Waspada Gaes, Virus Ramsay Hunt Bisa Menular, Ini yang Perlu Diwaspadai
17 June 2022 |
19:08 WIB
Sindrom Ramsay Hunt (herpes zoster oticus) yang diderita penyanyi Justin Bieber tergolong penyakit langka dan bisa menular. Pertama kali diidentifikasi ahli saraf asal Amerika Serikat bernama James Ramsay Hunt pada 1907, angka kejadiannya sekitar 16 persen pada anak dan 18 persen orang dewasa yang menderita kelemahan otot wajah unilateral.
Spesialis Saraf dari Brawijaya Hospital Saharjo dr. Lilir Amalini menerangkan ramsay hunt disebabkan virus varicella zoster (VZV), yang juga penyebab herpes zoster. Virus ini menyerang sistem saraf nomor 7 yang berada di area wajah dan saraf nomor 8 yang mempengaruhi pendengaran.
Gejala awal biasanya ada sensasi telinga berdenging kemudian muncul lesi atau lenting berisi air di telinga hingga ke mulut. Nah, lenting ini berisi virus varicella zoster.
Bagi mereka yang belum pernah menderita cacar air maupun belum menerima vaksinasinya, terkena cairan dari pecahan lenting ini bisa menyebabkan timbulnya cacar atau herpes zoster.
"Kalau orang yang sudah kena cacar tidak akan kena ramsay hunt ini. Orang yang belum kena cacar, imunnya rendah, ibu hamil, itu bisa kena cacar atau herpes zoster," tutur Lilir dalam healthy class series bersama Hypeabis.id, Jumat (17/6/2022).
Oleh karena itu, untuk penderita yang sedang mengalami sindrom ramsay hunt, dianjurkan untuk beristirahat dan mengisolasi diri. "Jangan keluar, jangan sampai menularkan ke orang lain," tegasnya.
Peralatan pribadinya seperti alat makan, alat mandi, tempat tidur, hingga kamar harus terpisah dari keluarga lain yang ada di rumah. Sebisa mungkin yang merawat terutama yang memiliki imunitas rendah dan ibu hamil, sebaiknya memakai masker atau kaca mata untuk menghindari droplet dari pasien. Kebersihan juga harus diutamakan.
Kata Lilir, pasien baru bisa beraktivitas kembali setelah lesi atau lenting kering dan rontok. "Itu baru aman. Kalau gejala awal mulai dari nyeri telinga, lenting, merot, itu isolasi dulu," sarannya.
Sementara itu, dia menerangkan ada beberapa orang yang berisiko terkena sindrom ramsay hunt. Utamanya pada orang yang pernah menderita cacar. Setelah sembuh, virus penyebab cacar itu tidur di antara saraf kita. Sewaktu-waktu virus ini aktif kembali dan bisa bermanifestasi menjadi sindrom ramsay hunt atau herpes zoster.
Orang yang dalam kemoterapi atau imunnya rendah, ibu hamil, dan yang hingga belum divaksin cacar juga bisa terkena penyakit ini.
"Dengan vaksin cacar pasti akan meminimalisir, kalau kena enggak parah-parah amat," imbuhnya.
Penyakit ini bisa diobati tetapi untuk mendapatkan hasil optimal, langsung memeriksakan diri ketika gejala awal muncul. Gejalanya berupa telinga sakit dan muncul lenting hingga ke area mulut sebelum menimbulkan kelumpuhan di sebagian wajah.
"Itu buru-buru ke rumah sakit atau dokter, jangan tunggu sampai merot (wajah turun atau lumpuh). Dari penelitian, jika diobati tiga hari pertama, diagnosis tepat, kesembuhannya bisa lebih baik," jelasnya.
Pengobatannya bisa berlangsung selama tiga minggu, namun penyembuhannya tidak langsung, beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Lilir menyebut pasien harus setiap hari diterapi setelah keropeng atau lesinya sudah kering.
Lantas bagaimana kalau tidak diobati dan pengobatan terlambat? Kata Lilir ini bisa menimbulkan komplikasi. Gejalanya bisa permanen, wajah sebelah menurun atau lumpuh, menimbulkan kebutaan karena mata kering hingga merusak kornea. "Telinga bisa tuli permanen apabila tidak ditangani dengan baik," tambahnya.
Editor: Dika Irawan
Spesialis Saraf dari Brawijaya Hospital Saharjo dr. Lilir Amalini menerangkan ramsay hunt disebabkan virus varicella zoster (VZV), yang juga penyebab herpes zoster. Virus ini menyerang sistem saraf nomor 7 yang berada di area wajah dan saraf nomor 8 yang mempengaruhi pendengaran.
Gejala awal biasanya ada sensasi telinga berdenging kemudian muncul lesi atau lenting berisi air di telinga hingga ke mulut. Nah, lenting ini berisi virus varicella zoster.
Bagi mereka yang belum pernah menderita cacar air maupun belum menerima vaksinasinya, terkena cairan dari pecahan lenting ini bisa menyebabkan timbulnya cacar atau herpes zoster.
"Kalau orang yang sudah kena cacar tidak akan kena ramsay hunt ini. Orang yang belum kena cacar, imunnya rendah, ibu hamil, itu bisa kena cacar atau herpes zoster," tutur Lilir dalam healthy class series bersama Hypeabis.id, Jumat (17/6/2022).
Oleh karena itu, untuk penderita yang sedang mengalami sindrom ramsay hunt, dianjurkan untuk beristirahat dan mengisolasi diri. "Jangan keluar, jangan sampai menularkan ke orang lain," tegasnya.
Peralatan pribadinya seperti alat makan, alat mandi, tempat tidur, hingga kamar harus terpisah dari keluarga lain yang ada di rumah. Sebisa mungkin yang merawat terutama yang memiliki imunitas rendah dan ibu hamil, sebaiknya memakai masker atau kaca mata untuk menghindari droplet dari pasien. Kebersihan juga harus diutamakan.
Kata Lilir, pasien baru bisa beraktivitas kembali setelah lesi atau lenting kering dan rontok. "Itu baru aman. Kalau gejala awal mulai dari nyeri telinga, lenting, merot, itu isolasi dulu," sarannya.
Sementara itu, dia menerangkan ada beberapa orang yang berisiko terkena sindrom ramsay hunt. Utamanya pada orang yang pernah menderita cacar. Setelah sembuh, virus penyebab cacar itu tidur di antara saraf kita. Sewaktu-waktu virus ini aktif kembali dan bisa bermanifestasi menjadi sindrom ramsay hunt atau herpes zoster.
Orang yang dalam kemoterapi atau imunnya rendah, ibu hamil, dan yang hingga belum divaksin cacar juga bisa terkena penyakit ini.
"Dengan vaksin cacar pasti akan meminimalisir, kalau kena enggak parah-parah amat," imbuhnya.
Penyakit ini bisa diobati tetapi untuk mendapatkan hasil optimal, langsung memeriksakan diri ketika gejala awal muncul. Gejalanya berupa telinga sakit dan muncul lenting hingga ke area mulut sebelum menimbulkan kelumpuhan di sebagian wajah.
"Itu buru-buru ke rumah sakit atau dokter, jangan tunggu sampai merot (wajah turun atau lumpuh). Dari penelitian, jika diobati tiga hari pertama, diagnosis tepat, kesembuhannya bisa lebih baik," jelasnya.
Pengobatannya bisa berlangsung selama tiga minggu, namun penyembuhannya tidak langsung, beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Lilir menyebut pasien harus setiap hari diterapi setelah keropeng atau lesinya sudah kering.
Lantas bagaimana kalau tidak diobati dan pengobatan terlambat? Kata Lilir ini bisa menimbulkan komplikasi. Gejalanya bisa permanen, wajah sebelah menurun atau lumpuh, menimbulkan kebutaan karena mata kering hingga merusak kornea. "Telinga bisa tuli permanen apabila tidak ditangani dengan baik," tambahnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.