Cerita di Balik Lukisan-lukisan karya Maestro Koleksi Istana Kepresidenan, dari Raden Saleh hingga Affandi
20 June 2022 |
16:34 WIB
Istana Kepresiden RI diperkirakan memiliki koleksi karya seni sejumlah 16.000, yang tersebar di enam istana, yaitu Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Cipanas, Istana Bogor, Istana Yogyakarta, dan Istana Tampaksiring. Beberapa dari karya seni itu berbentuk lukisan karya maestro seni lukis Tanah Air.
Sejarah mencatat bahwa kehadiran lukisan-lukisan itu tak lepas dari peran Presiden RI ke-1 Sukarno. Sebagai sosok yang memiliki selera tinggi, Sukarno dikenal dekat dengan para seniman Tanah Air saat itu. Dialah sosok yang menginsiasi hadirnya karya-karya seniman itu di Istana.
Mengenai lukisan-lukisan tersebut, tidak cuma menyajikan keindahan, tetapi ada berbagai misteri dan cerita yang tersimpan di baliknya. Sebagian dari lukisan itu pernah dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta, pada 1 hingga 30 Agustus 2016. Bertajuk 17|71. Goresan Juang Kemerdekaan, pameran itu menampilkan lukisan-lukisan yang sebagian besar karya maestro lukis Indonesia.
Pada kesempatan kali ini, Hypeabis.id telah merangkum informasi mengenai kisah di balik lukisan-lukisan tersebut dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 7 Agustus 2016. Simak informasinya berikut ini:
Karya Basoeki Abdullah ini merupakan bukti bahwa seniman terkaya pada masanya ini merupakan sosok yang sangat peduli dengan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan. Lukisan ini dikerjakan pada saat Basoeki tinggal di Belanda. Proses pengerjaan karya bertepatan dengan Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Selama hidupnya, pelukis yang dikenal melukis para negarawan dan figur perempuan ini sangat dekat dengan spiritual. Semasa hidupnya, Basoeki menuturkan bahwa wajah Pangeran Diponegoro dilukis berdasarkan petunjuk dari Ratu Pantai Selatan, Nyi Loro Kidul.
Lukisan karya Affandi ini menjadi menarik karena seniman yang pernah bergabung dalam Seniman Indonesia Muda tersebut tidak pernah menganggap karya ini sebagai lukisan, tetapi poster. Karya ini dibuat di atas sambungan kain yang berukuran lebar.
Namun demikian, karya yang disebut poster ini tetap menarik hati Presiden Sukarno dan masih tersimpan dengan kondisi yang baik. Jika dicermati, terdapat bekas garis horizontal yang menonjol di tengah-tengah lukisan.
Garis yang menonjol ini adalah sambungan kain yang dibuat oleh Affandi. Pada masa itu, seniman sangat susah untuk mendapatkan kanvas karena mahal. Hanya Basoeki Abdullah yang dikenal sebagai seniman kaya dan sering melanglang buana yang dengan mudah mendapatkannya. Affandi dikenal sebagai seniman yang cukup kreatif menggunakan bahan seperti seprei dan sarung untuk dijadikan sebagai kanvas.
Lukisan karya seniman Indonesia pelopor aliran Mooi Indie Raden Saleh ini merupakan bentuk nasionalisme sang seniman terhadap bangsanya. Raden Saleh dikenal sebagai seniman dunia yang lama tinggal di Eropa.
Lukisan yang saat ini menjadi aset negara yang paling mahal diantara koleksi seni rupa Istana Kepresidenan, dibuat sebagai tanggapan lukisan seniman asal Belanda, Nicholaas Pienemaan, yang berjudul Penyerahan Diri Dipo Negoro kepada Letnan Jenderal H.M. de Kock, 28 Maret 1930, yang Mengakhiri Perang Jawa.
Lukisan ini dikerjakan Raden Saleh di Belanda dan menjadi sikap ketidaksukaannya terhadap penjajahan di Jawa. Hal menarik yang dapat dicermati dalam lukisan ini adalah figur Raden Saleh yang dilukis dalam peristiwa penangkapan Diponegoro. Cermati sosok yang sedang duduk bersimpuh di tangga terbawah yang berhadapan dengan Diponegoro.
Di situ Anda melihat bahwa sosok ini mengenakan cincin bermata merah di jari kelingking kirinya. Demikian pula tongkat yang disandang oleh pria yang berada di belakang sosok ini. Tongkat berwarna hitam seperti tongkat komando ini terlihat mengkilap menandakan begitu detail dan teknik melukis yang sangat mumpuni dari Raden Saleh.
Lukisan karya S. Sudjojono ini dibuat karena ditantang oleh kritikus seni Trisno Sumardjo. Sudjojono menyelesaikan karya ini dalam satu waktu atau kurang dari sehari. Hal ini dia untuk mematahkan pandangan Trisno bahwa kemampuan teknik melukis realisnya yang lambat.
Lukisan ini merupakan karya Presiden Soekarno berdasarkan sket awal dari pelukis istana Dullah. Sket awal yang tidak diselesaikan Dullah ini ternyata menjadi lukisan utuh dan dikerjakan oleh penguasa Orde Lama itu selama 10 hari tetirah di Istana Bali, pada Desember 1958. Lukisan Rini selama ini tersimpan di ruang kerja Presiden Soekarno di Istana Bogor, dan tidak pernah dipindahkan.
Pameran ini merupakan pertama kalinya Rini dihadirkan kepada para pencinta seni di luar istana Bogor. Lukisan yang dilukis dengan figur menyamping tidak mudah dikerjakan karena membutuhkan penguasaan teknik yang terampil.
Namun, dari lukisan ini terlihat bahwa Presiden Soekarno tidak hanya sebagai pencinta seni tetapi sekaligus sebagai seniman itu sendiri. Pencampuran warna, teknik bayangan, dan detil dalam lukisan Rini membuktikan hal tersebut.
Lukisan hasil karya seniman Henk Ngantung ini sudah direproduksi oleh Haris Purnomo atas inisiatif Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Reproduksi dilakukan karena lukisan aslinya sudah rusak. Bagian kanan atas lukisan sudah hilang karena bahan tripleks yang mulai melapuk. Lukisan karya mantan Gubernur DKI Jakarta ini dijadikan sebagai latar belakang pembacaan proklamasi kemerdekaan RI dan jumpa pers pertama saat Indonesia baru saja merdeka.
Presiden Soekarno yang menemukan lukisan ini saat bertandang ke studio Henk. Saat itu, lukisan ini belum selesai karena ada bagian tangan yang belum dikerjakan secara sempurna. Henk menuturkan perlu model untuk menyelesaikannya. Saat itu, Soekarno berkeras menjadi model Henk Ngantung. Sekitar setengah jam proses memperbaiki bagian lengan usai, dan Soekarno langsung membawa lukisan ini menuju kediamannya.
Editor: Gita Carla
Sejarah mencatat bahwa kehadiran lukisan-lukisan itu tak lepas dari peran Presiden RI ke-1 Sukarno. Sebagai sosok yang memiliki selera tinggi, Sukarno dikenal dekat dengan para seniman Tanah Air saat itu. Dialah sosok yang menginsiasi hadirnya karya-karya seniman itu di Istana.
Mengenai lukisan-lukisan tersebut, tidak cuma menyajikan keindahan, tetapi ada berbagai misteri dan cerita yang tersimpan di baliknya. Sebagian dari lukisan itu pernah dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta, pada 1 hingga 30 Agustus 2016. Bertajuk 17|71. Goresan Juang Kemerdekaan, pameran itu menampilkan lukisan-lukisan yang sebagian besar karya maestro lukis Indonesia.
Pada kesempatan kali ini, Hypeabis.id telah merangkum informasi mengenai kisah di balik lukisan-lukisan tersebut dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 7 Agustus 2016. Simak informasinya berikut ini:
Pangeran Diponegoro Memimpin Perang
Lukisan Pangeran Diponegoro Memimpin Perang (Sumber gambar: Museum Basoeki Abdullah)
Karya Basoeki Abdullah ini merupakan bukti bahwa seniman terkaya pada masanya ini merupakan sosok yang sangat peduli dengan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan. Lukisan ini dikerjakan pada saat Basoeki tinggal di Belanda. Proses pengerjaan karya bertepatan dengan Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Selama hidupnya, pelukis yang dikenal melukis para negarawan dan figur perempuan ini sangat dekat dengan spiritual. Semasa hidupnya, Basoeki menuturkan bahwa wajah Pangeran Diponegoro dilukis berdasarkan petunjuk dari Ratu Pantai Selatan, Nyi Loro Kidul.
Laskar Rakyat Mengatur Siasat I
Laskar Rakyat Mengatur Siasat I (Sumber gambar: archivee.ivaa-online org)
Lukisan karya Affandi ini menjadi menarik karena seniman yang pernah bergabung dalam Seniman Indonesia Muda tersebut tidak pernah menganggap karya ini sebagai lukisan, tetapi poster. Karya ini dibuat di atas sambungan kain yang berukuran lebar.
Namun demikian, karya yang disebut poster ini tetap menarik hati Presiden Sukarno dan masih tersimpan dengan kondisi yang baik. Jika dicermati, terdapat bekas garis horizontal yang menonjol di tengah-tengah lukisan.
Garis yang menonjol ini adalah sambungan kain yang dibuat oleh Affandi. Pada masa itu, seniman sangat susah untuk mendapatkan kanvas karena mahal. Hanya Basoeki Abdullah yang dikenal sebagai seniman kaya dan sering melanglang buana yang dengan mudah mendapatkannya. Affandi dikenal sebagai seniman yang cukup kreatif menggunakan bahan seperti seprei dan sarung untuk dijadikan sebagai kanvas.
Penangkapan Pangeran Diponegoro
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (Sumber gambar: Hypeabis/Dika Irawan)
Lukisan karya seniman Indonesia pelopor aliran Mooi Indie Raden Saleh ini merupakan bentuk nasionalisme sang seniman terhadap bangsanya. Raden Saleh dikenal sebagai seniman dunia yang lama tinggal di Eropa.
Lukisan yang saat ini menjadi aset negara yang paling mahal diantara koleksi seni rupa Istana Kepresidenan, dibuat sebagai tanggapan lukisan seniman asal Belanda, Nicholaas Pienemaan, yang berjudul Penyerahan Diri Dipo Negoro kepada Letnan Jenderal H.M. de Kock, 28 Maret 1930, yang Mengakhiri Perang Jawa.
Lukisan ini dikerjakan Raden Saleh di Belanda dan menjadi sikap ketidaksukaannya terhadap penjajahan di Jawa. Hal menarik yang dapat dicermati dalam lukisan ini adalah figur Raden Saleh yang dilukis dalam peristiwa penangkapan Diponegoro. Cermati sosok yang sedang duduk bersimpuh di tangga terbawah yang berhadapan dengan Diponegoro.
Di situ Anda melihat bahwa sosok ini mengenakan cincin bermata merah di jari kelingking kirinya. Demikian pula tongkat yang disandang oleh pria yang berada di belakang sosok ini. Tongkat berwarna hitam seperti tongkat komando ini terlihat mengkilap menandakan begitu detail dan teknik melukis yang sangat mumpuni dari Raden Saleh.
Kawan-Kawan Revolusi
Lukisan Kawan-Kawan Revolusi (Sumber gambar: Hypeabis/Dika Irawan)
Lukisan karya S. Sudjojono ini dibuat karena ditantang oleh kritikus seni Trisno Sumardjo. Sudjojono menyelesaikan karya ini dalam satu waktu atau kurang dari sehari. Hal ini dia untuk mematahkan pandangan Trisno bahwa kemampuan teknik melukis realisnya yang lambat.
Rini
Lukisan Rini (Sumber gambar: archivee.ivaa-online org)
Lukisan ini merupakan karya Presiden Soekarno berdasarkan sket awal dari pelukis istana Dullah. Sket awal yang tidak diselesaikan Dullah ini ternyata menjadi lukisan utuh dan dikerjakan oleh penguasa Orde Lama itu selama 10 hari tetirah di Istana Bali, pada Desember 1958. Lukisan Rini selama ini tersimpan di ruang kerja Presiden Soekarno di Istana Bogor, dan tidak pernah dipindahkan.
Pameran ini merupakan pertama kalinya Rini dihadirkan kepada para pencinta seni di luar istana Bogor. Lukisan yang dilukis dengan figur menyamping tidak mudah dikerjakan karena membutuhkan penguasaan teknik yang terampil.
Namun, dari lukisan ini terlihat bahwa Presiden Soekarno tidak hanya sebagai pencinta seni tetapi sekaligus sebagai seniman itu sendiri. Pencampuran warna, teknik bayangan, dan detil dalam lukisan Rini membuktikan hal tersebut.
Memanah
Lukisan Memanah (Sumber gambar: Hypeabis/Dika Irawan)
Lukisan hasil karya seniman Henk Ngantung ini sudah direproduksi oleh Haris Purnomo atas inisiatif Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Reproduksi dilakukan karena lukisan aslinya sudah rusak. Bagian kanan atas lukisan sudah hilang karena bahan tripleks yang mulai melapuk. Lukisan karya mantan Gubernur DKI Jakarta ini dijadikan sebagai latar belakang pembacaan proklamasi kemerdekaan RI dan jumpa pers pertama saat Indonesia baru saja merdeka.
Presiden Soekarno yang menemukan lukisan ini saat bertandang ke studio Henk. Saat itu, lukisan ini belum selesai karena ada bagian tangan yang belum dikerjakan secara sempurna. Henk menuturkan perlu model untuk menyelesaikannya. Saat itu, Soekarno berkeras menjadi model Henk Ngantung. Sekitar setengah jam proses memperbaiki bagian lengan usai, dan Soekarno langsung membawa lukisan ini menuju kediamannya.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.