Usai Mengunjungi Sebuah Keraton, Angga Dwimas Sasongko Terinspirasi Menggarap Film Mencuri Raden Saleh

Mencuri Raden Saleh menjadi salah satu film Indonesia yang ramai dibicarakan di jagat maya. Baru-baru ini, film aksi-kriminal garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko itu merilis trailer pertamanya. Film tersebut menampilkan sederet aktor muda berbakat seperti Iqbaal Ramadhan, Rachel Amanda, Umay Shahab, dan Angga Yunanda.

Seperti judulnya, film itu berkisah tentang taktik enam pemuda yang ingin mencuri lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh. Lukisan tersebut memiliki harga tak ternilai dan diletakkan di Istana Presiden dengan pengamanan super ketat, sehingga membuat rencana pencurian itu tidaklah mudah.

Sutradara Angga Dwimas Sasongko menuturkan bahwa ide awal cerita film ini terinspirasi saat dia sedang berada di sebuah keraton bersama temannya. Di bangunan keraton itu, dia melihat ada sebuah lukisan Raden Saleh yang tidak memiliki penjagaan yang khusus, dan diletakkan di titik yang menurutnya kurang aman.

Baca juga: Makin Ramai, Ini 11 Film Indonesia yang Tayang Juni 2022

“Terus gue mikir, ini kalau kita colong ini bisa kali ya,” kata sutradara yang akrab disapa Angga itu pada satu kesempatan konferensi pers yang ditayangkan secara virtual.

Berangkat dari hal tersebut, Angga lantas mulai mencari tahu lebih dalam tentang sosok Raden Saleh dengan membeli beberapa buku. Akhirnya, dia terinspirasi untuk mulai membuat cerita film.

Ide cerita tersebut mulai mantap digarap Angga ketika dia mendatangi sebuah pameran Raden Saleh terbesar yang diadakan di Galeri Nasional Singapura. Dalam pameran tersebut, dia juga bertemu dengan salah satu seorang kurator Indonesia yang memahami lukisan-lukisan sang maestro.

“Selama tiga hari berinteraksi sama dia dan melihat bahwa lukisan itu bukan hanya sekadar karya seni, tapi ada perlawanan. Itu yang menarik dari sebuah lukisan bahwa dia bukan hanya sekadar objek, tapi di balik kanvasnya ada beragam cerita. Sebagai story teller, buat gue itu adalah hal yang menarik untuk terus ditelusuri,” kata Angga.
 

Kesulitan menggarap film

Tak banyak film Indonesia yang menyajikan kisah aksi kriminal pencurian. Hal itulah yang menjadi tantangan tersendiri bagi Angga dalam menggarap film ini agar lebih relevan dan dapat dipahami oleh penonton di Indonesia.

“Cerita yang akhirnya jadi adalah usaha untuk membuat kisah pencurian ini jadi sesuatu yang masuk akal untuk publik lokal kita untuk bisa diterima dan familiar, itu yang paling susah,” kata sutradara Filosofi Kopi itu.

Angga juga mengungkapkan bahwa pihaknya sempat meminta bantuan dengan salah satu penulis Indonesia untuk meramu skenario film tentang pencurian yang relevan dengan kondisi di Indonesia. Setahun menggarap naskah tersebut, Angga justru menilai bahwa naskah yang telah dibuat itu tidak relevan seperti yang dia harapkan.

“Pas kita baca bule banget malah. Wah ini sih yang main Brad Pitt buat ini jadi mungkin. Terus akhirnya kita putuskan buat bikin naskah sendiri,” imbuhnya.

Selain dari segi cerita, Angga juga mengatakan bahwa kesulitan dalam menggarap film ini adalah dari segi infrastruktur. Ada tantangan tersendiri baginya dalam memvisualisasikan setiap adegan yang sudah ditulis.

Misalnya, untuk mengambil adegan macet, Angga membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menentukan lokasi yang tepat. “Kita bisa dapet set itu aja, dua hari sebelum syuting baru oke. Tapi kita enggak bisa punya banyak pilihan kalau di sini [Indonesia],” katanya.

Baca juga: Selain Lightyear, Ini Rekomendasi 7 Film yang Tayang Awal Juni

Menurut Angga, salah satu kesulitan melakukan proses syuting di Indonesia adalah terbatasnya infrastruktur yang memungkinkan sutradara untuk membuat adegan film yang beragam.
 

Editor: Dika Irawan