MPAC Madania dan Chiva Production. (JIBI)

Kisah Kasih Ibu yang Menguras Emosi dalam Seni Tari Randai

13 June 2022   |   19:04 WIB

Gemuruh suara tepuk tangan penonton drama tari Rendai membahana hingga ke sudut ruang pertunjukan. Tari tradisi yang berasal dari Minangkabau, dibawakan sangat elok oleh MPAC Madania dan Chiva Production. Tarian tradisi yang ditampilkan secara kontemporer ini membawakan cerita berjudul Batu Belah.

Kisah yang diangkat ke atas panggung merupakan cerita rakyat asal Sumatra Barat, tentang perasaan ibu kepada anak-anaknya.

Pertunjukan dibuka dengan tokoh Mak Minah —diperankan Sheila Octarina—seorang perempuan berkarakter penyabar dan penyayang. Sayangnya, kesabaran dan kecintaan ibu tidak diimbangi oleh prilaku ketiga anaknya yakni Uci, Utu, dan Udung.

Baca juga: Supaya Enggak Boring, Begini Cara Mengaplikasikan Seni Tiga Dimensi di Ruang Kerja

Ketiga anak ini tidak pernah mendengar nasihat Mak Minah hingga akhirnya si ibu yang renta itu telah kehilangan kesabarannya masuk ke Batu Belah, dan tidak lagi keluar. Tangis penyesalan dari ketiga anaknya, terlambat sudah.

Sheila Octarina begitu apik memerankan sosok Mak Minah. Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta ini begitu luwes memainkan peran ibu, yang menguras emosi penonton. Penghayatan  peran dilakukan Sheila dengan melakukan observasi yang detail di lingkungan sekitar.

Sutradara drama tari Putut Budi Santosa menuturkan adegan saat Mak Minah masuk ke Batu Belah kemudian keluar lagi, dapat diartikan kesempatan bagi ketiga anaknya untuk  memperbaiki perilakunya.

”Yang tidak disadari bahwa bahwa umur orang tidak tahu. Ketika ibu sudah tidak ada maka baru menyesal,” ujarnya.

Menyoal tata panggung, Putut menuturkan tantangan yang dihadapinya adalah keterbatasan panggung di Galeri Indonesia Kaya. Di daerah  asalnya, drama tari ini dipertontonkan di tempat terbuka dan luas.

”Jika di dalam gedung pertunjukan, setidaknya memiliki ukuran 12x18 meter seperti di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Mengingat [tarinya] bentuknya yang melingkar sehingga perlu tempat yang cukup besar,” tuturnya.

Terbatasnya luasan panggung membuat beberapa penari terlihat canggung saat pertunjukan. Jika diamati penari pada bagian ujung terlihat sering bertabrakan dengan penari di sebelahnya.

”Tidak masalah sebenarnya [dengan panggung]. Karena kami yang menyesuaikan dengan panggung. Sedikit canggung karena blocking panggung baru dilakukan tadi pagi. Seharusnya orientasi panggung bisa lebih lama,” ungkapnya.

Baca juga: Inspirasi Aplikasi Seni Kontemporer dalam Desain Interior

Drama Tari Randai yang menggabungkan seni tari, drama, seni lagu, dan seni silat sengaja dimodifikasi Putut—yang juga pimpinan Chiva Production—agar dapat diterima masyarakat Ibu Kota. Hal lain yang dilakukan adalah menggunakan bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia.

”Format Randai juga tidak terlalu banyak. Jika mengikuti asalnya lebih berat,” terangnya.

Catatan redaksi: artikel merupakan materi publikasi Bisnis Indonesia Minggu edisi 10 Mei 2015.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Yuk Kenalan dengan 5 Komposer Kenamaan dari Berbagai Negara, Ada dari Indonesia!

BERIKUTNYA

Mantul! Album SEVENTEEN Face The Sun Masuk 10 Besar Top 200 Albums Billboard

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: