Ilustrasi (Sumber gambar: Unsplash/ Ks Kyung)

Perhatikan 7 Hal Ini Ketika Kalian Bertengkar dengan Pasangan

31 May 2022   |   09:00 WIB
Image
Gita Carla Hypeabis.id

Marah adalah suatu bentuk ekspresi. Namun tentu saja penyampaiannya akan berbeda satu sama lain, tergantung pada pengalaman dan tingkat kematangan emosionalnya. Apalagi bila dikaitkan dengan gender antara pria dan wanita. Bila menghadapi tekanan, pria cenderung semakin memusatkan perhatian dan menarik diri. Sementara wanita, semakin bingung dan terlibat secara emosional. So, why it’s called Mars VS Venus.

Dalam struktur otak wanita, terutama di bagian depan otak kiri dan sebagian kecil di otak sebelah kanan, mengasah kemampuan multi tasking-nya. Seorang wanita lebih sedang berbicara sambil mengerjakan sesuatu karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus.

Jadi jangan kaget, bila mereka bisa menonton Squid Game sambal menelepon sahabatnya atau mewarnai kuku.

Dalam menghadapi permasalahan, wanita cenderung lebih memilih vokal atau meluapkan emosi melalui verbal. Merasa emosional terhadap ketidakacuhan ataupun rasa kurang dihargai oleh pasangannya akan membuatnya kecewa. Bahkan hal-hal sepele seperti lupa membersihkan peralatan makan dapat menjadi permasalahan besar.

Sedang pria menganggap wanita adalah makhluk yang complicated. Bagaimana tidak, sementara pria hanya berbicara sekitar 7.000 sehari, rata-rata wanita dapat bicara 20.000 kata dalam sehari. Ya , meski ada penelitian mengatakan hal ini adalah mitos.

Perbedaan yang mencolok ini menggambarkan bagaimana peliknya keadaan bila pasangan bertengkar. Laki-laki mungkin secara umum lebih sering menyelesaikan konflik melalui nonverbal sehingga biasanya laki-laki dituding menjauhi konflik. Padahal bisa jadi diamnya itu karena dia mengamati konflik dan mencerna lebih dalam tentang apa yang sedang terjadi.

Bila keadaan tidak membaik, pria akan mengalihkan perhatiannya pada siaran televisi, bermain gim, berolahraga atau tidur. Sikap ini kadang yang membuat wanita berpikir pasangannya tidak sensitif.

Konflik yang terjadi antar pasangan wajar terjadi, bahkan harus terjadi. Karena biasanya konflik justru akan mengembangkan kualitas hubungan pasangan tersebut. Tentunya konflik itu harus dipecahkan dengan jalan komunikasi.

Buka pikiran kamu dengan kepala dingin. Berikut beberapa tips bertengkar dengan sehat yang dihimpun redaksi Hypeabis.id.
 

1. Hindari lepas kontrol

Jangan langsung bereaksi marah atau tak suka saat pasangan marah. Ambil napas dalam-dalam. Satu orang berbicara, yang lainnya mendengarkan. Itulah komunikasi yang sehat.
 

2. Ajukan pertanyaan

Berikan pertanyaan mengapa dia marah dan dengarkan jawabannya. Memang tidak semua orang bisa langsung menyampaikan isi hatinya, bila hal ini terjadi maka berikan waktu bagi pasangan untuk menyampaikan unek-uneknya.
 

3. Toleransi

Apabila pasangan marah, cobalah untuk memahami karakter dasar dari pasangan kamu. Ajak dia berkomunikasi untuk menggali apa yang dia rasakan serta cari tahu tentang bagaimana pasangan merespon hal tersebut.

Idealnya, pemecahan konflik harus disepakati oleh dua belah pihak sebagai pasangan, bukan pribadi masing-masing. Namun jangan berbohong, bila kamu tidak setuju, lantas mengiyakan agar pertengkaran berakhir.
 

4. Menerima

Berarti kita setuju menerima pasangan kita tidak setuju dengan pendapat kita. Hidup berpasangan harus sadar bahwa tidak mungkin hidup tanpa konflik. Menerima bahwa dengan konflik, kita jadi mengenal pasangan dengan lebih baik lagi.
 

5. Hindari mengeluh

Jangan bereaksi negatif pada saat pasangan melakukan yanh tidak kamu sukai. Sebaiknya bila pasangan marah, hindari cross-complaining kepada pasangan. Hal ini biasanya justru akan menjadi lingkaran konflik yang tak berujung.
 

6. Pertahankan komunikasi yang lembut

Jaga intonasi dan setiap ucapan kamu. [ertengkaran bisa menjadi sangat serius ketika masing-masing pihak kehilangan akal sehatnya. Apakah kamu harus mencak-mencak dan mengancam pasangan?  Pelan-pelan dengan pembicaraan yang tepat, solusi bisa didapat.

7. Ambil waktu

Tidak ada salahnya dengan mengambil waktu untuk menyegarkan pikiran kamu setelah berargumen. Bila emosi sudah mereda, segera tuntaskan.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

13 Kiat Menciptakan Eco House yang Ramah Lingkungan dan Estetik

BERIKUTNYA

Kenali Faktor Risiko dan Penanganan Alzheimer

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: