihara, padahal seharusnya ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Catatan redaksi: artikel diambil dari BI Weekend edisi 7 Juni 2015.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.